" Bibi, aku takut ayah kenapa-kenapa! Hiks hiks hiks." Yuwen memeluk bibi Amirah sambil menangis.
" Jangan menangis Yuwen, ayahmu adalah seorang ketua Mafia di keluarga Xiao, dia terkenal dengan kekuatannya, dan sangat di segani oleh siapapun." bi Amirah mencoba menenangkan Yuwen yang sedang ketakutan.
Yuwen hanya menangis di pelukan bi Amirah, sedangkan Azura hanya terus sibuk mencari tahu keadaan di luar sana. Tuan Xiao pun datang ke ruangan bawaha tanah, dengan pakaian penuh darah membuat Yuwen panik dengan keadaan ayahnya, tuan Xiao.
" Azura, buka pintunya!." dengan nada yang menyaring tuan Xiao mengetuk pintunya.
" Ayah? itu ayah!." karna senang ayahnya kembali, Yuwen segera membukakan pintunya dan langsung memeluk ayahnya itu, tuan Xiao.
" Yuwen, kau kenapa Nak? Hmm, kenapa kau menangis? ayah sudah di sini bersamamu nak! jadi jangan menangis, Ok." tuan Xiao mengelus kepala Yuwen dengan lembut dan menciuminya.
" Ayah, kenapa ayah menyuruh Azura untuk menyembunyikan aku di sini? sedangkan ayah melawan banyak musuh sendirian tanpa di temani aku." Yuwen berniat mau membantu ayahnya dalam peperangan perebutan Geng Mafia.
" Tidak Yuwen, kau seorang nona di keluarga Xiao. Ayah tidak akan membiarkanmu terbebani dan terluka sedikit pun." tuan Xiao tidak mau kalau Yuwen sampai terluka di peperangan.
" Tapi ayah, aku sudah mahir dalam menggunakan pistol, dan cara menembak ku sangat akurat di bandingkan dengan anak buah ayah." Yuwen mengelak karna dirinya selalu ingin ikut berperang melawan musuh bersama ayahnya.
" Yuwen, kau Putriku satu-satunya. Aku tidak akan biarkan siapapun menyakitimu selama ayah masih hidup di dunia ini." tuan Xiao memeluk Yuwen karna takut kehilangan Yuwen di suatu saat nanti.
" Baik ayah." Yuwen menganguk.
Karna peperangannya sudah selesai, tuan Xiao dan semua kerabatnya, segera keluar dari tempat persembunyian mereka. Yuwen sangat kaget dan melongo ketika masuk ke dalam rumahnya yang di penuhi darah dan mayat bergeletakan.
" Azura, bersihkan semua ruangan ini sampai bersih." tuan Xiao melihat Yuwen yang merasa jijik ketika melihat darah dan mayat berserakan di lantai.
" Baik tuan." Azura segera menyuruh semua pelayan di kediaman Xiao untuk bekerja sama membersihkan lantainya yang sangat kotor itu.
" Ayo Yuwen, ayah antar kau masuk ke dalam kamar!." tuan Xiao menggenggam tangan Yuwen dan membawanya ke kamar Yuwen.
" Tidak ayah! aku masih ingin tetap di sini, aku akan membantu mereka membersihkan ruangan ini." Yuwen melepaskan tangan ayahnya.
" Tapi, Yuwen." kata tuan Xiao.
" Ayah, percayalah padaku! aku bisa melakukannya." Yuwen meyakinkan tuan Xiao.
Melihat Yuwen yang keras kepala, tuan Xiao hanya terdiam memandangi Yuwen yang sibuk membantu pelayan membersihkan kediamannya. Tuan Xiao pergi ke ruangan baca dan di ikuti Azura, yang merupakan tangan kanannya.
Tuan Xiao sangat khawatir tentang keselamatan Yuwen, karna musuhnya semakin banyak dan mereka semakin berani menyerang Group Xiao. Membuat tuan Xiao tidak tenang, dan terus memikirkan bagaimana untuk melindungi Yuwen ketika dirinya sedang berperang melawan musuh.
" Azura, carikan aku seorang pemuda yang kuat dan cukup mahir dalam bela dirinya, aku ingin mencari pria untuk menjaga Yuwen dengan baik, karna aku tidak akan selalu ada di samping Yuwen." ucap tuan Xiao.
" Apa tuan perlu seseorang untuk melindungi Nona Yuwen? tapi kenapa tuan? bukankah kediaman Xiao selalu ketat dalam penjagaan, tapi kenapa tuan harus mencari orang untuk melindungi Nona?." Azura kaget dengan perkataan tuan Xiao.
" Kau benar, Azura. Tapi musuh kita bisa menyusup kapan saja dan di mana saja, aku takut jika Yuwen kenapa-kenapa dan aku tidak ada di sampingnya." tuan Xiao menghela nafas dan membenarkan perkataan Azura.
" Kalau begitu, aku tidak bisa membantah perintahmu tuan." Azura menunduk.
" Baiklah, kau boleh keluar! dan perketat penjagaan di sekitar luar dan dalam." tuan Xiao menyuruh Azura keluar dari ruangannya.
Tuan Xiao melamun dan memandangi lukisan mendiang istrinya, tak di sengaja tuan Xiao menjatuhkan Air matanya dan bersedih. Kemudian tuan Xiao mengambil lukisan istrinya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang, dan kerinduan yang mendalam.
" Istriku, kenapa kau meninggalkanku dan putri kita?! aku sangat Rindu padamu! bagaimana keadaanmu di sana? apa kau baik-baik aja. Kecup lukisan istrinya." tuan Xiao berderai air mata dan menciumi lukisan istrinya.
* * *
Tokoh kedua. Seorang pria yang akan menjadi suami Yuwen di masa depan telah muncul di ceritanya.
Seorang pemuda bernama Argana, yang di besarkan di keluarga sederhana. Di temani ibunya, yang bernama, Dinaya. dan ayahnya bernama Anmri Elang. telah meninggal di bunuh oleh musuhnya, membuat Argana hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Tapi Argana selalu bahagia karna masih bisa di temani oleh ibunya, yang sangat menyayanginya lebih dari apa pun.
Anmri Elang adalah ketua dari Group Mafia Elang, yang terkenal murah hati dan bijaksana, selama hidupnya tuan Anmri Elang selalu mementingkan orang lain dan suka menolong orang yang lagi kesusahan. Tapi orang yang tega membunuh tuan Anmri sangatlah kejam dan tidak berperasaan, karna selama hidupnya tuan Anmri tidak pernah membunuh orang yang tidak bersalah, apa lagi menyinggung Group Mafia yang tidak ada hubungan dengan Geng Elang.
Argana, dan Ibunya hidup dengan kemiskinan dan tidak punya apa-apa selain tanda bukti bahwa Argana adalah penerus Geng Elang di masa depan. tapi Argana tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya bermimpi dan bermimpi untuk menjadi ketua Elang di masa depan.
Seorang pria tua yang bernama, Bara. datang ke tempat di mana Argana dan ibunya tinggal saat ini.
" Apa benar ini rumah ibu Dinaya? istri sah tuan Anmri!." dengan suara yang gendrung membuat Argana berhati-hati, karna pria tua itu membawa pengawal sebanyak 4 orang.
" Maaf, Anda siapa ya? kenapa anda bisa tau nama ayahku?." Argana menghadang pria tua itu dan berusaha melindungi ibunya.
" Ah? kau! apa kau putra tuan Anmri?." pria tua itu melongo karna Argana yang selama ini ia ketahui sudah mati, ternyata masih hidup dan menjadi pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
" Iya, kenapa tuan banyak tanya? apa maksud tuan datang ke gubuk kecil kami?." Argana terus waspada terhadap pria tua itu.
" Lihatlah ini!." pria tua itu memperlihatkan dirinya yang ada di lukisan dan saling berjabatan tangan dengan tuan Anmri.
Seketika Argana yang waspada itu terdiam dan menyamakan orang yang ada di dalam lukisannya dengan pria tua itu. Ibunya pun kaget karna beliau tidak pernah bertatap muka dengannya sejak dulu.
" Apa kau rekan ayahku?." Argana.
" Tidak, dia sahabatku. Yang selalu membantuku ketika aku dalam kesusahan dulu." pria tua itu menggelengkan kepalanya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments