Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hayo, siapa yang kangen keluarga narsis?
Mari kita baca keluarga narsis yang absurd!
Bagaimana si Pangeranku Mumtaaz dan Kakak Ridwan adu ketampanan!
Maaf banyak typo's bertebaran dan kesalahan dalam penulisan di bawah ini!
¤¤ΦHappy Reading BabyΦ¤¤
Tepat 3 hari sebelum akad nikah di laksanakan keluarga kecil Ayah Aziz dan Abi Azzam datang. Ayah Aziz pastinya datang bersama Istri dan anak-anaknya, sedangkan Abi Azzam datang bersama anak-anaknya. Mereka telah tiba di Kairo untuk menghadiri pernikahan si sulung. Mereka akan menginap di hotel dekat pesantren.
Begitu halnya dengan Mumtaaz memutuskan untuk pulang ke rumah guna ikut menyaksikan Kakaknya menikah. Pemuda tampan berkulit putih ini tampak santai melangkah menuju tempat tamu. Dia langsung tersenyum lebar melihat Abinya sudah siap menyambut. Detik berikutnya Mumtaaz sudah anteng dalam dekapan Abi Azzam sembari mengomel panjang lebar.
Umi Khumaira tersenyum teduh saat Faakhira merengek ingin sekolah di sini. Putrinya harus bersabar menunggu giliran untuk sekolah di sini. Dia usap puncak kepala Putrinya sesekali memberikan ciuman di pelipis. Putri bungsunya memang sangat menggemaskan.
Aziz menepuk bahu Masnya sembari tersenyum tipis. Dia sedih saat Azzam harus di tinggal pergi almarhum Mahira begitu cepat. Kakak iparnya sakit keras membuat harus berakhir di meja operasi. Sedih sekali saat Kakak iparnya Mahira pergi untuk selamanya. Aziz terpukul melihat Azzam di tinggal pergi untuk yang kedua kalinya.
Mumtaaz bersandar pada bahu lebar Abi Azzam. Dia memang sangat menyayangi Pamannya seperti Ayah sendiri. Baginya Abi Azzam adalah Abinya yang manis. Saat tahu Mama Mahira meninggal keluarga besar Ayah Aziz yang ada di Iraq datang ke Indonesia untuk ta'ziyah. Hingga Mumtaaz tersenyum miring saat Ridwan sudah muncul menggunakan pakaian formal.
"Hoi Kakak kalem pangeran tampan tidak terbantahkan datang. Kakak pasti senang Adik tanpa mu datang. Ngga usah mendelik gitu sadar Mumtaaz si pangeran ganteng di dunia memang ganteng overdose!" seru Mumtaaz sembari mengedipkan mata jahil.
Ridwan mendengkus mendengar perkataan Mumtaaz. Anak ini masih sama menyebalkan akan sikap narsisnya. Ok, dia juga sangat tampan tidak terbantahkan jangan lupakan itu. Bahkan sejagat raya tahu Ridwan adalah pria tertampan tidak terbantahkan.
"Iya pangeran Mumtaaz yang paling tampan di dunia. Tetapi, Kakak yang paling ganteng tidak terbantahkan. Jangan harap kegantengan Tole Mumtaaz mampu mengalahkan kegantengan Kakak!"
Ridwan dan Mumtaaz saling menatap sengit. Dua pemuda tampan jika bertemu selalu debat soal ketampanan. Jika jauh baru kangen ingin ribut soal ketampanan. Kedua Adik dan Kakak ini begitu antusias membanggakan ketampanan. Tidak mau mengalah seolah Ridwan dan Mumtaaz itu memiliki dunia sendiri saat debat.
Aziz hanya tersenyum bangga saat Khumaira menatapnya seolah mengatakan Mas berhasil mendidik anak-anak jadi gemblung. Dia tersenyum saat Ridwan sudah lelah debat beralih salaman begitu sopan. Dasar Putranya bukan salaman dulu malah debat gila bersama Mumtaaz.
Ridwan mengucap punggung tangan Umi Khumaira lalu memberikan pelukan erat pada Uminya. Dia juga melakukan itu pada Ayah dan Abinya. Ia rengkuh Abinya sembari menangis meminta maaf tidak bisa menemani saat Ibu tiri meninggal.
Azzam mencium kening Putranya penuh sayang. Anaknya sangat tampan bahkan bisa di bilang duplikatnya. Anak sulungnya kini telah melangkah lebih jauh tanpa hambatan. Azzam sangat bangga pada Putranya yang menjelma menjadi pria hebat berkat didikan Aziz dan Khumaira.
Ridwan memeluk Faakhira dan memberikan usapan lembut di pipi. Saat berhadapan dengan Mumtaaz dengan kejam menggeplak kepala Adiknya yang tengil. Wajah tampan Mumtaaz begitu tengil seperti Ayahnya. Ketampanan Adiknya memang overdose, tetapi lebih tampan dirinya titik.
Mumtaaz mendelik saat Kakaknya menggeplak kepala tampannya. Jika dia jelek Ridwan harus tanggung jawab. Wajahnya jelek itu mustahil karena Mumtaaz pangeran tertampan di dunia. Dia tersenyum saat Ridwan memeluk tubuhnya sembari mengusap belakang rambutnya.
Aziz menepuk kursi di dekatnya. Tangan kekarnya yang sudah mulai menua itu mengusap pipi Ridwan penuh sayang. Padahal baru kemarin ia memandikan Ridwan sembari mengajak bermain. Kini Putra sulung akan menikah sebelum waktunya. Sungguh Aziz begitu bahagia memiliki Ridwan menjadi Putranya.
Ridwan duduk manis di samping Ayah Aziz sembari tersenyum manis. Dia apit lengan kekar Ayahnya sembari mengatakan banyak hal. Sungguh ia rindu saat tangan kekar ini sering menggendong ketika kecil. Tangan ini dengan kasih sayang mengusap rambut serta pipinya. Tangan yang selalu memberikan kehangatan serta kesejukan. Ridwan begitu merindukan saat Ayah Aziz menidurkan dirinya sembari mengusap rambutnya.
Tidak berselang lama Khumaira ikut mengusap rambut Ridwan dengan mata berkaca. Dia terdiam saat Putranya merengkuh tubuhnya. Ya Allah kenapa anak sulungnya sudah sebesar ini? Rasanya baru kemarin Khumaira menyusui dan mengganti popok Ridwan. Wajah Putranya benar-benar duplikat Azzam. Sangat tampan penuh ketenangan di setiap langkah selalu teduh dengan kedamaian memikat.
Keluarga ini memutuskan melepas rindu dengan obrolan seputar masa kecil. Mereka begitu rindu akan masa-masa indah dulu ketika Ridwan, Mumtaaz, Faakhira, Ayeza, Emran, Zoya dan Zayn masih anak-anak.
Keempat anak Abi Azzam begitu senang bisa memiliki keluarga harmonis. Mereka. Bahkan merasa begitu terharu tatkala Paman Aziz dan Bibi Khumaira juga menyayanginya layaknya anak sendiri. Paman dan Bibinya sangat menyayangi mereka begitu tulus. Sungguh mereka sangat bahagia walau Ibu mereka telah tiada. Kini keempat anak rupawan ini begitu bahagia bisa berkumpul penuh suka cita. Semoga saja mereka akan selalu bahagia dalam suka maupun duka.
***'•'•'***
Mumtaaz melepas jaket jeans nya menyisakan kaus putih. Dia tadi mau memakai celana jeans warna biru. Namun tidak jadi soalnya mau ke pesantren berpenampilan berandalan. Wajah tampannya yang baru berusia 21 tahun tampak mempesona. Banyak yang bilang wajah tampannya sangat mirip Ayahnya. Jelas mirip Mumtaaz anak Ayah Aziz yang paling ganteng.
Bagi Mumtaaz ia adalah pangeran tertampan di dunia. Gila itulah dia yang sangat aneh melebihi Ayahnya? Dia terlalu percaya diri soal ketampanan yang overdose. Mumtaaz begitu bahagia hidup tanpa ada beban walau sejatinya ada.
"Hai, Kakak cilik dari tadi ngecek ponsel spa yang di lihat?" tegur Ridwan.
"Ini pesan dari teman, Kak. Aku juga mau mencari style baru agar tambah ganteng. Ya walau pakai pakaian compang camping Mumtaaz tetap ganteng. Pria tampan sepertiku pakai apa pun tetap menawan. Tetapi, Mumtaaz harus kelihatan ganteng gitu biar tambah tampan menawan tidak terbantahkan. Walau sudah tampan multitalenta lagi. Kak Ridwan aku punya tips agar jadi ganteng, garang, macho, cool, tampan penuh karisma seperti, Mumtaaz."
"Iya kamu mau bilang apa pun Kakak dengar, Le. Apa tipnya biar Tole pangeran ingusan ini mau bagi-bagi tips!"
Mumtaaz berdecak sebal mendengar jawaban Ridwan. Dia merengkuh Ayahnya sembari nyengir jahil. Anak ini begitu usil soal mengerjai seseorang. Kadang teman-temannya berasa mau masukin Mumtaaz ke kebun serigala.
"Kakak ngga mungkin bisa kayak Mumtaaz yang overdose penuh karisma, tajam menawan seperti pangeran Negeri dongeng. Gini Kak wajah Kakak itu kalem ngga bisa macho dengan karisma memikat seperti Mumtaaz. Jadi operasi plastik sana ganti wajah seperti Mumtaaz!"
Perkataan lempeng Mumtaaz dengan wajah songong membuat Ridwan langsung manabok keras bahu Adiknya. Ya Allah kenapa bisa punya Adik gila macam Mumtaaz? Sabar karena orang sabar tambah tampan menawan tidak terbantahkan. Dengan napas memburu Ridwan menodong buku tebal. Ingin rasanya dia tabok wajah Adiknya biar insyaf.
Mumtaaz hanya menyeringai penuh kemenangan. Wajah jahilnya sungguh pas mendapat geplakan. Dia memang senang sekali menggoda kesabaran Ridwan. Jadi orang kalem, lembut, teduh dan sabar itu tidak enak kurang agresif. Sekali-kali cool penuh karisma kayak dia dong biar wow. Mumtaaz itu suka jahil agar Ridwan cerewet tidak diam. Kan bosen punya Abang alim kalau boberok kumat mirip dirinya.
Perbedaan Ridwan dan Mumtaaz itu cukup jauh. Ridwan, kalem, pendiam, ramah dan teduh suka berkata manis. Mumtaaz, cool, dingin tanpa kata, judes dan tajam suka berkata sarkasme. Perbedaan di wajah, Ridwan, memiliki wajah tampan, maskulin dengan keteduhan memukau. Mumtaaz, macho, cool, tampan penuh karisma.
Ridwan duplikat Abinya Azzam, sedangkan Mumtaaz memiliki aura duplikat Ayahnya Aziz. Keduanya memang beda di segi wajah dan sikap. Namun, ada persamaan yang sangat menyatu satu sama lain yaitu : narsis overdose, somplak, astral dan gila.
Perdebatan konyol kembali ke babak baru. Ridwan dan Mumtaaz saling mengejek, membanggakan dan menghina dengan kekonyolan hakiki. Perdebatan itu membuat keluarga Ayah Aziz dan Abi Azzam malu sekaligus bangga. Wajah Ridwan yang kalem tidak pantas jadi geser. Beda dengan Mumtaaz yang tengil pantas saja geser membuat ingin geplak.
Khumaira hanya menepuk paha Aziz seolah mengatakan hentikan perdebatan anak alien, 'mu. Dia malu sendiri di kelilingi makhluk astral macam Suami dan anak-anaknya. Khumaira bersyukur empat keponakannya tidak ketularan virus gila Suaminya. Syukur Azzam mendidik penuh kelembutan dengan sikap normal. Jika ikut bersamanya yakinlah Zayn dan Emran gila macam Ridwan dan Mumtaaz.
Azzam menatap Aziz sinis seolah mengatakan cepat kendalikan dua bocah astral ini. Dia saja sampai kapok misah perdebatan konyol kedua anaknya. Pernah dulu memisah eh malah kena sekakmat.
Aziz tersenyum bangga bukanya pening. Ternyata kedua anaknya telah menurun sempurna sifat narsis overdose. Karena sudah saatnya Adzan Ashar ia putuskan untuk menengahi perdebatan konyol Ridwan dan Mumtaaz.
"Sudah anak-anak Ayah memang yang paling ganteng. Baik Kakak besar Ridwan dan Kakak Mumtaaz kalian tampan overdose. Sekarang ayo siap-siap jama'ah shalat ashar!" tegas Aziz sukses membuat Ridwan dan Mumtaaz kicep.
Ridwan dan Mumtaaz berhambur memeluk Ayah Aziz sembari tersenyum polos. Mereka berdua masih seperti anak 5 tahun jika berdekatan dengan Ayah Aziz atau pun Umi Khumaira. Untuk Abi Azzam keduanya berlagak dewasa biar terlihat membanggakan.
Aziz mengusap rambut Mumtaaz dan Ridwan. Sesekali ia kecup puncak kepala anaknya. Dia sangat bahagia memiliki anak-anak hebat. Antahlah ia belum percaya anak sulungnya mau menikah. Aziz tidak akan bisa bercanda bersama Ridwan lagi usai menikah.
Aziz dan Khumaira mengulum senyum getir ketika teringat Zaviyar. Putra bungsu mereka yang sudah tiada. Namun, hati mereka yakin Zaviyar mereka masih hidup. Makanya Aziz dan Khumaira memilih tinggal di Iraq untuk mencari Putranya. Keduanya sangat terpuruk tatkala Zaviyar-nya telah tiada akibat kecelakaan hebat itu.
"Andai Tole Zavi ada di sini pasti semakin rame. Di mana kamu, Nak? Ayah dan Umi yakin Tole masih hidup. Kami akan terus mencari Tole sampai ketemu. Tole Zavi, kami sangat menyayangi Tole sampai kapan pun. Kami sangat mencintai Tole Zavi sepenuh hati. Di mana pun Tole berada doa Ayah dan Umi akan selalu mengiringi langkah Tole Zavi," batin Aziz dan Khumaira sembari tersenyum sendu.
Ridwan, Mumtaaz dan Faakhira yang sadar kedua orang tua sedih sontak merengkuh erat. Mereka juga sangat terpukul atas meninggalnya Zaviyar. Hati seorang Kakak tidak akan salah walau jasad sebagai Zaviyar di kebumikan.
Azzam sekeluarga merasa sedih jika ingat mereka pindah demi mencari Zaviyar. Si kecil yang malang meninggal dalam kecelakaan tragis bersama Paman dan Bibi. Hati Azzam terasa sesak saat mendapat kabar Zaviyar meninggal dunia. Semoga saja anak shaleh itu di tempatkan di Surga-Nya Allah, Aamiin.
****Φ'To be Continued'Φ****
Chap depan akad nikah Mas Ridwan dan Ning Anisa!
Dua somplak bertemu bikin rame. Gemea pingen ngarungi kakak besar dan Kakak kecil!
Bonus Pick Kak Ridwan dan Kak Mumtaaz!
Salam hangat dari
Rose_Crystal030199
04*09*20
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Amora
heeemmmm
2024-06-29
0
Amora
yaa ... salam
2024-06-29
0
Retna Pujiastuti
koq cerita mama mahira harus meninggal cepet gitu kasihan abi azzam masa tuanya sendiri
2022-04-08
0