Cuek

Entah kenapa akhir - akhir ini Steven sedikit aneh? Dia jadi jarang menemuiku,bahkan dia seperti sudah tidak peduli padaku.

"Stev. Kamu lagi baca apa?" tanyaku.

"Aku lagi baca novel."

"Kamu kenapa sih? Kok akhir - akhir ini cuek banget, kamu lagi ada masalah?"

"Enggak kok."

"Terus kenapa? Kamu aneh banget tahu." Balas ku kesal.

"Maaf."

"Gimana kepala kamu udah gak pusing lagi?" tanyaku.

"Enggak." jawabnya singkat.

"Stev. Jangan kayak gini, aku gak suka kamu yang cuek gini."

"Udah ah, aku ke kelas dulu. Kamu berisik." balasnya dengan nada kesal.

Ia pun pergi meninggalkan ku. Ada apa dengannya?

••••••••••••••••••••••••••

"Beneran dia bilang gitu?" tanya Rachel.

"Iya, hel. Aku gak ngerti deh, emang salah aku bilang gitu?"

"Gak lah. Kamu biarin dulu aja dia sendiri."

"Apa dia lagi ada masalah ya? Tapikan, dia bisa cerita aja."

"Udah gak usah dipikir dulu. Beri dia waktu, oke." balas Rachel.

Aku hanya mengganggukkan kepala. Masa sih dia sudah bosan denganku?

•••••••••••••••••••••••••••••

Sudah sekitar 2 minggu, hubunganku dan Steven menggantung. Ketika aku tidak sengaja berpapasan dengannya, ia malah pura - pura tidak melihat. Apa maksudnya coba? Apa dia memutuskan hubungan secara sepihak?

"Eh, Bri. Tadi kamu dicari bu Mita, disuruh ngembalikan buku di perpustakaan." ucap Rachel.

"Eh, iya lupa deh. Ya udah, temenin aku ya."

"Oke." balasnya.

Lalu, aku pergi ke perpustakaan ditemani Rachel. Setelah selesai mengembalikan buku, aku tidak sengaja melihat ke meja pojok. Ada Steven yang sedang membaca buku, ingin ku hampiri tapi tidak jadi. Aku segera menggandeng Rachel dan pergi keluar.

••••••••••••••••••••••••••

Karena hari ini jadwal ku membuang sampah, jadi aku pulang agak telat. Setelah selesai membuang sampah, aku tidak sengaja melihat Steven sedang merokok di halaman belakang. Aku jadi merasa de javu. Entah kenapa aku menghampirinya?

"Stev." panggil ku.

Dia tidak menjawab ku.

"Stev. Jangan diemin aku kayak gini." ucapku kesal.

Dia membuang rokoknya.

"Yuk pulang." ajaknya.

"Eh? Emmm.. aku bawa mobil sendiri."

"Ya udah aku anterin kamu ke mobil." balasnya.

Dia tiba - tiba menggandeng tanganku dan mengantarku ke parkiran.

"Masuk gih." suruhnya.

"Emm.. iya."

"Hati - hati ya. Kalau udah sampai, jangan lupa hubungi aku." ucapnya.

"Iya, Stev."

Aku pun mengendarai mobilku. Sesampainya di rumah, aku langsung menghubungi nya.

"Hai." sapaku.

"Udah sampai?" tanyanya.

"Udah. Kamu juga udah sampai rumah?"

"Udah."

Kudengar samar - samar ada suara yang memanggil nama Steven di telepon. Apa dia sedang di suatu tempat ya?

"Eh, Bri. Aku tutup dulu ya teleponnya." ucapnya.

"Iya. Bye."

Ia langsung memutuskan sambungan. Aku pun berpikir, Steven sedang dimana?

Ting tong.. Ting tong..

Aku langsung bergegas keluar kamar untuk membuka pintu.

"Emm.. cari siapa ya?" tanyaku kepada pria tinggi di depanku.

"Ini rumah om Andre kan?"

"Eh, iya."

"Ini pesenan rotinya." ucapnya sambil menyerahkan kresek isi roti.

"Eh? sebanyak ini?" tanyaku tidak percaya.

Aku bingung, kenapa ayah memesan roti sebanyak ini? Tanyaku dalam hati.

"Iya. Ya sudah saya pergi dulu ya."

"Eh? Uangnya kan belum saya kasih."

"Udah dibayar kok."

"Oo.. Ya udah, makasih ya."

Dia pun pergi mengendarai motornya. Jujur saja, pria yang mengantarkan roti ini tadi lumayan tampan. Setelah itu, aku langsung membawa semua pesenan rotinya ke dalam rumah.

•••••••••••••••••••••••••••••••

"Na. Tadi pesenan roti ayah sudah datang belum?" tanya ayah.

"Eh, udah kok. Nana taruh di meja dapur tadi."

"Ooo.. ya udah. Yang nganter tadi siapa?" tanyanya kembali.

"Cowok ganteng." jawabku.

"Hah?" ucap ayah bingung.

"Nana gak tahu namanya."

"Ya udah, gak usah dibahas."

"Ayah pesen roti sebanyak itu buat apa?"

"Buat acara kantor ayah besok."

"Ooo.. itu dari toko rotinya om Dean ya?"

"Iya. Ya udah, ayah mau mandi dulu."

"Iya, yah. Nana juga mau lanjut ngerjain PR."

Aku pun bergegas ke kamar dan lanjut mengerjakan PR.

•••••••••••••••••••••••••

1 Mei 2013

Tidak terasa sudah bulan Mei, itu artinya Steven sebentar lagi akan lulus dari SMA.

"Kamu mau lanjut kuliah dimana?" tanyaku pada Steven yang sedang menaruh kepalanya di bahuku.

"Gak tahu."

"Gimana sih? Tinggal beberapa hari lagi kamu lulus tahu."

"Mungkin aku bakal kuliah di luar kota."

"Beneran?"

"Gak tahu sih, masih rencana aja."

"Yah, entar kita jarang ketemu dong." ucapku sedih.

"Aku bakal sering kesini kok tiap akhir pekan."

"Iya deh. Cita - cita kamu apa sih?" tanyaku.

"Emmm... apa ya? Gak tahu deh."

"Ih, aneh banget."

Dia pun hanya tersenyum.

"Stev, aku gak bisa bayangin kalau kita putus." ucapku sedih.

"Jangan bicara yang aneh - aneh. Itu gak bakal terjadi." balasnya.

Aku tersenyum ke arahnya, lalu memeluknya.

"Janji ya, jangan pernah tinggalin aku." ucapku.

"Iya, janji." balasnya.

•••••••••••••••••••••••

"Hei, hel. Kok ngelamun?" tanyaku.

"Eh? Emm.. enggak papa."

Kenapa dia?

"Kamu lagi ada masalah?" tanyaku.

"Eh, enggak kok. Emmm.. aku ke toilet dulu ya."

"Mau aku temenin?" tanyaku kembali.

"Enggak usah, aku sendiri aja."

Kenapa sih? Kayaknya ada yang salah dengannya. Batinku.

••••••••••••••••••••••••••••

Beberapa hari ini, aku merasa Rachel seperti menjauhi ku. Kenapa ya? Perasaan aku tidak membuat masalah dengannya.

"Hel, kamu kenapa sih? Kok jauhin aku." tanyaku.

"Eh? Enggak kok." jawabnya.

"Kalau aku ada salah bilang aja, hel."

"Emm.. gak kok. Bri, aku mau ngomong sesuatu."

"Apa?" tanyaku.

"Bri." panggil Steven.

Eh? Kenapa Steven kesini?

"Emmm..gak jadi deh. Aku mau ngembaliin buku ke perpustakaan dulu ya." ucap Rachel.

"Aku temenin ya." balas ku.

"Eh, enggak usah." ucapnya.

Rachel pun pergi sendiri. Kenapa dia? Apa yang mau di bicarakan tadi?

"Kamu kenapa kesini?" tanyaku kepada Steven.

"Gak boleh ya?" tanyanya balik.

"Gapapa kok. Mau ke kantin?"

"Mau."

Aku dan Steven pun pergi ke kantin.

"Mau pesen apa?" tanyanya.

"Emmm.. apa ya? Nasi goreng aja deh, Stev."

"Ya udah. Tunggu dulu ya."

Aku hanya menganggukan kepala saja. Tidak sengaja kulihat ada kak Karin di bangku pojok, dia sedang melihat ke arah Steven yang sedang memesan nasi goreng. Aku menatapnya tajam, ia pun sadar dan langsung mengalihkan perhatian nya.

"Nih, nasi gorengnya." ucap Steven sambil menaruh sepiring nasi goreng ke meja.

"Makasih. Eh, kamu gak mesen makanan juga?" tanyaku.

"Gak, aku masih kenyang kok."

"Mau makan bareng aja?"

"Enggak usah."

Aku mulai memakan nasi goreng ku. Steven masih menatap ke arahku yang sedang makan.

"Mau?" tawar ku.

"Enggak kok. Aku cuma lagi pingin ngeliat kamu makan."

"Ih, jangan ah. Malu tahu."

"Gak kok." balasnya.

Lalu aku melanjutkan makan. Setelah selesai makan, aku pergi ke toilet sebentar. Aku tidak sengaja bertemu Rachel di toilet.

"Hel, kamu udah selesai ngembaliin bukunya?" tanyaku.

"Eh, udah kok."

"Ya udah yuk. Ikut aku ke kantin." ajakku.

"Emm.... enggak ah, aku mau langsung ke kelas aja."

"Ya udah deh. Tadi di kelas kamu mau ngomong apa?" tanyaku.

"Enggak jadi, Bri. Udah ya aku kelas dulu, bye."

Pasti ada yang disembunyiin, tapi apa?

Aku segera kembali ke kantin. Eh, kemana Steven? Perasaan tadi dia bilang akan menungguku. Mungkin dia kembali ke kelas duluan. Aku pun pergi ke kelasku.

Terpopuler

Comments

CheCheal

CheCheal

kok semua nya 2018 kak?

2020-09-29

2

❤

Lanjut baca Thor 🏃🏃🏃

2020-09-29

1

Falife

Falife

like for you kk

jangan lupa mampir tempatku

Alexa

light in the dark

lain dunia

2020-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!