"Cepatlah aku sudah lapar." Jawab Bastio.
"Ok kalian tunggu lah." Dimas beranjak dari tempat duduknya.
Diki mengutarakan niatnya dengan sangat hati-hati dengan perkataan nya. Diki khawatir kalau Bastio murka.
Setelah dapat menyakinkan sahabatnya itu, akhirnya Bastio mau juga pulang kerumah nya.
"Ok nanti malam aku pulang, tidak seharusnya juga aku membuat Mbok Minah kwartir." mengingat hari sudah sore Bastio berjanji akan pulang malam hari.karena biar bagaimanapun sekarang Mbok Minah lah Orang satu-satunya yang menggantikan peran dan kedua orang tuanya. mengingat Bastio yang memang tidak terlalu dekat dengan keluarga almarhum Papa dan Mamanya.
Setelah menyantap makanan yang dihidangkan oleh Dimas, Diki berpamitan pulang kerumah duluan.
Sementara Bastio bersiap siap membersihkan badannya, karena sudah dua hari ini tidak mandi, dia merasa badannya sudah lengket dan bau.
Sebenarnya Bastio bukan tipikal cowok yang jorok, namun entah kenapa kejadian seminggu yang lalu membuat nya benar benar terpukul dan lupa akan segalanya. Di depan cermin dia berfikir.
"Benar juga apa yang dikatakan Diki barusan, aku tidak boleh seperti ini, aku harus bangkit dan harus bisa mengurus perusahaan Papa. kalau bukan aku siapa lagi.... andai Papa punya anak dua, Hmmmmm.....".
"tok....tok...." Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Bastio. Ia pun beranjak dari tempat nya dan berjalan mendekati pintu kamar dan membukanya.
"Sorry bro que mau ke kafe, Lo mau langsung pulang apa gimana?.... kunci rumah que tinggal ya?...". Tanya Dimas Sabil akan berpamitan.
"Jangan que ikut Lo aja ke kafe dulu, soalnya ada barang que yang tertinggal lagian mobil que kan ada di sana juga." jawab Bastio.
"Oooo ok kalau begitu, ayooo....". ajak Dimas.
Mereka berangkat ke kafe Dimas bersama dengan menggunakan mobil Dimas. sesampainya di sana. Bastio mengambil barang yang dimaksudkan nya yang sempat Ia tinggalkan di kamar khusus tempat biasanya mereka istirahat.
Setelah mengambil nya Ia keluar kamar dan menjumpai sahabat nya Dimas. bermaksud ingin berpamitan kepada Dimas.
"Dim, thanks ya... Lo sudah mau memberikan tumpangan dan merawat que selama beberapa hari ini, dan sorry sudah merepotkan Lo". Tangan kanan nya sambil memegang pundak Dimas.
"Apaan sih Lo, fix kayak sama siapa saja Lo.que malah senang Lo repotin bro, daripada Lo ngerepotin orang lain mending sama que kan?...". Sambil tersenyum dan membalas memegang tangan Bastio.
"Kalau butuh sesuatu, hubungi que. que selalu ada buat Lo." lanjut Dimas.
"Ok bro que pamit pulang dulu ya?...,". Pinta Bastio.
"Siiiip, hati-hati." sambil menepuk pundak Bastio pelan.
"Lo yang sabar,.... bangkit....,dan semangat brooo." Dimas menyemangati sahabat nya Sambil memberikan dua jempol.
Sesampainya di rumah Bastio. Ia begitu disambut hangat oleh Mbok Minah. sampai-samai Mbok Minah memeluk dan menciuminya seperti ibu yang sudah lama tidak bertemu dengan anaknya, seakan Ia benar-benar lupa kalau Mbok Minah hanya seorang pembatu di rumah itu.
Sementara Bastio tidak keberatan dengan perlakuan Mbok Minah kepadanya. justru Ia merasa senang karena Ia masih ada yang peduli dan memperhatikannya.
"YA Allah Den, kemana saja kamu itu Den?....
simbok sangat kuatir sama Aden, kenapa tidak pulang kerumah to Den." sambil terus menciumi dan tidak terasa simbok Minah menangis saking terharunya.
"Mbok,....simbok menangis?...".
dengan lembut Bastio bertanya dan menghapus air mata Mbok Minah.
melihat perlakuan Bastian yang sangat menyayanginya seperti anaknya sendiri, Mbok Minah tersenyum lembut sambil menahan tangisnya dan lagi lagi akan menciuminya lagi.
"Stop... jangan Mbok!...Tio sudah besar. Tio malu kalo Mbok cium terus-terusan." Sambil merapatkan kedua telapak tangannya memasang wajah memelas.
melihat kejadian itu sontak Mbok Minah tak lagi menangis malah Ia tertawa sambil memukul kepala majikan mudanya yang sudah di anggap anak nya sendiri itu.
"Sudah mulai nakal rupanya Aden ya....
Malu sama siapa Den hmm......". tanya Mbok Minah.
"Itu,....".Bastio menukkan jari telunjuk nya ke arah Santi yang baru Keluar dari kamar nya karena mendengar kebisingan dari ruang tamu.
Santi yang baru Keluar dari kamar menjadi salah tingkah, karena tidak biasanya Bastio bersikap baik kepadanya. entah kenapa hari ini majikannya itu menunjukkan wajah yang bersahabat.
"hmmm jangan gr deh Santi,... kamu itu siapa?..."Santi bergumam dalam hati.
"Hahaha....".Mbok Minah dan Bastio tertawa bersamaan. kemudian Bastio merangkul pinggang Mbok Minah mengajak nya berjalan keruangan santai dan mengajak nyaengobrol disana. yang kebetulan memang sudah lama sekali mereka berdua tidak lagi terlihat mengobrol.biasanya Bastio selalu menyempatkan diri datang kekamar Mbok Minah sekedar berbincang-bincang kecil.
Sementara itu Santi masih berdiri d tempat nya sambil mematung. ada rasa senang tuanya pulang, tapi ada rasa takut juga, karena siap-siap saja sepanjang hari akan disibukkan mengurusi banyi besarnya yang menurutnya super bawel itu.
Santi adalah gadis desa polos yang bekerja kurang lebih tiga bulan sebagai bibi sister pribadi Bastio yang menggantikan bibi sister yang lama. karena bibi sister sebelumnya harus pulang kerumah karena mengurus suaminya yang sudah sakit-sakitan dan tidak bisa kembali bekerja lagi di rumah keluarga Admaja.
Itulah sebabnya Santi yang baru Tamatan SMK itu menggantikan posisi bibi sister Bastio yang lama.
Santi berasal dari keluarga yang serba kekurangan, itulah sebabnya Ia tidak bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. boro-boro kuliah untuk makan sehari-hari saja keluarga nya harus bekerja dulu. ditambah lagi dalam keluarga nya ada lima orang. Ayah ibu dan kedua adiknya. sementara itu Santi adalah anak pertama.
Santi adalah gadis yang sangat mandiri, dari SD kelas 3 Santi sudah bisa membianyayai sekolahnya sendiri dengan menjadi pemulung. setiap berangkat dan sepulang sekolah Santi memulung di sepanjang jalan menuju rumah dan sekolahnya. pekerjaan ini Ia jalani sampai Ia tamat SD dan hingga memiliki modal untuk berjualan asongan keliling.
hidup yang benar-benar pahit dari pemulung, pedagang asongan, bahkan tukang parkir pun sudah Ia coba, demi membantu kelangsungan hidup dan membiayai sekolah nya.hingga sampai detik ini Ia menjadi tulang punggung keluarganya karena gaji yang nya lumayan besar, yaitu 5 juta per bulan.
sementara dengan gaji yang lumayan cukup besar baginya itupun Ia lantas tidak pernah melihat ataupun memegang nya. karena setiap bulannya. ayahnya selalu mengambil nya untuk kebutuhan keluarganya sehari-hari d kampung.
"Ndok cah ayuuu...?kenapa masih di situ, ayooo ambilkan minuman untuk tuanmu!.....".
Mbok Minah membuyarkan lamunan Santi yang sedari tadi masih berada di tempatnya tanpa bergeser sedikitpun.
"Eh maaf Mbok, Iya sebentar saya ambilkan Tuan." Jawab Santi gugub.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments