Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Maaf banyak typo's bertebaran dan kesalahan dalam penulisan di bawah ini!
(***< Happy Reading Baby >***)
Ridwan bangun di sepertiga malam guna melaksanakan Shalat tahajud, hajat dan Istikharah. Dia ketiduran tanpa ikut Shalat tahajud dan sahabat-sahabatnya tidak membangunkan dirinya. Memang tadi ia jaga malam jadi tidakq melaksanakan Shalat tahajud. Maka tepat di sepertiga malam Ridwan bangun hendak melaksanakan shalat Sunnah sepertiga malam.
Pemuda tampan ini berjalan ke kamar mandi khusus pengurus untuk membersihkan diri sekalian wudhu. Dia terlihat santai tanpa ekskresi saat sosok lain menyapanya. (ingat waktu kecil Kakak gede punya indra ke 6? Nah kelebihan itu masih ada walau sempat tertutup.) Pada akhirnya Ridwan tersenyum tipis menyapa mereka seolah itu hal biasa.
"Allahu Akbar sabar jangan komat-kamit baca doa. Etdah Mbaknya malah ngajak kenalan. Genit banget minta di rukiyah Mbaknya," batin Ridwan.
Usai wudhu Ridwan nyelonong pergi tanpa meladeni mereka. Sampai di kantor pusat untuk pengurus Putra (pelajar atau Mahasiswa) sontak menutup pintu. Dia masuk kamar tempatnya di lantai atas. Hingga Ridwan tersenyum tipis tatkala Hamdan bangun dengan tampang kusut.
"Kamu ngga bangunin aku, Fiyan. Aku padahal mau Shalat, kamu nyebelin."
Ridwan mengerjap saat Hamdan kembali tidur. Dia menggaruk pelipis saat tahu sahabat sekaligus orang yang di anggap Kakak hanya mengigau. Dia nengedihkah bahu acuh melihat tingkah Hamdan. Ridwan memakai baju koko dan sarung lalu pakai kopiah.
Dengan khusyuk Ridwan Shalat di sepertiga malam seperti Shalat sunnah tahajud, hajat dan shalat Istikharah. Dia ingin meminta hajat sekaligus petunjuk dari Allah. Ia sangat ingin mendapat jodoh yang di tunjukan oleh sang Khaliq. Usai Shalat Ridwan membaca Al-Qur'an beberapa menit.
"Shadaqallahul-'Adzim, semoga hajat hamba Engkau kabulkan ya Rabb. Hamba ingin petunjuk-Mu menjadi kebahagiaan untuk hamba. Hamba berserah diri ya Allah untuk takdir yang Engkau gariskan."
Ridwan melepas baju koko dan kopiah lalu menaruh di gantungan baju. Usai itu ia memutuskan untuk tidur. Sebelum tidur dia sempatkan membaca Ayat kursi tiga kali, surat Al-Fatihah, An-nas, Al-Falaq dan Al-ikhlas dan terakhir doa sebelum tidur. Mata teduh Ridwan perlahan menutup menyembunyikan manik indahnya.
Tepat jam setengah empat para Mahasiswa dan pelajar terbangun. Mereka masuk kamar mandi untuk siap-siap wudhu atau mandi. Setelah itu siap-siap menjalankan ibadah sholat subuh. Mereka terlihat tertib ketika sedang mandi atau pun sedang wudhu.
Sekitar jam 04:15 AM Ridwan baru bangun setelah di bangunkan Hamdan. Pria tampan ini membaca doa usai bangun tidur. Terlihat frustrasi itu lah gambarannya sekarang. Terlihat dia mengacak rambut kalut mengingat petunjuk dari sang Khaliq. Rasanya Ridwan ingin menangis saja mendapati petunjuk dari Allah.
"Ada apa, Fiyan? Kamu kusut kayak baju belum di setrika. Gih ini jatah kamu Imami para penghuni asrama putra. Ingat kamu juga ada kelas setelah ini. Dan ingat wajahmu sangat jelek kalau kusut begitu," celetuk Ahmed dari Baghdad Iraq.
"Kang Ahmed asal bicara mana mungkin wajahku jelek. Ingat aku Ridwan si tampan tidak terbantahkan. Aku pria yang sangat tampan dari mana pun di lihat. Dari samping ganteng, dari belakang tampan apa lagi dari depan ganteng overdose. Sudah aku mau mandi dulu!"
Ridwan kumat somplak membuat mereka hanya bisa menggeleng kepala maklum. Jika pria itu sudah kumat narsis berabe. Wajah kalemnya tidak pantas jadi orang tengil. Cocok sekali tengil ya Adik Ridwan si Mumtaaz yang sering mengaku pangeran tertampan di dunia.
Hamdan hanya bisa menepuk bahu lebar Ridwan mengiyakan biar senang. Jika di ladenin yakinlah Ridwan bisa semakin gila tidak terkendali. Mereka penasaran orang tuanya saat mengandung Ridwan makan apa? Apa ada yang mendidik si kalem jadi orang sedeng jika kumat? Memikirkan itu Hamdan memilih menyusul Ridwan ke kamar mandi untuk wudhu.
Ada kelas ba'da shalat subuh makanya Hamdan memilih mandi nanti saja. Sampai depan kamar mandi dia melihat Ridwan masih linglung memikirkan sesuatu. Ia tersenyum saja tatkala Kang pengurus bertanya padanya perihal Ridwan yang aneh dengan pandangan kosong. Pada akhirnya Hamdan mendekat lalu menepuk bahu Ridwan.
"Ada apa?" tanya Hamdan kalem.
"Aku mimpi aneh banget masak jodohku gadis ceroboh. Kemarin gara-gara gadis itu celanaku nyaris lepas. Parahnya saat hendak pulang ke asrama aku melihat gadis itu nyunsep di tanah. Aneh aku tadi shalat Istikharah eh dapat petunjuk berjodoh dengan gadis ceroboh."
Tanpa sadar Ridwan curhat pada Kang pengurus yang lebih tua darinya. Dia yang bosan memilih melepas kaus menyisakan boxer untuk mandi. Pikirannya kalut sampai ingin nangis di pojokan. Ridwan jodohnya dengan Ning Annisa dari Abah bukan gadis itu. Semoga saja Ning Annisa tidak ceroboh seperti gadis itu, Aamiin.
Perlu diingat Ridwan belum menyetujui permintaan Abah Zailani. Nanti setelah mengajar di kampus mau telepon rumah (Iraq) dan menelepon Abinya meminta pendapat. Ridwan tidak tahu kenapa bisa menikah di usia baru memasuki 25? Semoga saja ia bisa menjadi Imam yang baik untuknya, aamiin.
"Wah sudah Shalat Istikharah, mau nikah ya, Kang? Itu bagus jika celana Kang Alfiyan lepas bisa kabur burungnya," celetuk Umar begitu kalem.
"Ngawur, aku pakai boxer mana bisa burung kabur. Sudahlah jangan ganggu orang ganteng mandi. Mau jadi ganteng kayak, Ridwan? Berendam pakai bunga 9 rupa biar langsung ganteng. Jangan ganggu ~ orang tampan tidak terbantahkan males bicara!" tukas Ridwan.
Para pengurus menatap Ridwan aneh. Untung ganteng kalau ngga bisa kena timpuk kepala Ridwan. Jika kumat tidak waras Ridwan menjelma menjadi pria gila dari planet Uranus. Semoga saja calon Istrinya kelak tahan pada sikap narsis di balik sikap kalem, tenang dan lembut.
*****
Ridwan memilih ke pasar terlebih dahulu sebelum mengajar di kelas. Dia melihat seseorang yang familiar. Itu Mbak asrama kemarin sedang kelayapan bersama teman sebaya. Pakaian mereka menggunakan celana dengan hijab segi empat. Kenapa ada Mbak pondok kelakuan begitu?
Annisa merasa di pandang langsung menatap arah belakang. Dia melihat Ridwan menatapnya sekilas. Ia mengerjap melihat pemuda itu menggunakan kemeja warna silver dengan bawahan celana formal warna senada. Annisa akui Ridwan ganteng , tapi baginya orang paling ganteng ya Hamdan.
Ridwan tidak peduli memilih berlalu begitu saja menuju tempat tujuan. Rencana mau membeli bahan masakan untuk 1 minggu ke depan. Dia juga mau menelepon orang tuanya di Iraq dan Indonesia. Rasanya Ridwan ingin marah pada situasi ketika gadis tadi berpenampilan kasual. Entah kenapa jantungnya terasa sesak saat pria menatap kagum gadis itu.
"Astaghfirullahal'adzim, hamba khilaf ya Allah, ampuni segala dosa hamba. Ya Allah, kenapa petunjuk-Mu begitu luar biasa? Gadis tadi bukan takdir hamba itu pasti. Semoga saja Shalat berikutnya aku tidak mendapat petunjuk yang sama. Ya Allah yang maha Agung, jika memang takdirku dirinya semoga saja ada perubahan. Hamba berharap sebuah Gadis baik-baik yang menjadi jodoh kelak, Aamiin."
"Ning Nisa, ada apa?" tanya Sivia.
"Tidak aku tadi melihat Kang pondok ke pasar."
"Oo, wajahnya ganteng atau jelek?"
"Lumayan, tetapi ganteng Pak Hamdan."
"Dasar budak cinta, ayo cepat kita pulang nanti gawat kalau kepergok kita ke pasar pakai pakaian begini!" seru Anandita.
"Iya, ayo!" kor mereka.
Annisa menengok ke belakang lagi untuk menatap pria itu sedang membeli sesuatu. Dia ingat tujuan di sini rencananya mau kabur dari rumah beberapa hari agar Abah dan Ummi tidak menikahkan di usia dini. Dia juga sudah membawa ransel serta uang tabungan untuk melarikan diri. Annisa tidak tahu mau ke mana yang terpenting kabur sampai perjodohan berakhir.
Antah kenapa Annisa malah perlahan jalan mundur lalu berlalu meninggalkan mereka selagi teman-temannya sibuk menggosip. Dia sekarang berada di tengah pasar dengan tampang lugu. Sebenarnya ia belum pernah ke pasar seorang diri. Annisa merasa tersesat ketika terus berjalan tetap di pasar.
"Aku seperti di labirin," gerutu Annisa.
Ridwan melihat gadis itu lagi sedang duduk sembari mendekap ransel. Apa gadis itu sedang melarikan diri dari asrama? Ia memutuskan untuk menemui gadis itu sembari membawa belanjaannya. Ridwan memejamkan mata sebentar untuk menghalau petunjuk-Nya. Gadis di depannya bukan takdir yang di tulis untuknya.
Annisa kaget melihat Ridwan ada di depannya. Dia langsung menunduk dalam menyembunyikan wajahnya serta memeluk tasnya lebih erat. Ia merasa malu menggunakan pakaian seperti ini di depan pria ini. Air mata Annisa luruh deras merasa takut jika pria ini menganggapnya gadis nakal.
"Apa Anda sedang kabur dari asrama? Tidak baik melarikan diri dari masalah. Jika Anda gadis baik-baik pulang jangan jadi gadis tidak terdidik. Orang tua menyekolahkan Anda agar menjadi gadis baik-baik yang bisa mengharumkan namanya, bukan menjadi gadis tidak berpendidikan. Ganti pakaikan Anda dengan pakaian yang sopan. Benarkan hijab serta ganti rok Anda. Saya antar pulang dan saya tahu Anda sedang bingung. Jika mau kabur pikirkan baik-baik apa Anda sudah bisa jaga diri serta mencari uang tanpa orang tua."
Ridwan menyerahkan tisu untuk yang kedua kalinya pada gadis ini. Dia jadi merasa bersalah telah membuat gadis ini menangis sesenggukan. Gara-gara itu para pengunjung menatap sengit padanya. Sabar pasalnya orang sabar tambah tampan menawan, Aamiin. Ridwan hanya memberikan masukan agar gadis ini sadar atas kesalahan. Semoga saja gadis ini mau ikut ke asrama putri dan memperbaiki diri.
Annisa tambah tergugu mendengar perkataan Ridwan. Ya Allah ia merasa salah telah membuat malu kedua orangtuanya. Dia akan pulang lagian kata-kata pria ini benar adanya. Dirinya hanya bisa menyesal sembari menangis sesenggukan. Hingga akhirnya Annisa meminta Ridwan menemaninya mencari kamar mandi untuk ganti.
Ridwan tersenyum saat gadis kecil ini mau menurut. Dia membawa Annisa ke tempat WC umun. Ia akan menunggu sampai gadis itu selesai berganti pakaian. Setelah menunggu beberapa menit Annisa keluar menggunakan pakaian sopan. Ridwan tersenyum tipis lalu meminta Annisa ikut ke tempat telepon umum. Dirinya mau menelepon dulu baru pulang sekalian mengantar gadis ini.
"Kang, terima kasih. Itu Namanya siapa?"
Suara lembut itu membuat Ridwan terdiam. Dia dari tadi memang belum menatap gadis ini. Ia menjaga pandangan agar tidak menjerumus ke zina mata. Bahkan sedari awal Ridwan menjaga jarak pada Annisa.
Annisa jadi penasaran dengan nama pria ini. Siapa gerangan orang yang di temuinya tiga kali? Setiap pertemuan pasti memalukan. Sungguh dia sangat malu pada Kang kalem yang ada di depanya. Annisa harap pria ini mau memperkenalkan diri.
"Alfiyan," sahut Ridwan sebelum masuk ke dalam tempat telepon umum.
Alfiyan, tunggu jangan bilang ini pria yang paling di idam-idamkan para teman dan Mbak pondok? Pria tampan yang baik ingin di raih jadi Imam. Kalau di perhatikan memang ganteng, alim, baik dan sopan. Menarik juga pria ini pantas banyak yang suka.
*****
Hayo, pasti ngga sabar Kakak Ridwan dan Ning Annisa nikah.
Salam hangat dari
Rose_Crystal_030199
30_08_20
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Amora
nah ... kan ...
dengerin ning ! .
2024-06-29
0
Amora
🤲🙏
2024-06-29
0
Amora
👍
2024-06-29
0