Waktu berjalan terasa lebih cepat dari biasanya. Heningnya malam kini telah berganti kokokan ayam. Layaknya sebuah sistem yang berjalan otomatis.
Tingginya intensitas dan rutinitas manusia membuat kita terkadang lupa bersyukur tentang apa yang kita dapat nikmati selama hidup ini. Meski itu tidak untuk seorang Daniel.
Ritinitas di subuh hari, bagi Daniel adalah wujud rasa syukurnya kepada sang pencipta. Dimana dia masih tetap dapat bernafas.
Jantungnya masih dapat mengalirkan sendi-sendi energi kehidupan dan segumpal daging yang di sebut qolbu masih merasakan indahnya jatuh cinta.
Sungguh manusia teramat sombong bila tak pernah mengingat itu. Mereka hanya mengingat di saat ada fenomena yang tiba-tiba membawa derita di tengah kencang nya arus kebahagiaan.
Mentari pagi begitu hangat menyapa, sehangat senyum gadis pujaan Daniel. Itulah yang kini menjadi semangat baru bagi Daniel setelah sekian lama penantianya tentang tanda-tanda tambatan hatinya.
Dia yang selama ini mencari-cari, bak air sungai mengalir, yang mendambakan samudra tempat di mana dia bermuara.
Sambil menaburkan pakan ikan di kolamnya Daniel tersenyum saat melihat ke air kolam yang seakan melukiskan bayangan Tiara.
" Ini tidak mungkin, aku hanya berhalusinasi,'' gumamnya pada diri sendiri.
" Ya da apa boss?" Sahut anak buahnya yang berada di petakan kolam bersebelahan dengan nya. Dia sangka bosnya berbicara padanya sehingga dia bertanya seperti itu.
" O... tak papa,'' jawab Daniel singkat.
Kegilaanya pada gadis itu semakin bertambah.
Terkadang Daniel jadi terpaku di sela-sela aktifitasnya, perasaanya seperti mendengar sesuatu. Saat desahan angin sepoi-sepoi pagi itu seakan meniupkan nama Tiara di telinga Daniel.
" Sur tolong selesaikan petakan ku ini,'' pintanya pada anak buahnya.
" Iya boss...,'' jawab anak buahnya itu dengan segera.
Dia terduduk di tepian kolam seakan memandangi ikan-ikan berebut makanan, padahal angan nya melambung jauh ke sana ke tempat Tiara berada.
Di pandanginya langit pagi ini nampak gumpalan awan berkumpul membentuk wajah gadis nya itu. Dia mengucek matanya dengan kasar.
" Maaf kang bos kalau pakan ikan yang aku lempar ini debunya masuk ke mata bos, anginya kencang, lebih baik akang bos duduk saja di gazebo,'' jelas Suryana sang anak buah pada Daniel seraya merasa bersalah akan hal yang di lakukanya dengan tidak sengaja.
" Ah ... iya,'' jawab Daniel sedikit terkejut mendengar kata-kata anak buahnya tadi. Padahal bukan karena itu matanya memerah tapi karena terlalu kasar gosokan tadi sehingga melukai dan membuat matanya pedih.
Cinta memang dapat hingap pada siapa saja. Termasuk pria tampan nan dingin terhadap banyak wanita ini.
Pria yang pandai merangkai kata ini, kini tak mampu mendefinisikan rasa yang di alaminya. Rasa di mana setiap orang pasti mengalaminya.
" Jam berapa ini sur?" Tanya Daniel pada anak buahnya.
" mungkin kisaran jam 9 akang boss,'' jawab Suryana.
" Baiklah kalian lanjutkan kerja kalian setelah itu cek apakah ada lubang di jaring ikan yang di bawah,'' jelasnya pada mereka.
Daniel bergegas pergi menghampiri kendaraanya dan melajukanya denga cepat. Dia ingat bahwa dia pasti sedang di tunggu oleh Brian di sana.
Dia tak mau mengecewakan Brian jika itu terjadi maka bisa lebih ruwet urusanya. Apalagi dia menginginkan keponakanya bisa lebih sulit perjuangannya nanti.
Segera dia tiba di rumah Brian. " Hai bro, sudah siap belum?" Tanya Daniel pada Brian.
" Baru selesai sarapan, kau sudah makan?" Tanya Brian padanya.
" Belum sih, aku ngak sempat pulang sarapan tadi,'' jawabnya lugas.
" Memangnya dari mana saja?" Tanya temanya itu.
" Aku tidur di keramba ikan langsung sekalian liatin kerja anak-anak di sana,'' jelasnya.
" Ya udah sarapan dulu nanti baru kita pergi, ayo duduk lah dan ambil sarapan,'' pinta Brian.
Daniel segera duduk dan mengisi piring di depanya dengan nasi dan lauk pauk yang tersedia di meja.
Sama seperti Daniel, Brian juga belum memiliki pasangan. Brian adalah anak terakhir dari enam saudara jadi dia tinggal bersama orang tuanya. Meski kadang dia tinggal di rumahnya yang dekat dengan tempatnya bekerja.
Kini mereka telah menyelesaikan sarapan nya dan bersiap berangkat ke tempat yang di tunjukan pada Daniel kemarin malam.
Setobanya di sana Daniel sungguh terkejut melihat perkebunan itu. Semua jenis tanaman ada di sana kecuali bunga-bunga an.
" Yan.... kayaknya kebun-kebun ini perlu di rombak,'' kata Daniel.
" Maksutnya tanam ulang?" Tanya Brian.
" Buang tanaman lain selain kopi,'' jawab Daniel.
" Kenapa kopi?" Tanya Brian kembali.
" Tanaman kopi di kebun mu ini jumlahnya yang paling banyak, akan butuh waktu lama untuk menanam ulang, dan tanaman kopinya pun masih sangat muda alias baru produksi sayang kalau di buang,'' jelas Daniel.
Brian hanya menatap Daniel sambil memikirkan apa yang Daniel katakan tadi.
" Untuk kebun yang sebelah sana ambil saja tanaman ladanya, nanti di tengah barisan lada yang cukup jarang itu bisa di manfaatkan untuk tanaman lain, jangan lupa buat tanamanya seragam dengan barisan yang rapi,'' jelasnya lagi.
" Baiklah ... mungkin minggu depan baru bisa di laksanakan, aku ke bawah dulu ya, mau lihat batas tepian sungai,'' kata Brian.
" Ya... aku tunggu di sini saja sambil berkeliling, emh... apa aku bisa pinjam hape mu? Hanfone ku tak ada signal,'' kata Daniel.
" O... ini pakailah dulu, aku mau ke sana dulu,'' jawab Brian sambil menunjuk arah tepian sungah nun jauh di bawah tebing.
Dengan sigap Daniel segera membuka buku telfon dan mencari nomor dengan nama Tiara. Butuh waktu lumayan lama dia mencarinya.
" Emh... Ini dia yang kucari, ternyata namanya Mutiara, pantas saja tak ketemu di barisan T,'' kata Daniel pada dirinya sendiri.
Dengan segera dia menyalin nomor ponsel Tiara ke hapenya dan menyimpanya dengan nama Adinda agar temanya itu tak curiga padanya.
Tak lama kemudian Brian datang dan mengajak Daniel pulang. Di perjalanan menuju kendaraan Daniel mengembalikan ponsel Brian.
" Ni... Yan hape mu, aku sudah selesai, makasih,'' kata Daniel.
Brian hanya menganguk dan segera mengambil hapenya dari tangan Daniel.
Mereka segera pergi dari tempat itu.
" Dan menurutmu butuh waktu berapa lama untuk merombak kebun ku tadi?" Tanya Brian pada Daniel sambil mengendarai MoGe miliknya.
" Mungkin sekitar seminggu,'' jawab Daniel singkat.
" Baiklah besok aku kabari kalau semua sudah siap dilakukan, soalnya aku mau ke pabrik dulu ngecek barang, kayaknya ada yang belokin produksi kami ketempat lain,'' jelas Brian.
" Ok kalau begitu aku tunggu callingan nya,'' jawab Daniel.
Setibanya di rumah Brian, Daniel segera pamit pulang karena ada hal yang harus dia selesaikan.
" Yan aku pamit pulang, salam untuk ibumu aku tak sempat pamitan,'' kata Daniel.
" Ya... nanti kusampaikan,'' jawab Brian singkat. Daniel pun segera melajukan kendaraanya dengan cepat.
Hatinya sunguh bahagia karena dia sudah mempunyai nomor hape bidadarinya. Seperti tanaman di musim kemarau yang di siram air hujan.
Tak sabar rasanya ingin mendengar suara lembut gadis itu. Sepertinya benar apa yang di katakan kebanyakan orang bahwasanya rindu tak menuntut banyak hal, hanya mengharapkan kabar dan pertemuan.
Bahkan ada yang dengan mendengar suaranya saja sudah cukup. Perasaan itulah yang kini di rasakan oleh Daniel.
Menahan kerinduan seakan menahan beban yang begitu berat. Namun ketika hal itu terjawab akan mendatangkan kegembiraan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments