Alana 3

yaa, disinilah Alana sekarang. membawa banyak paperback yang berisi dress, gaun, dan barang-barang branded lain, dan tentu saja milik Aluna yang saat di gandeng mesra oleh abang Pharta dan abang Seno. bergelayut manja di lengan kedua abangnya, banyak mata tertuju pada mereka dan ada juga yang menatap Lana, tak bisa di pungkiri jika mereka menganggap Lana sebagai asisten mereka, bisikan mereka bahkan sampai terdengar di telinga Lana

"Anak-anak muda sekarang banyak yang mandiri ya, mereka bahkan bekerja paruh waktu"

"iya, bagus juga seperti itu, tak perlu manja meminta-minta pada orang tua"

"tapi kasian juga ya, pulang sekolah harus lanjut kerja, capek banget kan pasti"

Lana hanya tersenyum kecut mendengar bisikan mereka, apa itu mandiri? dia bahkan berharap terlahir dari orang miskin namun memperlakukannya seperti keluarga!

"lo tunggu di parkiran aja, kita mau makan dulu" ucap dingin Pharta, Lana berjalan meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun

"abang, tadi di sekolah Luna di kasarin tau!" ucap Luna merengek, Lana sengaja memperlambat langkahnya karena masih belum terlalu jauh jadi dia bisa mendengar laporan Luna tentang kesehariannya di sekolah tadi

"bajing*n mana yang berani kasar sam tuan putri gue hah! kasih tau gue siapa nama dan kelasnya besok gue datengin dia!" sahut Seno marah

"kasih tau abang siapa dia" Pharta pun menimpali

"namanya Jinan!"

sontak Lana menghentikan langkah kakinya

"dia temen sekelasnya Lana, di kelas B!! masa dia bilang Luna memperlakukan Lana kayak pembantu, padahal Luna kan selalu baik sama Lana sekarang aja Luna ajakin Lana main kan!" adunya dengan suara sedih Pharta melirik Lana yang sudah berjalan menjauh, tatapan kesal itu bisa Lana rasakan meski tak melihatnya. Seno ingin mengejar Lana untuk memberinya pelajaran namun Pharta mencegah, karena saat ini mereka berada di tempat umum

"gapapa, kamu jangan sedih besok biar abang yang ngurusin dia" ujar Pharta menenangkan Aluna dengan mengelus lembut kepala adiknya itu

"gue aja bang, besok biarin Abang Seno yang ngurus masalah ini, kamu gak perlu hawatir, Tuan putri Abang gak boleh sedih lagi oke?" sahut Seno dengan nada lembut, Luna tersenyum senang, dia sangat bahagia karena memiliki Abang yang selalu manjakan nya

Lana berdiri di samping mobil Abangnya, hari ini yang menjemput bukan sopir, tapi Pharta dan Seno sendiri. Lana menahan nafas mengingat aduan Luna tadi, dia tau Jinan yang bermulut pedas tak pernah takut pada siapapun tapi.. apa yang Luna katakan tadi? Jinan menyinggung sikap Luna yang memperlakukan dirinya seperti pembantu? bukannya semua orang menganggap nya begitu? dan juga tak seorangpun tau jika dia juga bagian dari keluarga Ardinata kan?

Lana tak tau harus bertanya pada Jinan atau tidak, Lana tak pernah bicara saat dirinya di cap sebagai pembantu, karena Ayahnya tak pernah mengakui dirinya jadi percuma juga dia berbicara

melihat jam di tangannya, Alana mendengus kesal, setengah jam lagi dia akan mulai bekerja, Bosnya tak pernah mentolerir orang terlambat, Lana tak ingin keluar dari pekerjaannya yang sekarang, selain pekerjaan ini adalah bidangnya gajinya pun lumayan bagi dirinya

Lana tau jika menyentuh mobil abangnya tanpa izin dia akan mendapat hukuman, tapi dia akan terlambat jika tak pergi sekarang jarak antara tempatnya saat ini ke tempat kerjanya adalah 25 menit jadi mau tak mau Lana membuka pintu mobil abangnya dan menaruh semua belanjaan Aluna, Lana tak peduli dengan kemarahan Abangnya toh juga dia akan tetap mendapat hukuman nantinya karena laporan Luna sebelumnya, jadi Lana tak fikir panjang

Lana berlari menuju parkiran ojek, menggunakan motor akan membuatnya sedikit lebih cepat untuk sampai di tempat kerjanya.

'BUTIK LADY MAYY' tempatnya kerja saat ini, yah.. Lana cukup berbakat di bidang Desain, itu membuatnya semakin nyaman dengan pekerjaan nya saat ini. Lana tak mengganti baju seragamnya, dia sudah biasa seperti ini

ternyata di dalam Jinan sudah menunggunya dengan anteng, Lana hanya tersenyum malas melihat temannya itu duduk santai sambil ngemil burger

"dih, lama banget lo, dari mana aja?" tanya Jinan saat Lana masuk

"nemenin Luna belanja" jawab nya

"eh ehh.. Na, tadi kayaknya Bos lo nyariin lo deh, coba lo cek dulu kedalam" sahut Jinan sebelum Lana memulai pekerjaannya

Lana masuk ke bagian lain ruangan itu.

Jinan melihat sebuah berita diHP miliknya, Jinan mengernyitkan dahi. sepertinya besok akan ada kehebohan baru di sekolah, berita heboh itu tentu saja di buat oleh putra ketiga dari keluarga ARDINATA, siapa lagi jika bukan Seno! bahkan nama Jinan tertera jelas di berita

"wkwk, kayaknya putra ketiga keluarga ini begok deh, ceroboh, naif, pongah pula! dia gak takut apa nama besar keluarganya bakalan tercemar? cuma karena gue ngomong dikit gitu dia udah seheboh itu? pengen banget gue ungkapin kemunafikan mereka!" gumam Jinan sambil tersenyum mengejek

"dia pikir dengan buat berita kayak gini dia bakalan di takutin kah? sumpah si, kalo gue jadi Lana malu gue punya abang kaya dia!" lanjutnya

Jinan juga menambah komentar pada berita konyol yang di buat oleh Seno, "gue tunggu". Jinan tak pernah takut pada siapapun, walau nama keluarga nya gak sebesar keluarga Ardinata namun pengaruh keluarganya cukup banyak dan luas

"ohhh.. Jinan Gabriella.. hidup lo seru banget sih bisa berurusan sama si pongah Senoanj*ng itu.." teriaknya sambil menggeliat manja

malamnya, Lana di antar oleh Jinan pulang, awalnya Lana menolak karena dia bisa menggunakan ojek, tapi Jinan yang keras kepala tak menerima penolakan jadi Lana pun terpaksa di antar oleh sahabatnya itu

"tau pulang lo? kemana aja?" sapa Rayn yang duduk di sofa

"gue kerja bang" jawab pelan Lana

"kerja? hehh, ada juga ya yang nerima anak sial kayak lo buat kerja, gak takut bangkrut apa mereka?" sahut Rayn lagi

"lo tau kan salah lo apa?" Pharta yang baru keluar dari dapur pun menghampiri Lana

"tau kok bang, gue nyentuh mobil lo tanpa izin" jawab Lana pasrah

"karena kesialan lo yang nyentuh tanpa izin itu, mobil bang Pharta mogok! gue heran deh sama lo, kenapa si lo harus lahir? pembawa sial tau gak!!" bentak Seno juga

Alana memang terbiasa mendengar ucapan menyakitkan dari Abang-abangnya, namun meski terbiasa pun, hatinya yang sudah penuh luka itu masih tergores dan tergores, bahkan lebih dalam lagi.

"gue minta maaf bang.. "

"maaf? lo pikir dengan maaf lo itu, bisa ngembaliin segalanya?" potong Rayn menatap Lana penuh dendam

"buat apa lagi dia?" tanya Kunan yang baru pulang kerja

"biasa, pembawa sial ini menebarkan kesialannya pada kita lagi" jawab Seno blak-blakan

"sini kamu!"

Kunan menarik paksa lengan Alana, bahkan Alana belum istirahat sekarang, tapi Ayahnya sudah menariknya ke gudang untuk dihukum

"yah.. Lana capek yah, habis kerja boleh gak hukumannya di tunda besok aja? besok Lana janji gak akan ngeluh yah.." seru Alana saat Ayahnya mendorong kasar dirinya

"besok? baik! besok kamu juga akan mendapat hukuman lagi!!" ucapnya dengan suara yang kasar

ctazz.. ctazz.. ctazz..

bertubi-tubi Alana mendapat cambukan di tubuhnya, bahkan Darah pun mulai mengotori seragamnya. namun Alana tak bersuara sedikitpun dia berusaha tak mengeluh kesakitan karena Ayahnya akan menambah cambukan jika mendengar suara tangis atau erangan nya

puas dengan cambukan nya, Kunan keluar dari gudang. Lana meremas roknya, menahan agar tak membuat suara, dari luar pintu gudang yang terbuka seseorang berdiri menyaksikan pahitnya hari yang di lalui Alana

Alana mencoba berdiri walau sulit, perlahan Alana berjalan menuju kamarnya. Pharta, Rayn dan Seno menatapnya dingin, tak ada rasa iba sedikitpun dimata mereka. Alana lelah berharap, dia tau tak akan ada yang peduli dengan dirinya, meski di lubuk hatinya yang terdalam dia masih sangat menginginkan kasih sayang mereka

setelah mengunci kamarnya, Alana mulai meneteskan air mata. di kamar ini, hanya di kamar ini Alana menunjukkan sisi rapuhnya. hanya pojok kamar ini yang mengerti betapa sakitnya dia, hanya tempat tidur yang tau berapa banyak airmatanya di setiap malam. Alana membuka laci dan meraih sebuah foto, wanita cantik di foto itulah yang selalu mendengar semua keluhannya di setiap malam

"bunda.. Lana luka lagi, kali ini gara-gara nyentuh mobil abang tanpa izin, bunda Lana capek tau.. pulang kerja masa Ayah nyambut Lana pake cambuk.. kapan ya Lana bisa di peluk Ayah bun? bunda benci juga ga sama Lana? Alana yang bunuh bunda, pasti bunda benci banget ya sama Lana.. bun, nanti kalo bunda mau hukum Lana, terus mau cambuk Lana jangan di bagian punggung sama pinggang ya bun, sakit banget Lana selalu luka di bagian itu, lukanya gak pernah bener-bener kering tapi Ayah selalu balas lukanya.. bahkan sekarang lukanya ada nanahnya bun, tapi Ayah gak peduli.. gak apa, Lana kuat kok, cuma Lana pengen cerita sama Bunda aja.. selamat malam bunda" senyum Alana memeluk selembar foto itu, airmatanya deras tak ingin berhenti.

Terpopuler

Comments

Citraleka Dhami

Citraleka Dhami

yang tertindas Aluna bukan sih bukan Alana

2025-06-16

0

Mustika Wajok Mustika

Mustika Wajok Mustika

/Sob//Sob/sedihnya sabar lana ya

2025-05-11

0

Bunda'nya Alfaro Dan Alfira

Bunda'nya Alfaro Dan Alfira

ikutan nangis aku

2025-05-13

0

lihat semua
Episodes
1 Alana 1.
2 Alana 2
3 Alana 3
4 Alana 4
5 Alana 5
6 Alana 6
7 Alana 7
8 Alana 8
9 Alana 9
10 Alana 10
11 Alana 11
12 Alana 12
13 Alana 13
14 Alana 14
15 Alana 15
16 Alana 16
17 Alana 17
18 Alana 18
19 Alana 19
20 Alana 20
21 Alana 21
22 Alana 22
23 Alana 23
24 Alana 24
25 Alana 25
26 Alana 26
27 Alana 27
28 Alana 28
29 Alana 29
30 Alana 30
31 Alana 31
32 Alana 32
33 Alana 33
34 Alana 34
35 Alana 35
36 Alana 36
37 Alana 37
38 Alana 38
39 Alana 39
40 Alana 40
41 Alana 41
42 Alana 42
43 Alana 43
44 Alana 44
45 Alana 45
46 Alana 46
47 Alana 47
48 Alana 48
49 Alana 49
50 Alana 50
51 Alana 51
52 Alana 52
53 Alana 53
54 Alana 54
55 Alana 55
56 Alana 56
57 Alana 57
58 Alana 58
59 Alana 59
60 Alana 60
61 Alana 61
62 Alana 62
63 Alana 63
64 Alana 64
65 Alana 65
66 Alana 66
67 Alana 67
68 Alana 68
69 Alana 69
70 Alana 70
71 Alana 71
72 Alana 72
73 Alana 73
74 Alana 74
75 Alana 75
76 Alana 76
77 Alana 77
78 Alana 78
79 Alana 79
80 Alana 80
81 ana 81
82 Alana 82
83 Alana 83
84 Alana 84
85 Alana 85
86 Alana 86
87 Alana 87
88 Alana 88
89 Alana 89
90 Alana 90
91 Alana 91
92 Alana 92
93 Alana 93
94 Alana 94
95 Alana 95
96 Alana 96
97 Alana 97
98 Alana 98
99 Alana 99
100 Alana 100
101 Alana 101
102 Alana 102
103 Alana 103
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Alana 1.
2
Alana 2
3
Alana 3
4
Alana 4
5
Alana 5
6
Alana 6
7
Alana 7
8
Alana 8
9
Alana 9
10
Alana 10
11
Alana 11
12
Alana 12
13
Alana 13
14
Alana 14
15
Alana 15
16
Alana 16
17
Alana 17
18
Alana 18
19
Alana 19
20
Alana 20
21
Alana 21
22
Alana 22
23
Alana 23
24
Alana 24
25
Alana 25
26
Alana 26
27
Alana 27
28
Alana 28
29
Alana 29
30
Alana 30
31
Alana 31
32
Alana 32
33
Alana 33
34
Alana 34
35
Alana 35
36
Alana 36
37
Alana 37
38
Alana 38
39
Alana 39
40
Alana 40
41
Alana 41
42
Alana 42
43
Alana 43
44
Alana 44
45
Alana 45
46
Alana 46
47
Alana 47
48
Alana 48
49
Alana 49
50
Alana 50
51
Alana 51
52
Alana 52
53
Alana 53
54
Alana 54
55
Alana 55
56
Alana 56
57
Alana 57
58
Alana 58
59
Alana 59
60
Alana 60
61
Alana 61
62
Alana 62
63
Alana 63
64
Alana 64
65
Alana 65
66
Alana 66
67
Alana 67
68
Alana 68
69
Alana 69
70
Alana 70
71
Alana 71
72
Alana 72
73
Alana 73
74
Alana 74
75
Alana 75
76
Alana 76
77
Alana 77
78
Alana 78
79
Alana 79
80
Alana 80
81
ana 81
82
Alana 82
83
Alana 83
84
Alana 84
85
Alana 85
86
Alana 86
87
Alana 87
88
Alana 88
89
Alana 89
90
Alana 90
91
Alana 91
92
Alana 92
93
Alana 93
94
Alana 94
95
Alana 95
96
Alana 96
97
Alana 97
98
Alana 98
99
Alana 99
100
Alana 100
101
Alana 101
102
Alana 102
103
Alana 103

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!