Hari menjelang sore dan teman-teman Yuna bersiap-siap untuk kembali ke rumah masing-masing setelah bersenang-senang bersama dirumah Yuna. Besok mereka berenam harus mulai bersekolah. Karena besok sekolah mulai dibuka kembali, akhirnya siswa siswi dilepaskan dari jeratan sekolah online dirumah yang sebelumnya disebabkan suatu wabah penyakit. Satu persatu teman-teman Yuna kembali kerumah mereka masing-masing, ada yang dijemput oleh orang tua dan ada yang berjalan pulang sendiri.
Waktu terus berjalan dan tidak terasa bahwa hari yang sore berganti menjadi malam. Terlihat Yuna sendirian duduk diatas tempat tidurnya sambil memegang sebuah handphone ditangannya. Tawa kecil dan senyum lebar menghiasi wajahnya setiap melihat layar ponsel, ia juga menunjukkan perilaku seakan-akan membaca sebuah tulisan.
Benar saja, Yuna sedang membaca pesan-pesan dari teman-temannya di ponsel pada malam itu. Teman-temannya membahas kegiatan yang tadi mereka lakukan saat dirumah Yuna. Mereka juga membuat rencana untuk berangkat kesekolah dengan berjalan kaki bersama-sama. Ide cemerlang tersebut disetujui oleh keenam gadis remaja itu. Setelah mereka puas saling mengirim pesan dan bercanda di ponsel, satu persatu dari mereka mulai meletakkan ponsel dan pergi memulai tidur yang dipenuhi rasa penasaran dan ekspetasi besar untuk esok hari yang merupakan hari pertama mereka bersekolah disekolah baru.
Pagi pun datang menjelma, terlihat dua anak remaja yang memakai seragam dengan lengkap dan rapi sedang berdiri didepan rumah Yuna. Mereka berdua adalah Yewon dan Erin. Yewon dan Erin adalah siswi terajin diantara mereka berenam, Yewon dan Erin juga selalu menjadi gadis yang tepat waktu dan konsisten pada waktu dibandingkan dengan Yuna dan teman-temannya yang lain.
"Kemana ya yang lain, kenapa tidak datang?" ucap Yewon bertanya-tanya.
"Lama ya, semoga cepat datang." ucap Erin.
Tepat setelah Erin berbicara dan mulutnya mulai tertutup, datanglah Linda, Tiara, dan Salsa yang tampak dari kejauhan. Yewon yang melihat mereka lebih dulu segera melambaikan tangan kearah mereka.
Ketiganya pun tersenyum dan membalas lambaian Yewon. Setelah Erin sadar tentang kedatangan Linda, Tiara, dan Salsa, ia menghembuskan nafas pertanda bahwa ia lega sekaligus ia sedikit merasa marah karena menunggu lama disana. Tapi rasa marah itu seketika hilang, berubah menjadi rasa bahagia karena mereka sudah berkumpul untuk segera berangkat kesekolah.
Merekapun melangkahkan kaki untuk mulai berjalan berangkat menuju sekolah, tapi tiba-tiba saja langkah kaki mereka terhenti karena Yewon yang berkata bahwa Yuna masih belum keluar rumah untuk berangkat bersama.
Beberapa menit berlalu saat mereka menunggu Yuna, mereka mulai bosan menunggu disana karena Yuna tak segera datang. Hingga akhirnya kelima gadis itu tertidur dengan bersandar dipagar rumah Yuna. Saat mereka mulai tertidur, terlihat seseorang diteras rumah Yuna, seseorang itu adalah Yuna sendiri yang tergesa-gesa memakai sepatunya karena ia tahu bahwa ia terlambat. Dengan larian cepatnya, ia segera membuka pagar untuk keluar rumah dan menutupnya kembali. Disana ia melihat lima gadis yang tidak asing sedang tidur bersandar dipagar rumahnya.
Ternyata kelima gadis itu adalah teman-temannya yang menunggu Yuna untuk berangkat bersama kesekolah. Perlahan-lahan Yuna membangunkan mereka berlima untuk segera berangkat. Yewonlah yang membuka matanya terlebih dahulu, diikuti oleh Erin, Tiara, Salsa, dan yang terakhir adalah Linda.
Setelah mereka berlima tau bahwa orang yang berada didepan mereka dan sekaligus orang yang membangunkan mereka adalah Yuna, keenam gadis itupun segera bergandengan tangan dengan penuh senyuman dan segera berjalan menuju sekolah.
"Akhirnya kita berangkat juga." ucap Erin.
"Aku tak sabar sekolah disekolah baru kita," ucap Linda.
Mereka berenam bercanda riang saat dalam perjalanan menuju sekolahnya. Tak dirasa, merekapun sampai begitu saja. Mereka senang sekali akhirnya dapat bersekolah kembali disekolah yang baru. Sebenarnya mereka memiliki tujuan masing-masing dalam sekolah.
Tujuan Yuna adalah agar ia menjadi sukses dan membanggakan orang tuanya, tujuan Yewon adalah agar ia bisa memenangkan semua lomba apapun ditiap sekolah yang ia tempati, tujuan Erin adalah ingin menjadi siswi yang terkenal disekolah, tujuan Tiara adalah hanya untuk menikmati hidup dan nasib yang berjalan perlahan, tujuan Linda adalah untuk bisa mencicipi dan memakan semua jajanan kantin, tujuan Salsa adalah mencari laki-laki tampan agar ia dapat berteman dekat dengannya.
Akhirnya setelah mereka masuk melewati gerbang yang cukup besar didepan sekolah, mereka berenam juga menginjakkan kaki mereka yang memakai sepatu itu ditangga sekolah yang sekolahnya sebesar stadion sepak bola dan mereka terkagum-kagum dengan yang mereka lihat dengan mata mereka sendiri saat itu.
Tak sadar mereka semakin terkagum-kagum dalam hati dan bersyukur bisa bersekolah disekolah sebesar ini. Satu persatu mereka melepaskan genggaman tangan dan berjalan dikoridor sekolah yang dipenuhi siswa siswi lain juga. Mereka berusaha untuk melewati koridor dengan susah payah karena kesempitan yang disebabkan banyaknya siswa siswi yang masih berjalan kesana kemari untuk menemukan kelas masing-masing. Dengan mudahnya keenam gadis itu menemukan kelasnya, dan kabar gembiranya mereka berenam berada pada satu kelas yang sama.
Dengan penuh kegembiraan mereka memasuki kelas, disana masih belum terdapat satupun siswa siswi yang duduk dan masuk kecuali mereka berenam.
"Duduk dibangku paling tengah yuk." ajak Erin.
Mereka berlima pun menganggukkan perkataan Erin. Mereka berenam duduk dibangku barisan tengah. Dikelas itu terdapat empat baris kursi yang satu barisnya terdiri atas enam kursi atau bangku. Yewon dan Erin duduk dikursi kedua dibarisan dua dan tiga, Yuna dan Salsa duduk dikursi ketiga barisan dua dan tiga, Tiara dan Linda duduk di kursi keempat barisan dua dan tiga. Dengan sengaja mereka duduk berdekatan karena memiliki maksud tersendiri, terutama apabila waktu disaat ulangan dimulai.
Tak lama setelah mereka, siswa siswi lain mulai berdatangan masuk kedalam kelas, dan disusul oleh seorang guru pria yang tinggi dan memakai kacamata bulat serta memegang sebuah penggaris kayu yang cukup besar.
Dengan penung keterkejutan, entah mengapa kaki dan tangan kelima gadis itu mulai bergetar ketakutan kecuali Salsa yang sedang terpana dengan ketampanan guru pria muda didepan kelas itu. Guru muda itupun mengeluarkan kata-kata pertamanya pada siswa siswi didalam kelas. Ia berkata bahwa nama lengkapnya adalah Daniel Satriya dan ia bisa dipanggil dengan sebutan Pak Daniel. Semua siswa dan siswi mulai mengangguk kepadanya dengan tetap memasang muka sedikit ketakutan melihat penggaris besar yang dibawa oleh Pak Daniel.
"Baiklah anak-anak, saya adalah guru sementara kalian. Besok kita akan mengadakan ulangan harian, jadi jangan lupa belajar." ucap Pak Daniel.
Semua siswa dan siswi dikelas tersebut termasuk keenam gadis itu, ternga-nga saat mendengar bahwa besok sudah dimulai untuk ulangan harian padahal sekarang adalah hari pertama mereka sekolah dan pada keesokannya atau pada hari kedua langsung diadakan ulangan harian. Tak banyak dari mereka yang menutup mulut dan memegang kening setelah mendengar perkataan Pak Daniel.
Semua siswa siswi disana tidak mengira secepat itu untuk melakukan ulangan harian. Pak Daniel juga menambahkan bahwa besok adalah ulangan harian untuk tes sementara yang mencangkup bab satu hingga bab lima. Keterkejutan siswa siswi mulai bertambah karena saat setelah mereka tau bahwa bab satu hingga bab lima berisi kurang lebih dua ratus halaman untuk dipelajari.
"Pak Daniel sungguh tidak waras." bisik Tiara.
"Kamu tidak boleh berkata seperti itu, bisa saja itu tugas yang dibuat oleh kepala sekolah atau pihak sekolah kita." tegur Yuna.
Tiba-tiba saja saat Yuna dan teman-teman lainnya sedang berbisik-bisik, mereka dikejutkan oleh perkataan Pak Daniel yang berkata bahwa yang berbicara dan membuat keributan akan dihukum atau keluar dari kelas. Karena perkataan itu, Yuna dan teman-temannya yang lain segera kembali berpura-pura membaca buku dengan fokus agar tidak mendapat masalah dari Pak Daniel. Tiba-tiba saja alarm sekolah berbunyi yang menunjukkan pergantian jam pelajaran, dan jam mata pelajaran selanjutnya adalah pendidikan jasmani.
Tanpa berkata apapun, Pak Daniel keluar meninggalkan kelas dengan dagu sedikit terangkat. Tak lama datanglah seorang guru wanita cantik memakai seragam olahraga, ia menuliskan namanya dipapan tulis sambil melakukan lari ditempat. Ternyata nama guru olahraga wanita itu adalah Bu Feti Tritani V, dan ia berkata panggil saja dia dengan sebutan Bu Feti.
Tiba-tiba saja ia memukul meja guru dengan keras menggunakan tangan kosong. Senyum yang tadi menghiasi wajahnya, sekarang berubah menjadi mata melotot seakan-akan ingin mengeluarkan amarah yang meledak-ledak. Dengan wajahnya yang menyeramkan itu ia berkata kepada siswa siswi dikelasnya dengan sangat keras.
"Cepat ganti baju kalian!!" teriak Bu Feti.
"Baik Bu." jawab siswa siswi dikelas.
Yuna dan teman-temannya segera mengeluarkan seragam olahraganya dari dalam tas dan segera berlari kecil menuju ruang ganti diujung koridor. Suasana disana sangat pengap dan panas karena harus mengantri dengan siswi lain. Ruang ganti hanya ada tiga ruang, yaitu ruang ganti guru, ruang ganti siswa, dan ruang ganti siswi. Tapi saat guru tidak ada yang ingin mengganti pakaiannya, ruang ganti guru digunakan para siswa.
"Kenapa harus laki-laki yang memiliki dua ruang ganti, seharusnya kan siswi. Karena jumlah siswi lebih banyak." geram Tiara.
"Sudah diam, nikmati fasilitas yang ada." ucap Salsa.
Yuna yang sempat mendengar perbincangan Tiara dan Salsa segera berfikir kenapa ruang siswi hanya satu, memang benar perkataan Tiara bahwa jumlah siswi lebih banyak dan seharusnya ruang ganti guru dipergunakan untuk siswi, bukan siswa. Sekitar lima menit berlalu, akhirnya Yuna memasuki ruang ganti dan segera mengganti pakaiannya. Yuna sangat merasa pengap didalam sana padahal terdapat sebuah AC diujung dinding. Saat Yuna hendak menyentuh AC didepannya, ternyata AC itu mati jadi pantas saja jika terasa pengap.
"Hari pertama sudah menyusahkan saja." batin Yuna.
Yuna segera bergegas keluar dari ruang ganti setelah pakaian olahraga yang ia gunakan melekat pada tubuhnya secara lengkap dan rapi. Yuna segera berlari kembali menuju kelas dengan membawa seragamnya dalam pangkuan tangannya. Setelah ia sampai dikelas, terlihat Bu Feti yang menghentak-hentakkan tangannya kepapan tulis. Perilaku itu membuat Yuna diam sejenak melihat perilaku Bu Feti. Bu Fetipun sadar bahwa Yuna sedang memperhatikannya. Dengan lirikan yang mematikan,
"Kenapa kamu melihat saya?" ucap sinis Bu Feti.
"Maaf Bu." jawab Yuna perlahan menuju tempat duduknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ͷɪɴɗ⃞ɑ
tujuan ke sekolah adalah....
2022-05-25
0
Karin A
like
2021-08-27
0
R_armylove ❤❤❤❤
semangat ya
2020-12-11
1