Pulang sekolah hari ini, aku harus mengerjakan hukuman membersihkan kamar mandi bareng kak Karin.
"Heh! Entar gue mau pulang lebih cepet, jadi lo aja yang ngerjain hukumannya sendiri." ucap kak Karin.
"Gak bisa gitu, kak. Kan ini hukuman kita berdua, masa aku aja yang ngerjain."
"Udah deh, pokoknya gue mau pulang cepet nanti." ucapnya nyolot.
"Ok, fine. Aku bakal bilang ke guru BK, kalau kakak gak ngerjain hukumannya."
"Terserah kamu. Dasar tukang ngadu."
Dia pun pergi tanpa ada rasa bersalah. Pokoknya bakal aku laporin.
Akhirnya, sepulang sekolah aku mengerjakan hukumanku sendiri. Tapi ini lebih baik, daripada aku harus mengerjakannya dengan perempuan aneh itu.
"Bri, kamu kok bersihin sendiri?" tanya Steven.
"Eh? Kakak kok kesini?"
"Mau bantuin kamu, bukannya Karin juga dihukum? Kok cuma kamu yang ngerjain?"
"Kak Karin pulang duluan." jawabku.
"Kebiasaan dia. Ya udah yuk, aku bantu biar cepet kelar."
"Iya, kak."
"Bri, panggil aku Steven. Oke."
Aku hanya membalasnya dengan senyuman saja. Setelah itu, dia membantuku.
"Makasih Stev, udah nganter pulang dan tadi udah bantu aku." ucapku.
"Sama - sama. Ya udah buruan masuk, udah mau malem nih."
"Iya. Hati - hati ya pulangnya."
Dia tersenyum, lalu pergi.
••••••••••••••••••••••••••••
Dan ya keesokannya, aku melaporkan kak Karin ke guru BK.
"Berani banget lo ya!" bentak kak Karin.
Ia mendorong ku sampai jatuh. Benar - benar gila.
"Kemarin aku kan udah bilang bakal laporin kakak, kakak aja yang gak mau dengerin."
"Heh! gara - gara elo, hukuman gue ditambah tau. Dasar cewek gak tau diri!" bentaknya lagi.
Plak..
Dia menamparku, tapi kenapa pipiku tidak merasa sakit ya?
"Udah puas hah?!" tanya Steven dengan nada membentak.
"Loh? Steven kamu?" kak Karin pun terkejut.
"Ini salah kamu sendiri Karin, kenapa kamu malah nyalahin Brianna. Puas kamu jadi tontonan anak - anak sekarang! Ayo, Bri kita pergi!"
Dia menggandeng ku menjauh dari kerumunan anak - anak. Kami pergi ke halaman belakang sekolah.
"Kamu baik - baik aja?" tanyanya.
"Iya, Stev. Pipi kamu merah banget, mau aku anterin ke UKS buat ngobatinnya?"
"Emm... gak usah. Nanti aku obatin di rumah sendiri."
"Makasih ya. Udah nolongin aku tadi." ucapku.
"Gak masalah kok.Emmmm...Bri,kamu mau gak jadi pacar aku?"
Degh.. Degh..
"Eh? A.. aku mau kok jadi pacar kamu." jawabku dengan terbata - bata.
"Beneran?"
"Iya." jawabku.
Ia tiba - tiba memelukku, aku benar - benar terkejut dengan tindakannya.
"Berarti mulai sekarang kita pacaran ya. Aku janji bakal jadi pacar yang baik buat kamu."
"Iya." balas ku.
Dan kami pun pacaran, pada tanggal 2 Februari 2013. Entah apa yang akan terjadi nantinya, aku jalani saja.
•••••••••••••••••••••••••••
9 Februari 2013
Sudah seminggu sejak kami pacaran, dia selalu memperhatikanku dengan baik. Dan berita aku dan Steven pacaran pun sudah diketahui banyak anak di sekolah.
"Bri, tuh liat pangeran mu sudah datang." ucap Rachel.
Ia masuk ke kelasku dan menghampiri meja ku.
"Bri, udah makan belum?" tanya Steven.
"Belum, masih mau ngerjain tugas bareng Rachel."
"Mau aku beliin makan di kantin?"
"Gak usah. Bentar lagi aku ke kantin bareng Rachel."
"Ya udah. Aku tunggu kamu di kantin." Balasnya.
Dia tersenyum manis, lalu segera pergi.
"Kamu beruntung banget sih, Bri. Kak Steven itu romantis banget." ucap Rachel.
"Ah, apaan sih hel? Udah yuk lanjut ngerjain, keburu jam istirahat nya habis."
Setelah selesai mengerjakan tugasnya, aku dan Rachel pergi ke kantin.
Aku tidak sengaja berpapasan dengan kak Karin di tangga, dia menatapku sinis.
Aku sih tidak terlalu peduli sih, karena sekarang dia sudah tidak menggangguku lagi. Mungkin dia takut dengan Steven.
"Bri." sapa Steven.
"Eh? Kamu masih di kantin?"
"Iya, kan tadi aku udah bilang nunggu kamu. Mau makan apa biar aku pesenin?"
"Aku mi ayam aja, kamu mau apa hel?" tanyaku pada Rachel.
"Aku samain aja deh." jawabnya.
"Berarti 2 mi ayam ya." ucap Steven.
"Iya." balas ku.
"Ya udah, tunggu dulu ya." ucap Steven.
Steven sedang memesan mi ayam sekarang.
"Bri, besok Sabtu mau jalan bareng gak?" tanya Rachel.
"Eh? Kayaknya gak bisa deh. Sabtu aku udah janjian pergi bareng Steven."
"Yah. Ya udah deh gak papa, lain kali aja." balasnya dengan nada kecewa.
"Sorry ya hel."
Dia hanya tersenyum. Lalu Steven datang dengan 2 mangkok mi ayam.
"Makasih, kak." ucap Rachel.
"Makasih, Stev." ucapku.
"Sama - sama." balas Steven.
"Kamu gak mesen juga?" tanyaku.
"Tadi aku udah makan duluan."
"Oo... ya udah, aku makan dulu ya."
Dia hanya mengangguk, sambil menatapku. Apa ada sesuatu di wajahku?
••••••••••••••••••••••••••••
Hari Sabtu ini, aku akan pergi bareng Steven. Sekarang aku sedang menunggunya.
"Hei. Sorry agak telat." ucap Steven.
"Gak papa kok."
"Ya udah yuk naik."
"Tumben pakai motor?" tanyaku.
"Mobilnya lagi di service, jadi pakai motor dulu, Gak papa kan?"
"Gak papa kok."
Kami berencana pergi ke pasar malam hari ini. Sekitar 30 menitan akhirnya kami sampai ke pasar malam nya.
"Aku pesen tiket masuk dulu ya." ucap Steven.
"Iya, Stev."
"Udah nih. Yuk masuk." ajak Steven sambil membawa 2 buah tiket.
Dia menggandeng tanganku sekarang, entah kenapa jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya?
Di pasar malam kami bermain, menaiki wahana yang ada di sana, dan berkuliner. Itu benar - benar menyenangkan. Sekarang aku sedang duduk di bangku menunggu Steven yang sedang membelikan minuman.
"Ini, minumannya." ucapnya sambil memberikan segelas coklat panas.
"Makasih."
"Apa kamu senang?" tanyanya.
"Tentu saja, hari ini begitu menyenangkan."
"Syukur lah kamu senang."
"Emm... Katanya kamu tinggal sendiri ya di sini, orang tua kamu dimana?" tanyaku.
"Orang tua aku udah gak ada. Ayahku udah meninggal sejak aku lahir, dan ibu aku meninggal waktu aku umur 8 tahun. Jadi, setelah itu aku dirawat oleh nenek."
"Eh, sorry. Aku gak tahu."
"Gak papa kok, kan kamu pacar aku jadi kamu harus tau tentang aku juga."
"Stev, kamu di sekolah jarang banget kumpul bareng temen - temenmu yang lain."
"Aku gak terlalu suka berteman, aku lebih suka membaca buku aja."
"Kamu gak ngerasa kesepian kayak gitu?" tanyaku.
"Gak kok. Sekarang kan juga udah ada kamu yang nemenin aku."
"Iya sih. Kak Karin gak pernah ada hubungan apa - apa sama kamu?" tanyaku.
"Gak ada. Pernah sih dia bilang suka aku, tapi aku respon biasa aja. Lagian kenapa aku juga yang dia suka? Kan masih banyak cowok yang lain."
"Em.. apa yang kamu suka dari aku?"
"Aku juga gak tau. Aku ngerasa berdebar aja deket kamu, masa aku punya penyakit jantung ya?" candanya.
"Ih, jangan sampai dong. Aku juga gak tahu, kenapa aku bisa suka orang kayak kamu?"
"Kenapa ya?"
"Ih, kenapa senyum aneh gitu sih, Stev."
"Gak papa. Pingin goda kamu aja." ucapnya.
"Stev, aku pingin hubungan ini berjalan dengan lancar, jangan pernah tinggalin aku ya. Janji?"
"Janji. Aku mau kok jadi yang terakhir buat kamu."
Dia tiba - tiba mendekat, lalu mencium kening ku. Ya ampun, wajahku pasti sudah memerah sekarang.
"Pulang yuk, udah malam nih. Nanti ayah kamu nyariin." ajaknya.
"Eh? Emm.. iya."
Aku masih gugup setelah kejadian tadi, aku tidak pernah menduga ini akan terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
nuna_ruu
mampir~
2020-10-08
1
Rozh
aku bersedia jadi pacarmu😚 eh🤣
2020-09-28
1
❤
Pokok, aku bakal laporin, sebaiknya Pokoknya aku bakal laporin😍😍
Semngat Thor. . Maaf ya nyicip bacanya😍😍
2020-09-27
1