Santi benar-benar hancur

Pagi ini Santi tidak terlihat membantu memasak si Mbok Minah di dapur. Santi masih berada di dalam kamar nya.

Sementara Bastio sudah mulai membukakan kedua matanya. sambil mengucek-ucek matanya Bastio menggeliat untuk meregangkan otot-otot tubuhnya. kemudian dia menarik selimut hendak turun dari tempat tidur nya. karena ini adalah hari pertama untuk pergi ke kantor.

Sontak matanya terbelalak melihat kondisi badan nya yang tanpa menggunakan sehelai benang pun. lalu Ia berfikir keras mengingat kejadian tadi malam.

Bastio melihat ke kanan dan kirinya, ia melihat kamar nya yang begitu berantakan dan menemukan bajunya berserakan dilantai. di tambah lagi Ia melihat jaket perempuan tergeletak tidak jauh dari tempat tidur nya.

"Dimana Santi,... kenapa jam segini belum membereskan kamarku?.."Bastio bergumam dalam hati.

Tepat di bawah sudut dekat pintu kamar mandi, Bastio melihat ember serta kain pel tergeletak dengan posisi berserakan, yang digunakan Santi untuk membersihkan bekas muntahannya tadi malam.

Bastio meraba dadanya, Ia merasakan rasa perih di sana. ternyata Ia melihat luka bekas cakaran kuku. Ia pun tersadar dan langsung bisa mengingat kejadian tadi malam.

"Apa!...., bodohnya aku." sambil menepuk keningnya pelan.

Bastio turun dari tempat tidur nya dan segera membersihkan badannya di kamar mandi. karena Ia merasakan tubuhnya yang sudah lengket kering dan sangat bau alkohol.

Setelah Bastio kembali kekamarnya ternyata Ia masih menemukan bentuk kamar yang masih sama seperti yang telah dia tinggalkan mandi tadi.

"Hmmmm.... dasar ank ini, makin ngelunjak sepertinya, sudah jam segini masih belum juga d bereskan kamarku. Mana baju belom di siapin lg, padahal dia kan tau kalau aku akan kekantor pagi ini." Bastio menggerutu tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

Bastio berjalan menuju lemari pakaian mencari pakaian yang cocok untuknya di gunakan untuk kekantor. Maklum Bastio kan baru pertama kalinya pergi ke kantor.

Setelah selesai berpakaian Bastio mencari jam tangannya. Namun dia tidak menemukan di atas meja. Dia pun mencari nya di ranjang, saat Bastio menggeserkan selimut tersebut, Bastio di kejutkan dengan bercak darah di atas ranjang.

"Astaga ternyata anak ini masih perawan, dan berarti itu tandanya aku lelaki yang sudah merenggut keperawanan nya?...". Bastio bergumam sendiri.

"Sial kenapa aku jadi memikirkan Santi sih?.. Jangan-jangan,... Santi tidak menyiapkan perlengkapan ku gara-gara ini." Bastio berkecamuk berperang di dalam hatinya.

Bastio keluar kamar hendak mencari Santi, namun Ia tidak menemukannya di tempat biasanya, yaitu dapur. kemudian dia mencari nya di setiap sudut rumahnya, lagi-lagi Bastio tidak menemukan di mana Santi berada. Masih ada satu ruangan yang belum Bastio kunjungi, yaitu kamarnya Santi.

Saat Bastio akan menuju kamar Santi, Bastio berpapasan dengan Mbok Minah. Tanpa basa-basi Bastio menanyakan keberadaan Santi pada Mbok Minah tersebut.

"Mbok!...simbok ada melihat Santi?...

pagi ini Santi tidak ada mempersiapkan perlengkapan saya, beres-beres juga tidak. tidak biasanya Santi seperti itu,...".

"Iya Den, simbok baru saja dari kamar nya. karena tadi pagi juga tidak seperti biasanya. Santi tidak menyusul Simbok di dapur. Makanya Simbok susul kekamarnya".

"Terus apa Santinya ada di kamar Mbok?... apa dia baik-baik saja?...". Potong Bastio penasaran.

"Hmmm.... sepertinya Santi sedang tidak baik-baik Den, ternyata Santi sedang sakit. Tapi ada yang aneh Den." jawab Mbok Minah.

"Aneh kenapa Mbok?..." Potong Bastio kembali.

"Anu Den,... sepertinya matanya sembab Habis menangis semalaman Den, terus Simbok juga Heran lengan dan kakinya juga membiru seperti habis di pukuli orang Den." Jawab Mbok Minah mengkuatirkan Santi.

"Lalu apa Santi tidak bilang ke Simbok siapa yang memukulinya?...". Jawab Bastio makin penasaran.

"Hus...!, Den Tio ini jangan bercanda den, memangnya Santi mencuri?...sampai ada yang memukulinya gitu?...". ya g mungkin lah Den.

Bastio yang tidak sabar pun lantas meninggalkan Mbok Minah dan berjalan menuju kamar Santi.

Setelah sesampainya di depan kamar Santi, Bastio langsung membuka pintu kamar tersebut.

Santi yang melihat Tuanya datang secara tiba-tiba, sontak kaget dan langsung berteriak sekencang-kencangnya kemudian melompat dari tempat tidur nya berlari ke sudut kamar sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dalam posisi berjongkok menyatukan kedua kaki dan menenggelamkan kepalanya di sana.

"Aaa...., tolong,... tolong, keluar,... keluar anda dari tempat ini!.....". Bentak Santi dengan suara bergetar dan berteriak berharap meminta bantuan kepada siapa saja yang mendengar nya.

"Hey.... please dong jangan begini ok?... Ok,...ok. saya akan keluar dari sini tapi tolong kamu jangan seperti ini. Ok saya keluar.....,. ". Dengan berusaha lembut Bastio membujuk Santi agar bisa tenang, dan menjerit lagi.

Sementara itu Mbok Minah yang mengikuti langkah majikannya tersebut, segera masuk dan memeluk sambil mengelus punggung Santi berusaha untuk menenangkannya.

"Cup...cup...cah ayuuu, tidak ada siapa-siapa di sini jangan takut, hanya Simbok dan Den Tio yang ad di sini ndok, ayooo jangan takut. ada apa ceritakan sama Simbok.

"Hiks ..hiks...". Santi menangis diperlukan Mbok Minah. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dan Dia pun tidak mungkin menceritakan kejadian yang menimpanya kepada Mbok Minah.

Seminggu telah berlalu, tidak ada perkembangan dari Santi. Ia depresi dan selama seminggu pula Santi tidak mau makan sama sekali. hanya minum hingga dia lemas dan harus mendapatkan perawatan medis. tetapi perawatan dari rumah karena dia tidak ingin di rawat di rumah sakit. bahkan dokter psikiater Juga telah di datangkan oleh Bastio untuk Santi.

Santi benar-benar hancur dan tidak tahu harus bagaimana menjalani kehidupan kedepannya. Dia juga kwatir dan takut kalau nanti dia hamil.

"Jika aku hamil bagaimana?...., ya Allah apa salahku?..." . Santi kembali meneteskan air matanya entah sudah berapa sekian kalinya.

Setiap hari Santi hanya melamun dan melamun. Tiba-tiba Ia mendengar suara Adzan berkumandang dari Masjid. Entah apa yang merasukinya Adzan kali ini seakan memberi kekuatan kepada dirinya.

Santi melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan Sholat Magrib di kamarnya. setelah sholat Santi membaca ayat suci Al-Quran dengan berlinangan air mata.

Sementara itu, Bastio akhir-akhir ini diam-diam sering memantau perkembangan Santi dan selalu datang di kamarnya meskipun dia tidak masuk.

Ada rasa bersalah dan menyesal karena sudah membuat gadis tersebut hancur. tak terasa Tio pun meneteskan air matanya saat mendengar Santi membaca ayat suci Al-Quran dengan suara sesenggukan karena menangis.bastio merasakan hatinya sedang teriris.

Ada rasa iba muncul di benaknya, dan kemudian Ia pun lantas berjanji kepada dirinya sendiri akan mengambil keputusan yang benar.

"Semoga keputusan ku ini benar." Bastio bergumam dalam hati.

Terpopuler

Comments

Martinq Ratna

Martinq Ratna

jadi penasaran

2020-09-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!