Malam yang dingin menyelimuti hati Sora. bagaimana tidak, ia kini sedang gunda gulana memikirkan tingkah suaminya. Alan kerap pulang malam dengan kondisi mabuk parah. Saat ini Sora sedang memandangi wajah suaminya, ia membuka kemeja Alan yang terkena muntahan. Bau tidak sedap yang menyengat hidung Sora, ia abaikan.
Bagi Sora itu bukanlah apa-apa, ia sudah terbiasa dengan rutinitas yang seperti ini. Membersihkan tubuh Alan dari sisa muntahan menjadi agenda tetap baginya. Kali ini dengan pelan ia membuka kancing kemeja Alan. Saat akan membuka kancing yang terakhir, tangan pria itu mulai berulah.
Alan mengengam pergelangan tangan Sora yang ingin membuka kancing kemejanya. Sora begitu terkejut karena Alan membuka kedua matanya. Ia merasa tadi Alan sudah tertidur pulas karena mabuk berat. Namun ternyata ia salah. Alan justru mencengkram erat pergelangan tangannya.
"Lepaskan Mas," Sora menarik tangannya yang di cengkram erat oleh Alan. Ia berusaha melepaskan diri dari jeratan suaminya.
Namun bukannya melepaskan cengkramannya, Alan justru menarik tangan Sora. Hal itu membuat Sora jatuh tepat di dada Alan yang bidang dengan bulu-bulu halus yang tumbuh di atas dadanya. Hal tersebut membuat desiran halus yang menyerang hati Sora. Alan mungkin menyadari irama jantung Sora yang memburu tak menentu.
Pandangan mata keduanya saling beradu, cukup lama mereka hanya terdiam. Mereka sama-sama menyelami mata pasangannya. Merasa canggung, Sora menarik tubuhnya kebelakang. Bukannya lepas dari dekapan Alan, ia justru tertelungkup sempurna di dada suaminya karena Alan mendekap pinggang Sora dengan erat.
Wajah perempuan itu langsung merona seketika, seperti kepiting yang di rebus di air yang mendidih. Entah mengapa Sora menjadi malu, padahal mereka sudah menikah cukup lama. Rasanya ini seperti malam pertama bagi Sora.
Sora kembali berusaha untuk bangkit, posisinya saat ini membuatnya kurang nyaman, bukan karena bau alkohol yang keluar dari mulut suaminya. Namun karena ada yang menganjal di tubuhnya.
"Mau kemana?" tanya Alan lirih pada istrinya, ia belum sadar sepenuhnya. Alan masih setengah sadar, ia malah semakin mempererat dekapanya. Seakan tidak ingin melepaskan tubuh Sora.
"Ah.. Aku..," Sora tidak mampu mengeluarkan satu kata apapun. Itu karena Alan telah menahan kata yang keluar dari bibir mungilnya. Alan dengan sempurna menyumbat mulut Sora.
"Manis!" puji Alan setelah merasakan bibir mungil Sora.
Sora masih diam terpaku, kemudian ia baru teringat. Saat sedang menunggu Alan suaminya pulang, ia telah menghabiskan beberapa bungkus permen kopiku untuk menghilangkan rasa kantuk yang menderanya. Sora jadi tersenyum sendiri, mengingat komentar Alan tentang rasa bibirnya.
"Iya, habis makan permen," ucap Sora dengan malu-malu.
"Lagi ya..." kata Alan.
Sora belum menjawab, Alan sudah melahap seluruh bibirnya dengan sangat ganas. Alan meremas punggung Sora, hasratnya kembali bergejolak. Malam ini, ia akan menyirami Sora dengan sentuhan panas seperti bara api yang panas membara.
Esok harinya, Sora terbangun dari tidur yang amat nyenyak. Ia terbangun dengan separuh tubuhnya menindih tubuh Alan, gerakan kecil yang ia timbulkan membuat Alan ikut terbangun menyusul dirinya.
"Sudah bangun Ra?" tanya Alan sembari membetulkan selimut yang terselingkap di tubuh Sora.
"Iya Mas, baru saja," ucap Sora, ia kembali menengelam kan wajahnya ke dada bidang milik suaminya.
"Ya udah, kamu mandi dulu. Sebentar lagi kita berangkat." kata Alan.
"Beneran kita jadi jalan-jalannya?" Sora langsung bangkit dari tidurnya. Wajahnya memancarkan binar-binar kebahagiaan.
"Lah, kamu pikir aku bohong," ucap Alan, sebenarnya ini salah satu cara permintaan maaf Alan pada Sora. Karena Alan semalam pulang dengan kondisi mabuk. Agar Sora tidak memarahi dirinya, dan terus mengejarnya dengan ribuan omelan yang panjang maka Alan mengajak Sora untuk pergi jalan-jalan sesuai janjinya beberapa hari yang lalu. Ternyata mudah sekali mengambil hati Sora, pikir Alan. Kini Sora tidak nampak murung atau marah, senyum tergambar jelas di bibirnya.
Sora telah selesai berhias, beberapa kali ia berkaca. Ia merasa ini seperti kencan mereka saat masih muda dulu. Sedangkan Alan sudah siap. Ia sudah sejak tadi menunggunya di ruang tamu.
"Sayang, Ibu datang nih," teriak Alan dari dalam ruang tamu.
Hati Sora yang semula gembira ria mendadak sendu. Sang ibu mertua kembali mengunjungi rumahnya. Sora mengambil napas dalam-dalam. Ia bersiap mengadapi pertempuran dengan ibu mertuanya.
"Eh Ibu datang, dari mana Bu?" sapa Sora pada Ibu mertuanya. Ia langsung mencium kedua pipi ibu mertuanya.
"Iya, Ibu tadi baru pulang dari arisan kompleks. Langsung kemari untuk menengok kabar kalian berdua," kata Ibu.
"Kabar kami cukup baik Bu, tidak perlu menghawatirkan kami berdua," ucap Alan pada Ibunya.
"Ibu tahu kabar kalian baik-baik saja. Ibu kemari untuk menanyakan, bagaimana sudah ada hasilnya apa belum?"
"Sabar lah Bu, kami juga sudah berusaha. Tapi mungkin belum waktunya," Alan menjelaskan kepada Ibunya, matanya melirik Sora yang duduk di sebelah Ibunya. Ia yakin Sora pasti merasa sedih jika menyangkut persoalan ini.
"Mau sampai kapan kamu menyuruh sabar? kamu ini anak satu satunya. Kalau kamu tidak segera mendapatkan keturunan, nanti siapa yang akan meneruskan garis keturunan keluarga kita?"
Sora hanya diam mematung, ia tak mampu membantu Alan. Ibu mertuanya terus menyerang sang suami. Ia merasa sudah gagal menjadi seorang istri. Sora merasa tidak bisa meneruskan garis keturunan keluarga Kardinov.
Ibu tidak berani bicara langsung di hadapan Sora, seperti yang Sora dengar dari beberapa orang yang mengosipkan dirinya mandul. Semua bersumber dari bibir mertuanya sendiri. Ibu Alan berpura-pura baik bila di depannya, namun ketika sudah berada di belakang dirinya. Semua hal buruk tentang sang mantu akan ia umbar sampai semua orang tahu.
Ini semua karena Alan terlihat pilih kasih antara Ibu dan Sora. Bagai buah simalakama, dua orang yang ia sayangi kadang membuatnya menjadi kesusahan.
"Ingat, rajin cek kesuburan ke Dokter," perintah ibu mertuanya. Ibu hanya melirik ke arah Sora. Seakan memvonis bahwa selama ini yang mandul adalah anak mantunya.
Mendapat lirikan tajam dari Ibu mertua, Sora hanya mampu menengelamkan pandangan matanya. Sora sepertinya mengaku salah karena tak kunjung hamil dan memberikan keluarga besar Kardinov keturunan.
"Sudah lah Bu, mohon bersabar lah. Kami sudah berusaha semampu kami" ucap Alan sembari menatap raut wajah Sora yang penuh kesedihan.
"Sabar, sabar. Sampai kapan Ibu harus selalu bersabar? sudah sepuluh tahun lebih Ibu bersabar. Apa kalian menunggu Ibu mati?" ucap Ibu spontan, ia terlihat tidak bisa mengontrol emosi jiwanya.
Mendengar perkataan dari Ibu mertuanya, Sora terhenyak. Ia tidak percaya Ibunya akan berkata seperti itu. Dengan tanpa berpikir dahulu, ia mengeluarkan pernyataan yang tak kalah mengejutkan nya.
"Ibu tidak usah khawatir, Ibu tidak akan meninggal sebelum menimang cucu. Aku akan mencarikan istri lain untuk Mas Alan, secepatnya!" ucap Sora.
Kalimat sora tersebut membuat Alan langsung menatapnya tajam padanya. Ada kemarahan di dalam mata pria yang menjadi suaminya selama ini.
"Apa maksud kamu Sora, jangan berpikir hal gila," tolak Alan atas gagasan yang dinilainya tidak masuk akal. Dia sudah beristri, untuk apa mencari istri yang lain?
Sedangkan reaksi Ibu, dalam diamnya terdapat sebuah semburat senyum yang Ibu sembunyikan. Ia merasa setuju sekali dengan gagasan dari anak menantunya itu. Berbanding terbalik dengan putranya yang menentang mentah-mentah ide gila dari istrinya.
"Maaf Mas, Sora rasa ini adalah jalan terbaik untuk kita berdua," kata Sora sembari mengusap pipinya yang telah basah.
"Sampai kapanpun aku tidak akan menikah lagi, aku tidak akan menyakiti mu. Istri yang mana yang menyuruh suaminya menikah lagi?" kepala Alan penuh dengan banyak tanda tanya, bagaimana bisa Sora memikirkan hal di luar nalar nya. Meski mereka tidak memiliki keturunan, ia tidak pernah berpikir sekalipun untuk mencari istri lain penganti Sora.
Sementara Ibu hanya mendengarkan perdebatan antara pasangan suami istri di depannya. Inilah yang diharapkan dirinya selama ini, Ibu sudah lama bersabar dan ia mengharap salah satu dari mereka menyerah. Saat ini nampak Sora lah yang mulai menyerah duluan. Ia telah menawarkan istri baru untuk suaminya.
Untuk saat ini Alan menolak cukup keras permintaan Sora. Namun kita tidak bisa memperkirakan hati manusia. Tuhan dengan mudah membolak balikkan hati manusia. Mungkin sekarang Alan menolak, namun bisa jadi esok ia akan menerimanya dengan segenap jiwanya. Seorang istri baru hadiah dari Sora untuk dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Wiek Soen
jangan2 Alan yg mandul
2023-01-27
0
Zamie Assyakur
sora..jgn menciptakan neraka'dalam rumah tangga mu...
2022-10-18
0
Aira Taqin
udah 3 judul yang aku baca bagus2 cerita nya👍👍👍👍
2022-07-30
0