Seminggu Berikutnya

Mengurus bayi baru lahir juga butuh kehati hatian dan ketelitian. Saat memandikan, memakaikan popok bahkan sekedar membaringkan bayi dalam box pun ada cara tersendiri. Orang tua harus lebih ekstra bertenaga, apa bila si bayi menangis meminta sesuatu, terlebih saat malam hari. Menimang bayi sampai terlelap, barulah orang tua bisa tertidur. Terkadang juga orang tua akan berganti gantian mengurus si bayi. Itu yang pernah di lakukan ibu padanya sewaktu bayi. Ahh semenjak kelahiran Narra, rindu Marva pada kedua orang tuanya semakin memuncah saja.

Nyatanya sangatlah berbeda dari kehidupan kehidupan orang lain. Marva menidurkan Narra seorang diri, membujuk Narra diam dengan cara yang ia ketahui, terbangun tengah malam mengganti popok Narra. Untunglah Bibi Tanti setia menemani Marva, mengajarinya ini itu tentang merawat bayi.

Handi tidak pulang selama satu minggu lebih tepatnya sejak Narra baru lahir, sang ayah belum melihat Narra.

Badan Marva terasa remuk karena kurang tidur, bahkan untuk kekamar mandi saja Marva harus terburu buru, karena Narra terus menerus menangis.

Narra merindukan ayahnya, Marva bisa merasakan itu.

Ponsel Handi tidak bisa di hubungi lagi. Entah berganti nomor atau apalah itu. Marva sudah mencari Handi kekantor. Informasi yang ia dapat dari asisten adalah, Suaminya sedang berada diluar kota bertemu rekan bisnis.

Handi pasti berbohong lagi, kemana pria itu sebenarnya.

Tiba tiba saja Marva mencoba menghubungi Dokter Lisa hendak bertanya tentang kondisi Franda. Jawaban dokter Lisa, itu adalah jawaban dari segala pertanyaaan di benat Marva.

Franda sudah sadar, pasti Handi ada bersama dia. Marva kecewa kepada kenyataan yang ia hadapi.

Disini seharusnya Handi berada, bersama Marva merawat Narra menjaga Narra. Bangun bergiliran mengganti popok Narra, bertindak seperti apa yang ibunya ceritakan sewaktu orang tuanya mengurus Marva semasa bayi.

Bukan berarti ia egois, hanya saja kenapa Handi berpikir dengan adanya dia di sebelah Franda, maka Franda bisa langsung mengingat siapa dia? Franda punya kedua orang tua bahkan sanak saudara yang begitu sayang pada Franda, termasuk suaminya sendiri,

Marva tak lupa itu.

Logika mengatakan seperti itu, tetapi bagaimana dengan hati? Bukankah Handi memang tidak membuka hati pada Marva dan Narra. Salahkan Marva berharap pada kehadiran Handi.

Marva tidak dapat menaruh kesalahan pada siapa siapa. Franda tidak tahu pernikahan mereka, Handi sangat mencintai gadis itu. Ia sendiri yang mengharap Handi bersikap layak sebagai suami padanya dan ayah kepada Narra, sebatas itukah?.

Baru beberapa menit lalu Marva tertidur. Tetapi, suara tangisan di sebelahnya menarik paksa untuk bangun mengendong Narra ke dalam pelukannya. Tangannya menyentuh bagian bokong Narra. Tidak ada basah, berarti Narra tida pipis. Memberi ASI, Narra menolak, "Sssiiitttt...Bobo ya, Nak." bujuk Marva menepuk nepuk badan Narra pelan-pelan.

Narra terus menangis. Segala cara telah di coba, tetapi bayi itu tidak berhenti menangis. Berjalan kesana kemari mengendong Narra, teta saja suara tangisan itu tidak mereda.

"Nyonya. Jangan ikut menangis juga. Sabarlah, Nyonya." Bibi Tanti menghampiri Marva meraih tubuh mungil Narra yang masih terisak.

"Bibi. Aku ingin tidur aku sangat mengantuk. A-aku kelelahan, Bibi," air mata Marva ikut terjatuh. Wajah itu terlihat pucat, rasa lelah tidak dapat ia tahan.

"Duduklah Nyonya, bibi mau ambil sesuatu dulu" bibi Tanti pergi meninggalkan Marva yang terduduk lemah di atas kasur. Melangkah ke arah lemari pakain Handi, mengambil kaos oblong favorit Handi bila mau tidur, menyelimuti Narra dengan kaos mengelus pucuk kepala Narra mengajak bayi itu diam.

Narra merasa nyaman di balut kaos obolong milik ayahnya, menghirup aroma badan ayah tertinggal di kaos itu, Narra tertidur tenang.

Bibi Tanti mendekati Marva yang sudah menguap lebar berkali-kali, wanita tua itu membaringkan tubuh Narra di samping bunda "Nyonya, tidurlah." Bibi Tanti menarik selimut sampai batas leher Marva, .mengelus pucuk kepala Marva dengan lembut sampai akhirnya kedua wanita beda generasi itu tertidur di temani Bibi Tanti.

"Andai saja kau tidak pergi begitu cepat, pasti kau sudah melihat cucumu yang cantik dan putrimu yang sudah menikah. Baik baik disama ya, aku menjaga keturunan kalian."

Bibi Tanti mengutuk tuannya dalam hati. Seminggu sudah berlalu. Tetapi, orang itu benar benar sudah berani menghindar dari garis kewajaran. Setidaknya pria itu datang untuk anaknya, anggap saja Marva seolah olah tidak ada.

🌹🌹🌹

Seminggu ini Handi memutuskan tidak pulang kerumah bahkan ia sengaja menonaktifkan nomor umum untuk semua orang mengganti nomor ponsel baru, apa lagi jika bukan menghindar dari keluarganya dan Marva. Handi berbohong kepada mereka mengelabui lewat sang asisten.

Franda sudah berstatus sebagai pasien rawat inap, membua ia diam-diam mencuri waktu untuk bertemu dengan kekasihnya Franda di sela-sela waktu om Darwin tidak ada.

Banyak rintangan yang ia lewati. Darwin murka kepadanya karena tidak memberitahu Franda sudah sadar, sekarang Handi merasakan akibatnya di larang menemui Franda kedalam ruangan.

Beberapa hari lalu barulah dokter Lisa mau menjelaskan mengapa sampai saat ini Franda tak kunjung mau berbicara padanya, itupun karena Handi tak henti henti mengejar menghantui dokter Lisa sampai gadis itu sendiri merasa jengah menghadapi Handi.

"Franda kehilangan setengah dari memori ingatannya, dan kalau boleh saya menjeleskan, Franda hanya ingat pada dirinya sendiri untuk sekarang ini, dia lupa teman temannya dia lupa kejadian seperti liburan atau semacam itu lah, tetapi masalah karirnya saya rasa Franda bisa mengingatnya karena dia kan bekerja di perusahaan papahnya sendiri, darah lebih kental dari air itu sebab nya Franda tidak sulit mengenali siapa orang tuanya. Sedangkan anda?, hanya sebagai kekasihnya saja, sebatas itu."

Handi merasa frustasi mengetahui keadaan kekasihnya saat ini, dengan mudahnya Franda melupakan kisah cinta mereka. Bahkan apa itu tadi, Franda tidak mengenaliku katanya. Astagaa akan seperti apa jadinya ini.

Hari ini ia akan memutuskan untuk pulang kerumah, dimana harusnya ia berteduh. Handi akan menghadapi masalah barunya.

Kehadiran Narra adalah masalah baru untuknya.

Setelah cukup rapi keluar dari ruangan CEO jabatannya beberapa tahun kedepan. Seminggu ini ia menginap di sini. Handi berniat kerumah sakit untuk sekedar menyapa selamat pagi kepada Franda.

"Sus. Apa laki laki itu datang lagi?"

"Tidak tahu mbak. Mungkin pria itu sedang bersembunyi di balik pintu ruangan ini. Apa dia kekasih mbak?"

"Tidak Suster. Papahku bilang, aku tidak sedang mempunyai kekasih sebelum aku kecelakaan."

"Tapi pria itu selalu mengunjungi mbak, loh,"

"Entahlah. Papah bilang, dia bukan orang baik. Makanya aku selalu menghindar dari pria itu."

"Bicaralah baik baik pada pria itu mbak, kalian saling mengenal."

"Kami tidak saling mengenal kata Papah, aku sangat mempercayai papah ku." Franda telah berhasil di kuasai Papahnya.

Seorang pria berjalan lunglai tidak bersemangat setelah mendengar percakapan Franda dan seorang suster perawat didalam ruang terapi.

Tidak, Handi tidak akan menyerah begitu saja. Ia hanya perlu mengulang kisah mereka dari awal lagi. Nanti ia mencoba bernegosiasi dengan mamah Franda, mengajak Franda berjalan jalan mengelilingi sudut kota tempat mereka menghabiskan waktu berdua. Cara yamg ia baca dari internet untuk memancing ingatan seseorang yang mengalami Amnesia.

👇👇👇

Terpopuler

Comments

Jumainah Sll

Jumainah Sll

? atau ! tidak perlu diberi titik atau koma di belakang atau di depannya.

2020-09-22

1

triel

triel

aku mampir lagi nihh.

semangat yaa😇

2020-08-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!