BAB 5

Tok tok tok...

"Assalamualaikum..., permisi...,!" suara orang mengetuk pintu dan membaca salam kembali terdengar ditelinga pasangan suami istri yang sedang ribut itu.

Mulut Asyifa terbuka hendak menjawab salam.

"Biar aku saja. Masuk kau ke kamar! Susu kan anakmu biar tidak merengek terus!" hardik Randa sedikit memelankan nada suaranya agar tidak terdengar keluar rumah.

Tanpa diperintah dua kali, Asyifa bergegas lari kedalam kamar membawa anaknya Safina yang masih merengek walau tangisannya sudah berkurang.

"Waalaikumsalam, siapa...,?" tanya Randa dari dalam rumah menjawab salam sembari merubah ekspresi nya yang sangar menjadi terlihat biasa saja seolah tak terjadi apa-apa.

Tangan kekarnya memutar handle pintu dan membuka pintu depan pelan.

Sesosok pria bertubuh lumayan besar sambil menjinjing sebuah koper kecil, tampak berdiri angkuh didepan pintu dengan senyuman lebar tatkala pintu di buka Randa.

"Wahyu?!" Randa tampak kaget dan senang sekali melihat kedatangan sahabat lamanya yang sudah lama tak bertemu.

"Apa kabar Randa?" sapa Wahyu tersenyum seraya mengembangkan sebelah tangannya pada Randa.

Sejenak kedua sahabat itu berpelukan hangat sebagai tanda keakraban mereka.

"Darimana kau tahu alamat rumahku?" tanya Randa penasaran.

Setahunya dia tak pernah memberitahu Wahyu alamat rumah yang ia tempati dengan Asyifa. Randa memang sudah bercerita sedikit pada Wahyu jika sekarang ia mempunyai istri dua dan baru punya anak dari istri keduanya, tapi dimana ia tinggal, Randa belum pernah memberitahu Wahyu.

"Apa kau mau kita bercerita didepan pintu?" bukannya menjawab, Wahyu justru mengalihkan pertanyaan Randa dengan cepat.

Randa tertawa malu. Dia langsung menepuk-nepuk bahu Wahyu dan mempersilahkan sahabatnya itu agar masuk ke dalam rumah.

"Ayo masuk!" Randa dengan riang mengiringi langkah Wahyu yang tanpa membuka sepatu mahalnya langsung menginjak lantai rumah yang selalu di pel Asyifa setiap hari dengan bersih.

Tanpa dipersilahkan duduk oleh Randa, Wahyu menaruh kopernya asal dan duduk menghempaskan bokongnya diatas sofa yang ada diruang tamu.

Pandangan matanya berpendar memandang sekeliling rumah yang tidak begitu mewah perabotnya dan terlihat sederhana, dibandingkan rumah mewah milik Randa dan Nikita.

"Apa kau cuma bisa belikan rumah begini untuk istri keduamu?" ejek Wahyu menyindir kemampuan Randa yang ia ketahui bisa membelikan Asyifa rumah yang tiga kali lipat lebih mewah dari rumah itu.

Bukannya tersinggung, Randa justru terkekeh mendengar ejekan Wahyu padanya.

"Masih mendingan ku belikan rumah. Rumah seperti ini saja dia sudah berasa dapat istana. Istriku itu orang kampung, miskin. Rumah orang tuanya dikampung saja kayak kandang sapi. Ha ha ha...," ujar Randa menghina kehidupan Asyifa dan keluarganya tanpa penuh dosa sedikitpun.

Wahyu ikut terkekeh pelan seraya menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Jangan terlalu keras, nanti kalau istrimu dengar bisa berabe." ujar Wahyu mengingatkan tawa Randa yang terdengar lumayan keras.

"Aku tidak takut dengannya. Dia masih muda dan lugu. Dia takkan berani macam-macam padaku. Hidupnya sangat bergantung padaku. Apalagi dia baru saja punya anak dariku. Mana berani dia melawanku. Sekali saja dia berani meninggalkanku, hidupnya akan luntang lantung di jalanan. Bisa saja dia jadi l*nt* untuk biaya hidupnya." ucap Randa mencibirkan bibirnya menghina Asyifa didepan Wahyu sahabatnya sendiri.

Senyuman miring terukir dibibir Wahyu saat mendengar perkataan Randa yang menjelekan istrinya sendiri. Dia jadi penasaran, seperti apa sosok istri kedua Randa yang belum pernah ia lihat sekalipun.

Selama ini Wahyu hanya mengenal Nikita yang menurutnya cukup cantik dan menggiurkan ditambah hartanya yang melimpah ruah. Randa sangat beruntung memperistri Nikita yang merupakan salah satu pewaris kaya di kota itu.

Sedangkan Asyifa, apa kelebihan perempuan muda yang menjadi istri kedua Randa itu? Kenapa Randa mau memperistrinya jika perempuan itu memang seburuk yang dikatakan Randa? Rasa penasaran kian menggelitik hati Wahyu.

"Kupikir kau memang tuan rumah yang pelit. Kau tidak menjamu ku dengan baik." celetuk Wahyu tiba-tiba mengingatkan Randa.

"Sialan kau! Sebentar, aku akan panggilkan Asyifa." umpat Randa merasa dipermalukan.

"Asyifa! buatkan teh untuk tamu!" teriak Randa melongokkan sedikit kepalanya ke dalam ruangan tengah yang bersebelahan dengan kamar tidur mereka.

"Iya mas!" samar-samar suara Asyifa terdengar menjawab dari dalam kamar.

Randa kembali duduk diatas sofa ruang tamu menghadap ke arah Wahyu.

"Kau belum menjawab pertanyaanku dari awal kau datang." ujar Randa mendadak teringat pertanyaan awalnya bertemu Wahyu didepan pintu tadi.

Wahyu tampak cuek, ia menaikkan sebelah kakinya berlagak seperti bos besar didepan Randa.

"Ku pikir kau sudah lupa. Aku tau rumahmu ini dari Nikita. Dia bilang, kau pasti sedang bersama istri keduamu. Dugaannya ternyata benar, kau memang ada disini. Enak benar kau ya, Nikita ngambek, kau malah pulang kerumah istri muda. Ha ha ha...,!" Sindir Wahyu sembari tertawa lepas.

"Aku menang banyak darimu 'kan? Kau tak sebanding denganku. Kawin, cerai, kawin, cerai. Sudah tiga kali jadi duda, satupun tak ada yang bertahan dengan mu." ejek Randa mengingat kelakuan sahabatnya yang suka gonta ganti istri karena tak pernah ada kecocokan.

"Aku belum kalah bung! Suatu hari kelak, kau pasti ku kalahkan." sahut Wahyu sedikit sinis karna merasa tersinggung dengan ucapan Randa.

"Dulu kau sering menghinaku karna tak bisa punya anak dari Nikita. Kau bilang aku mandul. Buktinya, bukan aku yang mandul. Tapi Nikita yang tidak bisa punya anak. Dan kau, sudah tiga kali kawin, dua anak mu justru bukan darah dagingmu. Kau tolol apa bego sih 'yu?" Randa seperti punya dendam kesumat tersendiri pada sahabatnya itu.

Dia membahas rahasia hidup Wahyu dengan entengnya tanpa memperdulikan perubahan wajah Wahyu yang semula biasa saja menjadi merah padam menahan malu.

"Sialan kau! Sudah! Jangan bahas itu lagi. Aku sudah tak mau mengingatnya lagi." Wahyu merasa sangat dongkol. Namun, ia tak bisa marah pada Randa. Pembahasan ejek mengejek, sindir menyindir secara kasar sudah biasa terjadi antara mereka berdua.

Pembicaraan mereka mendadak berhenti saat Asyifa muncul dari dalam ruangan tengah sembari membawa nampan berisi teh dan beberapa cemilan.

Wahyu yang melihat kehadiran Asyifa yang cantik, dengan bola mata yang indah berbulu mata lentik serta berkulit putih mempesona seperti artis Bollywood berdarah campuran, tampak tak berkedip memandang sikap Asyifa yang sopan dan lembut menaruh makanan dan minuman itu ke atas meja yang ada dihadapan mereka.

Asyifa tampak menundukkan wajah tanpa punya niat untuk mengetahui siapa tamu suaminya. Dia hendak pergi dari situ jika suaminya Randa tidak menahan tangannya saat itu juga.

"Sebentar, kenalkan, ini temanku. Nama nya Wahyu." ujar Randa memperkenalkan Wahyu pada Asyifa.

Asyifa mengangkat sedikit kepalanya melirik pria yang duduk di sofa dengan masih memakai sepatu itu sepintas. Hatinya sedikit jengkel mengingat lantai rumah yang habis ia pel pasti kembali berdebu karena ulah tamu kurang sopan itu.

"Salam kenal nyonya Randa." sapa Wahyu mengangkat sebelah tangannya keatas.

"Iya." satu kata singkat terucap dari bibir Asyifa yang merah merekah menggoda dalam penglihatan Wahyu.

Sikap Asyifa yang tampak enggan menyapanya tak membuat Wahyu tersinggung. Hatinya justru tertarik Ingin menggoda istri kedua sahabatnya itu.

"Jika anda tidak keberatan, saya minta izin untuk menginap disini selama seminggu. Apakah boleh?" tanya Wahyu tiba-tiba mengungkapkan keinginannya pada Asyifa yang walau bagaimana pun hanya patuh pada keputusan suaminya.

"Ngapain kau minta izin padanya? Aku ini suaminya. Ini rumahku, berarti rumahmu juga dong 'Yu..., jangan kan seminggu, setahun pun aku tak masalah. Dari pada kau menginap di hotel, kau bisa bayar sewa hotelmu padaku saja. Ha ha ha...," ucap Randa sembari tertawa namun serius dalam perkataannya.

Asyifa tertegun mendengar perkataan Randa. Apakah suaminya sudah tidak waras? Mengizinkan sahabatnya menginap dirumah itu tinggal bersama mereka walaupun hanya seminggu lamanya.

.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

syifa gadis desa lugu kampungan kok bisa kulitnya mulus seputih suau kaya artis Bollywood dr mn nyangkut nya klo kuning langsat msh wajar lah

2025-04-12

1

Abu Yub

Abu Yub

Aku mampir lagi thor/Pray/

2025-04-15

1

Abu Yub

Abu Yub

Waalaikumussalam wr wb

2025-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!