Bab 3

...The feeling is unique, we can turn into someone's love, but at one time we can also hate it ...

...Perasaan itu unik, kita bisa berubah jadi cinta seseorang, tapi dalam satu waktu kita juga bisa berubah membencinya....

...~Laura~...

Tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya,

"Gue gak butuh sahabat kya lo."

"Lo kan belum coba jadi sahabat gue gimana," ucap Yogi mencoba bernegosiasi.

"Lo bisa diem gak sih, kalo lo gak diem Gue lembar Lo dari lantai ini," gertak Rara geram.

"Ampun dah seram banget. Oke Gue diem," putus Yogi lalu mengambil ponsel dari dalam saku bajunya.

Gitu kek dari tadi diem jadi enakkan Gue baca novelnya. Batin Rara lalu kembali fokus melanjutkan aktivitasnya membaca novel.

"Itu aplikasi novelkan?" Tanya Yogi sambil menatap layar ponselnya.

"Hmm," sahut Rara hanya dengan berdehem.

Lagi-lagi Yogi dibuat penasaran oleh gadis disampingnya itu,

"Btw kenapa Sinta manggil lo kutub?"

"Berisik Lo," ketus Rara sambil memasang handset yang selalu ia bawa kemana pun.

Ampun dah ni orang gak bisa apa di ajak ngobrol. Batin Yogi

"Kenapa lo bolos pelajaran jam ini?"

"Males."

"Harusnya Lo itu gak boleh bolos. Orang tua Lo pasti kecewa kalo tau anaknya kerjaannya bolos pelajaran . Emangnya Lo mau bikin orang tua Lo kecewa?" Papar Yogi mencoba memberikan nasehat. Namun, Rara tetaplah Rara. Rara Si keras kepala dan tidak mau mendengarkan pendapat orang tentang dirinya. Baginya hidup-hidupnya kenapa orang lain yang jadi sutradaranya. Hey ini bukan film ya. Skak

"Udah puas ngocehnya?" Ucap Rara ketika Yogi sudah menyelesaikan ucapannya.

"Kenapa sih susah banget ngajakin Lo ngobrol."

"Jangan pernah nyeramahin gue lagi. Gue gak butuh ceramah Lo," ketus Rara datar.

...-----...

"Kenapa Lo dek? Cemberut aja dari tadi," ucap Andi setelah duduk di kursi kemudi dan memasang seatbeltnya.

Rara memejamkan matanya menghirup udara dalam-dalam sambil bersandar di kursi mobil,

"Masa bolos gue terganggu."

"Emangnya kenapa?" Tanya Andi sambil mulai menghidupkan mesin mobilnya lalu mejalankannya.

Rara memilih mengalihkan pandangannya menatap luar kaca, "Entahlah."

Ya, Andi adalah tipe Abang yang tidak ingin banyak mengikut campuri urusan adiknya. Selagi adiknya itu bisa mengatasi masalahnya sendiri. Kenapa dia membiarkan adiknya itu membolos? Apakah dia tidak peduli? Bukan tidak peduli.

Namun, karena dia juga tau walaupun tidak belajar sekalipun anak itu pasti bisa menjawab soal-soal ujian bahkan yang diakan secara dadakan sekalipun. Berbeda halnya dengan dirinya walaupun sehari penuh membaca buku namun kepintarannya yang dibawah rata-rata itu tidak bisa mengalahkan kepintaran adiknya. Bagaimana mau pintar kalo yang dibaca tanpa tulisan.

Oke back to topic

"Kak laper, mampir ke restoran ya kak," pinta Rara merengek pada Andi sambil memegangi perutnya yang sudah meronta-ronta minta diisi makanan.

"Maka nya jangan sok ngambek," sahut Andi sok marah.

"Ayolah kak, Rara udah laper nih," sambil memegang lengan kakaknya dan menampilkan mata puppy eyesnya.

"Iya deh iya, tolong lepasin tangan Lo. Tangan Lo banyak kuman nya," desis Andi bertingkah sok jijik sambil melirik kearah lengannya yang masih dipegang oleh adiknya.

"Dasar Abang gak ada akhlak," gerutu Rara lalu melepaskan pegangannya.

"Kena karma nanti Lo kalo ngatain Gue," tunjuk Andi sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah Rara . Rara hanya melipat tangannya didepan dada lalu menampilkan wajah cemberutnya.

"Udah-udah gue cuma bercanda doang kok. Jangan ngambek napa," cakap Andi mengelus puncak kepala Rara dengan satu tangannya lalu memfokuskan matanya kembali ke jalanan.

...------...

Sekarang posisi mereka berada di restoran milik keluarga mereka. Rara tampak asik memilih makanan mana yang akan menjadi santapannya sore ini. Dan pilihan Rara jatuh pada makanan favoritnya. Apalagi kalau bukan daging ayam yang ditusuk-tusuk lalu dibakar di atas tungku pembakaran.

Yapz benar sekali sate ayam adalah makanan terfavoritnya. Berbeda dengan kebanyakan orang, yang kalau sedang makan di resto pasti akan memilih makanan yang mahal. Namun Rara malah memilih makanan yang bahkan ada di jual di pinggir jalan. Aneh bukan? Namun itulah Rara. Sambil menunggu makanannya datang dia pun memainkan ponselnya.

"Gak bosen apa mainin ponsel mulu?" Celetuk Andi lalu matanya berkeliling. Katanya, barangkali saja dia mendapatkan tambatan hatinya yang entah kemana perginya itu muehehe.

"Serah gue dong, ponsel gue ini, ngapa lo yang ribet," sahut Rara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar benda pipih yang berada di genggamannya

"Ye santai aja kali, gak usah ngegas," sengit Andi masih dengan posisi mengedarkan pandangnya. Beberapa menit kemudian makanan mereka pun datang.

"Ini tuan nona makanannya," ucap salah satu pelayan restoran keluarga mereka sambil menghidangkan semua makanan yang berada di atas nampan untuk dipindahkan keatas meja.

"Terima kasih," ucap Andi sambil tersenyum kearah pelayan itu.

"Kalau begitu saya permisi dulu tuan, nona," ucap pelayan itu sopan. Kemudian berlalu dari hadapan mereka.

"Gak usah tebar pesona gedek Gue lihatnya sumpah," celetuk Rara lalu meletakkan ponselnya di atas meja dengan keadaan yang masih menyala.

"Iri bilang boss," sahut Andi sombong

"Dih ya kali boss iri sama karyawan," ketus rara sambil memutar bola matanya malas.

Rara pun mulai memakan ayam tusuk-tusuknya ehh ralat sate ayamnya sambil sesekali melirik keponselnya.

"Gak usah dilirik terus kali ponselnya, siapa juga yang mau sama cewe galak kayak Lo," celetuk Andi lalu menyuapkan makanan kemulutnya sendiri. Namun, Rara tak menanggapinya dia lebih asik memakan satenya.

...------...

"Duh gue laper banget lagi," gumam Yogi saat mendengar perutnya berbunyi.

"Mampir ke restoran depan aja lah dulu," lanjutnya. Dia pun segera melajukan motornya menuju restoran yang ditujunya.

Sesampainya di restoran, ia segera memarkirkan motornya diparkiran yang telah disediakan didepan restoran tersebut. Dia memulai langkahnya memasuki ruang restoran itu. Sesampainya didalam, ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru restoran. Matanya menangkap seorang perempuan yang sedari tadi di ganggunya. Siapa lagi kalau bukan Rara. Dia pun berjalan menghampiri Rara.

"Hei kita bertemu lagi. Sepertinya kita jodoh," ujar Yogi lalu duduk bergabung bersama mereka. Rara pun mendongakkan kepala melihat seseorang yang berbicara kepadanya.

"Gak bosen apa lo ngikutin gue mulu," celetuk Rara kesal. Namun Yogi segera mengalihkan pandangannya menatap Andi.

"Woee bang lama gak ketemu," ucap Yogi lalu bersalaman dengan Andi.

"Lo dari mana aja. Tiba-tiba aja lo hilang kabar," celetuk Andi sambil membalas salaman dari Yogi.

"Sorry banget, kemaren sempat pindah dadakan ke Surabaya jadi gak sempet ngabarin siapapun. Untung aja sekarang bisa pindah kesini lagi," sahut Yogi sambil tersenyum kearah Andi.

"Kabar Yugo gimana?" Ucap Andi menanyakan kabar Abang nya Yogi.

"Abang baik-baik aja. Sekarang masih di Surabaya. Katanya betah tinggal di sana, mungkin beberapa bulan lagi bakalan balik kesini," sahut Yogi sambil tersenyum.

"Hmm, yaudah lo pesan aja. Entar gue yang traktir," ucap Andi lalu kembali menyantap makanan yang ada didepannya.

"Wah serius bang. Bang Andi emang baik bener," puji Yogi lalu memanggil seorang pelayan dan memesan makanan.

...TBC......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!