Malam ini begitu dingin bagi Sora, Alan yang ia kenal nampak memperlihatkan banyak perubahan. Sekarang suaminya sering pulang dengan kondisi mabuk, membuat hati Sora perih seperti tergores pisau belati.
Sejatinya Sora tahu betul alasan di balik perubahan sikap suaminya. Hanya saja ia mencoba membiarkan nya, berharap waktu akan merubah Alan seperti sedia kala. Namun harapannya sirna dan musnah sudah. Alan yang dulu berbeda dengan Alan yang sekarang. Alannya yang dulu ia kenal kini telah hilang, Sora dengan segala rasa putus asanya bertekad akan membawa Alan kembali seperti semula.
Sora akan mencari perempuan lain, dan tekadnya kini sudah kuat. Demi kebahagiaan Alan ia rela membagi cintanya. Karena malam semakin larut, sora membaringkan tubuhnya di sisi pria yang akan ia carikan seorang istri lagi. Sora memeluk tubuh Alan yang penuh bau alkohol. Ia seakan tidak peduli, Sora merapatkan tubuhnya dan terlelap dengan memeluk Alan.
Cahaya matahari pagi memaksa masuk ke dalam sela sela jendela kamar Sora, ia kini sudah bangun. Di lihatnya laki laki yang masih terlelap di sampingnya.
"Mas bangun," ucap Sora dengan mengoyang-goyangkan lengan suaminya.
"Akh... Kepalaku pusing banget Ra," Alan memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Rasanya kepala Alan begitu pusing sekali.
"Siapa suruh Mas minum-minum," jawab Sora dengan sedikit kesal pada Alan. Ia sangat tidak suka dengan sifat mabuk-mabukan suaminya itu. Padahal dulu Alan adalah anak baik-baik, ia tidak suka minum-minum. Bahkan Alan juga tidak merokok. Ia selalu menjalani gaya hidup sehat. Tapi setelah beberapa tahun belakangan ini sikap Alan mulai berubah.
Alan sekarang sering pulang malam, kadang juga tidak pulang. Alasannya bertemu dengan rekan bisnis, alasan meeting dan banyak alasan lainnya. Membuat Sora kesal bila mengingat perubahan sikap suaminya itu.
"Aku minum hanya sedikit Ra," elak Alan, ia tidak ingin disalahkan oleh Sora.
"Sedikit kok sampai teler begitu," sindiran demi sindiran terlontar dari bibir Sora, ia masih merasa kesal dengan kelakuan suaminya semalam.
"Iya .. iya maaf ya Baginda Ratu," ucap Alan, ia ingin mengakhiri perdebatannya dengan Sora istrinya.
Setelah mendengar permintaan maaf dari suaminya, Entah itu permintaan yang tulus dari hati Alan atau sekedar kata pemanis, Sora sudah tidak ambil pusing. Ia juga ingin kedamaian di pagi ini, lelah rasanya bila ia harus berdebat dengan sang suami.
Andaikan saja ada kehadiran anak di tengah-tengah mereka, mungkin ceritanya akan sedikit berbeda. Sora tengelam dalam lamunannya. Andai saja ia bisa hamil, tiba-tiba bulir air kembali menetes di kedua pipinya. Mengapa ia menjadi sangat sensitif bila menyangkut kehadiran seorang anak. Sora menarik napas cukup dalam, mencoba menguatkan hatinya yang galau dan risau.
Sora melangkahkan kedua kakinya ke dapur, ia ingin membuatkan teh hangat untuk suaminya. Peralatan masak yang ada di dapurnya nyaris jarang terpakai. Itu karena keduanya sering makan di luar, itu pun sendiri-sendiri. Jarak antara Sora dan Alan kian hari kian menjauh, tanpa mereka berdua sadari.
Sekarang teh yang Sora buat sudah siap, ia kembali masuk ke dalam kamar. Dengan nampan yang berada di tangannya, Sora menyentuh lengan sang suami. Alan masih merasa pusing, ia kembali berbaring.
"Minum ini dulu," ucap Sora.
"Makasih Ra," Alan mengulurkan tangannya untuk menyambar gelas yang di sodorkan sang istri.
Alan langsung menghabiskan isi dalam gelas hingga tak bersisa. Rasanya tenggorokannya kini kering, sesekali ia terbatuk. Alan sekarang menjadi pecandu rokok yang berat. Semakin kesal saja Sora pada suaminya.
"Jangan merokok dulu lah Mas, jaga kesehatan. Kesehatan itu penting," tutur Sora.
Seakan tidak menghiraukan perkataan sang istri, Alan bangkit dari tidurnya dan melangkahkan ke dalam kamar mandi. Ia meninggalakan Sora yang sedang kesal pada dirinya. Alan memilih pergi daripada mendengar omelan dari sang istri. Kepalanya semakin pusing bila mendengar suara Sora, istrinya.
"Ah... Kemana gadis yang manis dulu? kenapa sekarang berubah jadi wanita yang sangat cerewet dan banyak aturan," Alan mendesi kesal.
"Siapa wanita cerewet itu Mas?" tanya Sora, ternyata Sora mendengar ia bicara.
"Itu loh, ibu-ibu konpleks sebelah. Pusing banget aku kalo denger mereka kumpul kumpul di depan rumah," Alan mencoba mencari alasan, padahal tadi ia mengerutui sang istri dengan sangat pelan. Tajam juga pendengaran istrinya, batin Alan.
"Alasan!" Sora memandang suaminya dengan pandangan yang penuh arti.
"Udah ah, aku mau mandi. Nanti malah telat ke kantor," Alan kembali meningalakan Sora yang masih mau berbicara dengan dirinya.
Karena Alan sudah masuk ke dalam kamar mandi, kini Sora memebereskan seprai tempat tidurnya. Ia menganti seprai yang berbau alkohol akibat ulah Alan semalam.
Semua Sora kerjakan seorang sendiri. Di rumah yang besar itu, ia tidak memiliki asisten pribadi. Baginya percuma memperkerjakan asisten rumah tangga, toh dirinya dan sang suami jarang di rumah. Mereka berdua jarang menghabiskan waktu di rumah, lebih banyak di luar. Ini yang membuat rumah terasa sepi dan hampa.
Keduanya mencari hiburan masing-masing di luar rumah. Sama-sama merasa suntuk dengan susana rumah yang membosankan. Lagi-lagi Sora berandai-andai, bila ada anak di rumah ini pasti akan nampak berbeda.
Setelah selesai membereskan kamarnya, Sora menyiapkan pakaian untuk suaminya. Ia memilih setelan jas berwarna navy untuk Alan. Tidak lama kemudian Alan keluar dari dalam kamar mandi. Alan kelihatan mempesona dengan rambut basahnya.
"Mandi sana Ra," ucap Alan dan melangkah mendekat ke arah Sora.
Sora hanya diam tak bergerak, ia diam terpaku melihat pemandangan yang memukau matanya. Perlahan Alan mendekatkan wajahnya, ia mencium kening Sora dengan lembut.
"Sana, mandi bau asem," ledek Alan. Membuat Sora malu, ia memang sedang bermandikan keringat setelah membereskan kamar.
"Heheh.. Iya. Ini juga mau mandi," ucap Sora sembari melangkah menuju kamar mandi.
Alan mulai bersiap-siap, ia memakai pakaian yang sudah di siapkan Sora sebelumnya. Kini ia merapikan rambutnya, berkali kali ia berkaca. Ternyata dia masih tampan juga, batin Alan.
Sembari menunggu sora yang masih mandi, Alan memanggang beberapa roti. Kali ini ia akan membuat sarapan sederhana nan istimewa untuk Sora. Sebagai permintaan maafnya untuk semalam, ia sedikit merasa bersalah pada istrinya.
Beberapa saat berlalu, Sora sudah terlihat rapi dan cantik. Ini karena ia akan menghadiri acara pembukaan kantor cabang baru.
"Rapi bener Ra," ucap Alan.
"Iya Mas, ada acara resmi. Nanti ada pengesahan yang di hadiri Bapak Wali Kota," kata Sora sembari duduk di kursi.
Sora memakan sarapan buatan suaminya, meski agak sedikit gosong pada permukaan rotinya. Ia terlihat menikmati momen langkah ini, jarang sekali Alan sarapan berdua dengannya.
"Sedikit gosong ya..." ucap Alan, ia tidak bisa menutupi noda gosong yang menyelimuti roti yang ia panggang.
"Gak papa, enak kok," kata Sora seraya tidak perduli dengan rasa pahit di indra pencecapnya, ia terus mengunyah sarapan paling lezat yang di buat oleh suaminya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
pipi gemoy
hadir Thor ☝️
2024-02-20
0
Wiek Soen
lanjut thor
2023-01-16
0
Zamie Assyakur
kurang komunikasi...
2022-10-18
0