Bab 5 : Between Us

Malam telah larut ketika Luna dan Xavier tiba di apartemen. Udara dingin menyelinap dari celah jendela yang sedikit terbuka, tetapi suasana apartemen terasa hangat dan nyaman. Luna melepaskan sepatunya dan langsung berjalan menuju ruang tengah, mengambil remote TV dengan penuh semangat.

“Aku butuh sesuatu yang bisa bikin mood-ku naik,” katanya sambil menyalakan TV.

Xavier mengangguk kecil, melepas jasnya, lalu berjalan menuju kamar tanpa berkata banyak. “Aku tidur dulu,” ucapnya singkat sebelum menutup pintu.

Luna hanya mengangkat bahu, tidak terlalu peduli. Ia mulai menjelajahi katalog film hingga akhirnya menemukan film komedi yang menarik perhatiannya. Dalam hitungan menit, suara tawa Luna mulai memenuhi ruang tengah.

Di dalam kamar, Xavier mencoba memejamkan mata, tetapi suara tawa Luna yang lepas membuatnya terusik. Awalnya, dia hanya membalikkan badan, menarik selimut lebih rapat, tapi suara tawa itu semakin keras—dan anehnya, menular. Bibirnya hampir tersenyum, meskipun ia tidak tahu apa yang sebenarnya membuat Luna tertawa.

Dengan enggan, Xavier bangkit dari tempat tidur, mengenakan kaus longgar, dan keluar dari kamar. Ia menemukan Luna tergeletak di sofa, memeluk bantal sambil tertawa terbahak-bahak.

“Apa yang kau tonton?” tanya Xavier, mengusap wajahnya yang masih mengantuk.

Luna menoleh, masih tersenyum lebar. “Film komedi. Mau nonton bareng?”

Xavier menghela napas panjang, lalu berjalan mendekat dan duduk di ujung sofa. “Aku tidak punya pilihan lain, kan?”

Luna hanya terkikik sambil menggeser tubuhnya sedikit, memberi ruang untuk Xavier. “Percayalah, ini bagus. Kau harus nonton.”

Xavier bersandar di sofa, matanya fokus pada layar. Butuh beberapa menit untuknya memahami jalan cerita, tetapi tawa Luna yang lepas membuat suasana terasa lebih hidup. Sesekali, Xavier mengerutkan kening pada humor yang menurutnya terlalu sederhana, tetapi beberapa adegan berhasil membuatnya tersenyum kecil.

“Apa kau selalu tertawa sekeras ini?” tanya Xavier setelah beberapa saat, matanya masih menatap layar.

“Selalu,” jawab Luna sambil menyandarkan kepalanya ke bantal. “Tertawa itu obat terbaik. Kau harus mencobanya lebih sering.”

Xavier hanya mengangguk kecil, tetapi matanya melirik Luna yang terlihat begitu bahagia. Ada sesuatu yang menyenangkan dari cara Luna menikmati momen sederhana seperti ini—sesuatu yang terasa asing namun menenangkan baginya.

Film pun mencapai klimaksnya, dengan adegan kocak yang membuat Luna kembali tertawa keras. Xavier, yang awalnya merasa terganggu, sekarang justru ikut tertawa kecil, meskipun ia mencoba menutupinya.

“Kau tertawa!” seru Luna, menatap Xavier dengan mata berbinar.

“Tidak,” bantah Xavier, berusaha menyembunyikan senyumnya.

“Oh, ayolah, aku melihatnya,” Luna menggoda, mendekat ke arahnya. “Akhirnya, Dokter Xavier yang dingin tahu bagaimana caranya tertawa!”

Xavier menggelengkan kepala, tetapi kali ini ia tidak bisa menahan senyumnya. “Hanya karena film ini terlalu bodoh.”

“Itu namanya lucu, Xavier.”

Mereka melanjutkan menonton hingga film berakhir. Luna meregangkan tubuhnya yang lelah, sementara Xavier mematikan TV.

“Jadi, bagaimana?” tanya Luna, menatapnya penuh harap.

“Cukup menghibur,” jawab Xavier dengan nada datar, tetapi senyum kecil di sudut bibirnya menunjukkan bahwa ia benar-benar menikmatinya.

Luna tersenyum puas, merasa berhasil menularkan sedikit kebahagiaannya kepada Xavier. Tanpa sadar, momen sederhana ini mempererat hubungan mereka, membuat mereka semakin nyaman satu sama lain.

“Besok, pilih film lain yang tidak terlalu bodoh,” kata Xavier sambil bersandar disandarkan sofa.

Luna tertawa kecil. “Aku akan cari yang lebih lucu. Tapi hati-hati, Xavier. Tertawa bisa jadi kebiasaan.”

Xavier hanya mendengus pelan diiringi dengan gelengan kecil.

Luna bersandar di bahu kekar Xavier, menghela napas panjang setelah tertawa puas menonton acara komedi favoritnya. “Sepertinya aku butuh asupan,” ujarnya dengan suara rendah yang hampir berbisik, mata jenakanya menatap lurus ke depan.

Xavier meliriknya sekilas. “Kau memang selalu butuh perhatian lebih, ya?” katanya sambil tersenyum tipis.

Tanpa perlu banyak kata, Xavier bangkit dari sofa, membungkuk sedikit untuk mengangkat tubuh mungil Luna dalam gendongannya. Luna spontan melingkarkan tangannya di leher Xavier, tertawa kecil. “Kau tahu cara memperlakukan wanita, Dok,” candanya, pipinya sedikit merona.

Xavier membawa Luna ke kamar tidurnya, langkah kakinya mantap namun penuh kehati-hatian. Dia merebahkan tubuh Luna di atas tempat tidur dengan perlahan, pandangan matanya berubah lebih lembut. “Kau selalu tahu cara mencuri malamku,” gumamnya pelan sebelum menunduk, mencium bibir Luna dengan kehangatan yang tak tergesa-gesa.

Luna menutup matanya, membalas dengan senyum kecil di sela ciuman itu. Tangannya yang lentik terangkat ke dada Xavier, menariknya lebih dekat. Bibir mereka bersatu dalam irama yang perlahan tapi semakin dalam, sementara jemari Luna bergerak membuka kancing kemeja Xavier.

Xavier membalas dengan mengecup sisi leher Luna, meninggalkan jejak-jejak lembut yang membuat Luna menggeliat manja. “Kau selalu membuat segalanya terasa lebih ringan,” bisiknya di sela ciuman itu, suaranya serak namun terdengar tulus.

Luna tertawa kecil. “Dan kau selalu tahu cara menghilangkan stresku, Dok.”

Malam itu, kehangatan dan keintiman memenuhi kamar mereka. Tawa kecil, bisikan lembut, dan keheningan sesekali terjalin dalam harmoni, membuat segalanya terasa begitu alami.

Ketika pagi menjelang, sinar matahari perlahan menembus tirai tipis yang menggantung di jendela kamar. Luna menggeliat pelan di atas tempat tidur, matanya masih terpejam. Tubuhnya terasa hangat, terlindung oleh selimut lembut dan aroma khas Xavier yang masih melekat di udara.

Namun, ketika ia membuka matanya, pemandangan yang ia lihat membuatnya tersenyum kecil. Xavier duduk di sisi tempat tidur, mengenakan kaus polos dan celana panjang. Secangkir kopi mengepul di tangannya, sementara mata kelamnya menatap Luna dengan tenang.

“Pagi,” ucap Xavier dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

Luna mengucek matanya, duduk bersandar pada kepala tempat tidur. “Kau sudah bangun lebih dulu? Tumben.”

“Aku tidak bisa tidur nyenyak. Ada seseorang yang terus bergerak sepanjang malam,” balas Xavier, setengah menggoda.

Luna mendengus sambil menyandarkan kepalanya. “Aku tidak tahu kau begitu sensitif.”

Xavier tersenyum tipis, menyerahkan cangkir kopinya pada Luna. “Minumlah. Kau terlihat seperti membutuhkan ini.”

Luna menerima kopi itu dengan senang hati, meniupnya pelan sebelum menyeruputnya. Rasanya hangat, pahit, dan pas—seperti kehadiran Xavier dalam hidupnya.

“Jadi, apa rencanamu hari ini?” tanya Xavier setelah beberapa saat.

“Biasa saja, studio.” Luna mengangkat bahu. Ia berbaring di sisi tempat tidur sambil memandangi langit-langit. “Aku harus menyelesaikan dua lukisan untuk pameran bulan depan. Kau?”

“Aku ke rumah sakit. Shift sore.”

“Sepertinya hidup kita sama-sama membosankan,” celetuk Luna sambil menghela napas panjang.

Xavier tertawa kecil. “Kau menginginkan drama, Luna?”

Belum sempat Luna menjawab, dering ponselnya yang nyaring memecah keheningan. Ia melompat dari tempat tidur dengan refleks, langsung berlari ke ruang tengah tempat ia meninggalkan ponselnya semalam.

“Klien, mungkin,” gumamnya sambil menyambar ponsel. Namun, nama yang tertera di layar membuatnya berhenti sejenak—Claire.

Ia segera menjawab panggilan itu. “Claire?”

“Hei, Lun! Aku lagi di dekat apartemenmu. Makan siang bareng, yuk? Aku mau cerita sesuatu,” suara semangat Claire terdengar di seberang.

Luna mengangguk, meski Claire tak bisa melihatnya. “Boleh. Setengah jam lagi?”

“Deal!” Claire menutup panggilan dengan cepat, seperti biasa.

Saat kembali ke kamar, Xavier sedang merapikan kasurnya. Ia menoleh ketika melihat Luna masuk.

“Claire mengajakku makan siang,” kata Luna santai, meletakkan ponselnya di meja samping.

Xavier mengangguk. “Bagus. Paling tidak kau punya alasan untuk keluar dari gua studiomu!”

Luna menjulurkan lidahnya, membuat Xavier tertawa kecil.

“Baiklah, aku bersiap dulu,” ucap Luna sambil melangkah ke kamar mandi.

Ketika pintu kamar mandi tertutup, Xavier duduk kembali di tepi tempat tidur, memandangi kopinya yang mulai mendingin. Pagi itu terasa biasa saja, namun di dalam hatinya, ia tahu ada sesuatu yang perlahan berubah.

To Be Continued>>>

Terpopuler

Comments

Melda

Melda

kayaknya xavier udh lma mendam perasaan ke luna

2025-05-03

1

Nengsih Irawati

Nengsih Irawati

apa y yang berubah🤔

2025-05-02

1

Lea

Lea

Hayoo Xavier ..........

2025-04-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Between Us
2 Bab 2 : Between Us
3 Bab 3 : Between Us
4 Bab 4 : Between Us
5 Bab 5 : Between Us
6 Bab 6 : Between Us
7 Bab 7 : Between Us
8 Bab 8 : Between Us
9 Bab 9 : Between Us
10 Bab 10 : Between Us
11 Bab 11 : Between Us
12 Bab 12 : Between Us
13 Bab 13 : Between Us
14 Bab 14 : Between Us
15 Bab 15 : Between Us
16 Bab 16 : Between Us
17 Bab 17 : Between Us
18 Bab 18 : Between Us
19 Bab 19 : Between Us
20 Bab 20 : Between Us
21 Bab 21 : Between Us
22 Bab 22 - Between Us
23 Bab 23 - Between Us
24 Bab 24 - Between Us
25 Bab 25 : Between Us
26 Bab 26 : Between Us
27 Bab 27 : Between Us
28 Bab 28 : Between Us
29 Bab 29 : Between Us
30 Bab 30 : Between Us
31 Bab 31 : Between Us
32 Bab 32 : Between Us
33 Bab 33 : Between Us
34 Bab 34 : Between Us
35 Bab 35 : Between Us
36 Bab 36 : Between Us
37 Bab 37 : Between Us
38 Bab 38 : Between Us
39 Bab 39 : Between Us
40 Bab 40 : Between Us
41 Bab 41 : Between Us
42 Bab 42 : Between Us
43 Bab 43 : Between Us
44 Bab 44 : Between Us
45 Bab 45 : Between Us
46 Bab 46 : Between Us
47 Bab 47 : Beetween Us
48 Bab 48 : Between Us
49 Bab 49 : Between Us
50 Bab 50 : Between Us
51 Bab 51 : Between Us
52 Bab 52 : Between Us
53 Bab 53 : Between Us
54 Bab 54 : Between Us
55 Bab 55 : Between Us
56 Bab 56 : Between Us
57 Bab 57 : Between Us
58 Bab 58 : Between Us
59 Bab 59 : Between Us
60 Bab 60 : Between Us
61 Bab 61 : Between Us
62 Bab 62 : Between Us
63 Bab 63 : Between Us
64 Bab 64 : Between Us
65 Bab 65 : Between Us
66 Bab 66 : Between Us
67 Bab 67 : Between Us
68 Bab 68 : Between Us
69 Bab 69 : Between Us
70 Bab 70 : Between Us
71 Bab 71 : Between Us
72 Bab 72 : Between Us
73 Bab 73 : Between Us
74 Bab 74 : Between Us
75 Bab 75 : Between Us
76 Bab 76 : Between Us
77 Bab 77 : Between Us
78 Bab 78 : Between Us
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 : Between Us
2
Bab 2 : Between Us
3
Bab 3 : Between Us
4
Bab 4 : Between Us
5
Bab 5 : Between Us
6
Bab 6 : Between Us
7
Bab 7 : Between Us
8
Bab 8 : Between Us
9
Bab 9 : Between Us
10
Bab 10 : Between Us
11
Bab 11 : Between Us
12
Bab 12 : Between Us
13
Bab 13 : Between Us
14
Bab 14 : Between Us
15
Bab 15 : Between Us
16
Bab 16 : Between Us
17
Bab 17 : Between Us
18
Bab 18 : Between Us
19
Bab 19 : Between Us
20
Bab 20 : Between Us
21
Bab 21 : Between Us
22
Bab 22 - Between Us
23
Bab 23 - Between Us
24
Bab 24 - Between Us
25
Bab 25 : Between Us
26
Bab 26 : Between Us
27
Bab 27 : Between Us
28
Bab 28 : Between Us
29
Bab 29 : Between Us
30
Bab 30 : Between Us
31
Bab 31 : Between Us
32
Bab 32 : Between Us
33
Bab 33 : Between Us
34
Bab 34 : Between Us
35
Bab 35 : Between Us
36
Bab 36 : Between Us
37
Bab 37 : Between Us
38
Bab 38 : Between Us
39
Bab 39 : Between Us
40
Bab 40 : Between Us
41
Bab 41 : Between Us
42
Bab 42 : Between Us
43
Bab 43 : Between Us
44
Bab 44 : Between Us
45
Bab 45 : Between Us
46
Bab 46 : Between Us
47
Bab 47 : Beetween Us
48
Bab 48 : Between Us
49
Bab 49 : Between Us
50
Bab 50 : Between Us
51
Bab 51 : Between Us
52
Bab 52 : Between Us
53
Bab 53 : Between Us
54
Bab 54 : Between Us
55
Bab 55 : Between Us
56
Bab 56 : Between Us
57
Bab 57 : Between Us
58
Bab 58 : Between Us
59
Bab 59 : Between Us
60
Bab 60 : Between Us
61
Bab 61 : Between Us
62
Bab 62 : Between Us
63
Bab 63 : Between Us
64
Bab 64 : Between Us
65
Bab 65 : Between Us
66
Bab 66 : Between Us
67
Bab 67 : Between Us
68
Bab 68 : Between Us
69
Bab 69 : Between Us
70
Bab 70 : Between Us
71
Bab 71 : Between Us
72
Bab 72 : Between Us
73
Bab 73 : Between Us
74
Bab 74 : Between Us
75
Bab 75 : Between Us
76
Bab 76 : Between Us
77
Bab 77 : Between Us
78
Bab 78 : Between Us

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!