" Ah! dasar pria tidak tahu malu, dia kira aku tidak tahu kalau aku sudah mengetahui rencananya, jangan kira aku bodoh, sejak kamu masuk ke dalam daftar perjodohan itu aku sudah tahu dari awal, kalau kamu hanya menginginkan kekusaan bukan cinta padaku." Yuwen merasa kesakitan karena wajahnya di cengkram begitu kuat oleh Fang.
Yuwen kembali ke pesta karna acaranya belum selesai dan tuan Xiao pasti akan mencarinya. Yuwen merasa tidak nyaman berada di pesta, Yuwen izin pamit pada ayahnya untuk istirahat lebih awal.
" Ayah, aku merasa tidak enak badan. Aku mau istirahat lebih awal ya." Yuwen berpura-pura sakit karna Yuwen sangat muak dengan pestanya.
" Kau sakit putriku? kenapa kau tidak bilang pada ayah dari tadi. Pelayan cepat bawa nona ke kamarnya, dan panggilkan dokter pribadi untuk memeriksa putriku." tuan Xiao kaget dan cemas karna Yuwen sakit, tuan Xiao berteriak dan menyuruh para pelayannya untuk mengurus Yuwen dan menjaganya dengan baik.
" Baik tuan." para pelayan wanita terburu-buru menghampiri Yuwen dan segera membawanya ke kamar.
" Ayah, aku tidak apa-apa, ayah jangan menyuruh mereka untuk mengurusiku, aku sudah besar biarkan aku mandiri dan hidup di dalam lingkaran orang sederhana." dengan tegas Yuwen membuat tuan Xiao tertegun dengan ucapannya, tuan Xiao sangat beruntung bisa mempunyai anak seperti Yuwen.
" Yuwen! kamu sudah besar dan dewasa sekarang. Ayah sangat senang karna kamu sudah dewasa dan sifatmu sangat mirip dengan ibumu, kecantikanmu sama persis seperti ibumu waktu muda." tuan Xiao mendadak bersedih karna sikap Yuwen mengingatkan tuan Xiao pada mendiang istrinya, nyonya Xiao.
" Ayah, kamu membuatku teringat pada ibu. Aku sangat ingin melihat wajah ibu dengan nyata tidak hanya di lukisan saja. Hiks hiks." Yuwen menangis karna ingin bertemu dengan ibunya secara nyata dan intim.
" Hah! sayang, kau putriku, jika kau teringat pada ibumu tataplah dirimu di pantulan cermin, kau sama persis seperti ibumu." tuan Xiao kaget karna Yuwen meneteskan air matanya.
Tuan Xiao memeluk Yuwen dengan penuh kasih sayang dan hangat, membuat Yuwen merasa nyaman dan terlindungi dengan keberadaan ayahnya. Yuwen menangis tersedu-sedu di pelukan ayahnya. Kebetulan para tamu belum pulang pada saat itu, mereka menyaksikan kesediahan yang di rasakan oleh tuan besar Xiao dan putrinya Xiao Yuwen.
Mereka ikutan sedih dan menangis karna Yuwen bersedih mengingat mendiang Ibunya. tuan Xue dan Fang hanya terdiam melihat Yuwen dan tuan Xiao bersedih.
" Sudahlah nak, ini tidak baik jika kita harus menangisi ibumu. Ini adalah hari bahagia kamu dan Fang, ibumu sudah bahagia di alam sana, jadi biarkan dia tenang dan damai di alam sana." tuan Xiao menghapus air mata Yuwen dengan lembut, sambil menempelkan keningnya satu sama lain dengan Yuwen.
" Hemm, iya ayah kau benar, ibu sudah tenang dan sudah bahagia jadi kita juga harus bahagia walau pun tidak ada ibu di sisi kita." Yuwen mengusap kembali air matanya dan membersihkan pipinya sambil tersenyum.
" Anak baik." tuan Xiao mengelus kepala Yuwen dengan lembut.
" Para hadirin tamu sekalian, saya ucapkan Terima kasih sebesar-besarnya karna sudah mau memberikan restu buat putriku, dengan berat hati saya harus menyampaikan bahwa acara pesta ini akan kami tutup sampai di sini. Mohon maaf karna telah membuat kalian kecewa." tuan Xiao mengumumkan pada semua orang kalau acaranya harus di tutup lebih awal karna Yuwen sedang sakit.
" Tidak apa-apa tuan Xiao. Saya senang sudah memberikan restu pada putrimu." ucap para tamu.
Mendengar ucapan para tamu, tuan Xiao senang karna mereka juga sangat menyayangi Yuwen dan menghormatinya dengan baik.
Ketika tuan Xiao sedang sibuk melayani para tamu, tiba-tiba Azura yang berumur 37 tahun. Orang kepercayaannya datang menghampirinya, dengan panik Azura memberi tahu bahwa musuhnya sudah berada di luar dan siap menyerang kediaman Xiao.
" Maaf tuan jika saya lancang, saya mau memberitahu kalau di luar ada segerombolan Mafia yang sedang bersembunyi dan siap menyerang kita di sini!." Azura panik dan berusaha tenang agar semua tamu tidak mencurigainya.
" Apa? Mafia dari mana mereka? kenapa mereka berani menyerang kediaman Xiao dalam keadaan membahagiakan seperti ini." tuan Xiao kaget karna musuhnya sudah berada di luar dan siap menyerangnya dengan cepat.
" Kau bawa Yuwen pergi dari sini, dan bersembunyi di ruangan bawah tanah, aku akan menyerang balik mereka, aku akan membinasakan siapa pun yang sudah menyinggung keluarga Xiao." tuan Xiao merencanakan sesuatu untuk membunuh musuhnya.
" Baik, tuan." Azura segera pergi mencari Yuwen.
Tuan Xiao segera pergi ke ruangan tersembunyi, di situ tersimpan banyak peralatan perang dan barang berharga, semuanya ada di ruangan tersembunyi itu. Dengan cepat tuan Xiao mengambil pistol andalannya yang selama ini ia gunakan untuk membunuh musuhnya.
" Nona? cepat ikuti aku! ada sesuatu yang harus aku katakan padamu." Azura menarik tangan Yuwen dan membawanya pergi.
" Ada apa Azura, kenapa kamu panik? katakan saja di sini, Azura, kenapa kamu menarikku, mau bawa aku ke mana?." Yuwen berbicara ketika dirinya di bawa lari oleh Azura.
" Tidak ada waktu nona." Azura membawa Yuwen dengan cepat dan bersembunyi di ruangan bawah tanah.
Dor dor dor.. suara tembakan yang keras membuat Yuwen kaget dan ketakutan.
Azura segera menutup pintu ruangan bawah tanah yang telah di siapkan oleh tuan Xiao secara Khusus buat berlindung dari musuhnya.
" Azura? apa itu? kenapa ada suara tembakan di luar sana?." dengan gemetar Yuwen tertegun karna tiba-tiba ada musuh yang mengintai di sekitar kediaman Xiao.
" Nona, nona tenang ya! itu pasti musuh kecil, tuan Xiao pasti bisa membereskannya dengan cepat." tak di sengaja Azura memberitahu Yuwen kalau tuan Xiao masih berada di pesta, dan belum sempat bersembunyi dengannya di ruangan bawah tanah.
" Apa?! ayah masih di luar sana? kenapa kamu tidak memberitahuku kalau ayah masih di luar? aku bisa mencarinya terlebih dulu dan membawanya sembunyi di sini, aku takut Ayah kenapa-kenapa." dengan kaget Yuwen memukul badan Azura karna kesal.
" Tapi ini perintah dari tuan, Nona. Aku tidak bisa membantah perintahnya." dengan tegas Azura mengatakan kalau tuan Xiao yang menyuruhnya membawa Yuwen pergi dan meninggalkan tuan Xiao sendirian.
Yuwen tidak bisa berkata apa-apa pada Azura, Yuwen tahu bahwa ayahnya ingin melindungi dirinya dari musuh. Yuwen menangis tersedu-sedu karna khawatir dengan keselamatan ayahnya.
" Nona, sudahlah, jangan menangis lagi. Tuan pasti bisa mengalahkan semua musuhnya, percayalah pada tuan." Azura mencoba menenangkan Yuwen yang cemas dengan keselamatan ayahnya.
" Yuwen, ini bibi Nak! ayo peluk bibi!." ucap bibi Amirah, dia adik nyonya Xiao dan sebagai bibi nya Yuwen.
Bibi Amirah yang telah membantu mengurusi Yuwen sejak kecil, jadi Yuwen sudah menganggap bi Amirah seperti ibu kandungnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments