Bab 2. Berusaha Untuk Normal.

Pagi ini Kalila terbangun dari tidurnya dengan statusnya yang baru, namun tidak ada yang spesial sama sekali, justru dia merasa sebaliknya. Ranjang yang bertabur kelopak mawar putih pun masih rapih, seperti saat ia baru memasuki kamar hotel yang seharusnya ditempati olehnya dan Arlen.

Kalila duduk di sofa, dengan kedua matanya yang sembab, kepalanya yang pusing karena menangis semalaman. Dan rasanya pagi ini hatinya lumayan lega setelah menumpahkan semua sesak di dadanya.

Dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melakukan upaya untuk membuat matanya kembali normal sebelum dia keluar dari kamar ini. Ibu mertuanya jangan sampai melihat betapa sembab matanya.

"Mau kemana?" Arlen sudah ada di dalam kamar itu, entah sejak kapan, lelaki itu bertanya begitu Kalila tepat keluar dari kamar mandi dengan masih mengenakan bathrobe dan rambutnya yang tergerai setengah basah.

"Kedai." jawab Kalila sambil menuju lemari untuk mengeluarkan baju yang masih ada di dalam koper.

"Kedai?" Suara Arlen terdengar jengkel. "Ga bisa!"

"Kenapa ga bisa? Bukannya kita udah sepakat." Kalila melihat Arlen dengan posisinya yang masih berjongkok di depan kopernya yang terbuka.

"Mama tau aku sudah ambil cuti satu minggu untuk acara bulan madu, jadi selama satu minggu ini, kamu dan aku harus berpura-pura menikmati bulan madu yang sudah disiapkan Mama ini."

Kalila mendengkus. Ia kemudian berdiri, menghadap Arlen dengan sebelah tangannya mencekal rapat bagian atas bathrobe yang dikenakannya.

"Mana bisa begitu?" protes Kalila. "Maksudmu, aku harus kehilangan pendapatan penjualanku selama satu minggu hanya untuk mengikuti keegoisanmu?"

"Keegoisan?" Arlen mengulang dengan nada yang gusar. "Siapa yang egois sejak awal? Siapa yang menerima perjodohan sialan ini demi uang?!" Arlen melotot kepadanya.

Ia ingin bicara, membela diri, tapi lagi-lagi dia menahan diri, dia hanya bisa menggigit bibirnya dan mengeratkan cekalan tangannya pada kain bathrobe yang dikenakannya.

"Lagi pula, uang puluhan juta yang ditransfer Mama memangnya masih kurang? Isi kartu debit yang aku berikan juga masih kurang? Apa segila itu kah kamu dengan uang?"

"Iya!" jawab Kalila dengan lantang. "Iya, aku memang segila itu dengan uang! Aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkan uang, uang dan uang! Puas?!"

Mereka sama-sama diam setelah Kalila melepaskan emosinya. Napasnya berburu karena luapan emosi yang tak terbendung sejak semalam.

"Karena itu... sesuai dengan perjanjian yang kamu lemparkan kepadaku, jangan ikut campur urusanku." ujar Kalila dengan nada sinis hendak berlalu dari hadapan Arlen, tapi tangan Arlen mencekal pergelangan tangan Kalila, menghalangi langkah Kalila untuk beranjak dari hadapannya.

"Seenggaknya tunggu sampai besok."

Kalila menepis tangan Arlen, ia mendengkus dan menatap Arlen dengan tatapan sinisnya.

"Apa kamu menunggu sampai besok untuk bertemu dengan Miranda tadi malam?"

Pertanyaan itu membungkam bibir Arlen, dia tidak bisa menyangkal ucapan sarkasme yang dilontarkan Kalila kepadanya, hanya ekspresinya yang gusar dan kedua tangannya yang terkepal erat.

"Enggak, kan? Jadi, kenapa aku harus menunggu besok?" Pertanyaan itu diucapkan bukan untuk mendapatkan jawaban dari Arlen, jadi Kalila langsung berlalu begitu saja dari hadapan Arlen dengan membawa serta pakaian yang sudah dia pilih dari dalam koper.

Ia masuk ke dalam kamar mandi, mengunci pintu lalu bersandar di sana. Ia mengatur napasnya, mencoba untuk menenangkan degupan jantungnya yang memburu.

"Tenang Lila...tenang...semua akan baik-baik saja." ucapnya dengan nada lirih kepada dirinya sendiri.

    *

Kalila benar-benar pergi ke kedai, rumah sederhana yang dia sewa untuk dia jadikan kedai tempatnya berupaya membuka usaha untuk bertahan hidup.

Asri, gadis berkaca mata satu-satunya pegawai yang dia miliki sudah menunggu Kalila di depan teras kedai, senyum gadis itu menyambut kedatangan Kalila seperti seorang adik yang menunggu kakaknya datang.

"Sudah lama, ya?" sapa Kalila sambil mengeluarkan kunci dari dalam tasnya.

"Aku pikir Mbak Lila ga datang. Tapi Mbak Lila ga kasih tau kalo memang kedai tutup." jawab Asri sambil mengikuti Kalila masuk ke dalam kedai.

"Iya, maaf ya, aku ada urusan mendadak."

Asri mengangguk mengerti. "Aku pasang papan open sekarang atau nanti?"

"Nanti saja, kita rapih-rapih dulu. Aku juga harus cek mesin kopinya, mudah-mudahan ga ngadat."

Asri kembali mengangguk dan tidak membantah apa pun.

Kalila cukup bersyukur karena menemukan Asri, gadis polos itu sangat membutuhkan pekerjaan, dan Kalila menerima sebagai satu-satunya karyawan di kedainya, padahal kalau dipikir-pikir, kedai Kalila tidak sebegitu ramainya. Masih bisa dia handle sendiri.

Kalila dan Asri mulai berkolaborasi merapihkan dan membersihkan kedai seperti hari-hari biasanya, seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang besar di hari sebelumnya. Atau, Kalila berusaha menjalani harinya senormal mungkin meskipun dengan rasa kesal karena pagi ini mesin kopinya memilih untuk tidak menyala.

"Permisi, apa udah open order?" Suara laki-laki membuat Kalila dan Asri menengok ke arah pintu.

Lelaki itu nyengir lebar, memamerkan lesung pipi yang selalu menghiasi pipinya.

"Khusus untuk kamu, open order setelah kamu bantuin aku nyalain mesin kopi ini." Kalila mengatupkan kedua tangannya di depan dada, dengan tatapan memohon kepada lelaki itu untuk membantunya.

"Rusak lagi?" Rafa langsung memasuki area barista dan memeriksa mesin kopinya.

Kalila mengangguk frustasi.

"Sudah kubilang, beli mesin yang baru." ujar Rafa sambil mengotak-atik bagian mesin yang tidak Kalila pahami.

"Kan, ada kamu yang bisa benerin." Cengiran Kalila membuat Rafa hanya bisa geleng-geleng kepala.

Tidak sampai sepuluh menit, mesin kopi yang sudah lansia itu akhirnya bisa menyala dan bertugas kembali.

"Satu cappuccino dengan simple syrup tujuh setengah mili." Kalila mendahuli apa yang mau dipesan Rafa. Pasalnya, temannya yang satu itu memang selalu memesan menu kopi yang sama setiap pagi.

"Apa aku harus berikan tambahan tip untuk baristanya karena sudah ingat pesananku."

"Boleh, tapi seratus persen ya."

"Wah, pemerasan itu namanya."

Mereka kemudian terkekeh bersama, begitu pun dengan Asri yang sudah mengenal Rafa.

Obrolan ringan bersama Rafa membuat Kalila cukup terbantu dari pikirannya yang semerawut, hingga obrolan mereka sampai pada satu pertanyaan.

"Sejak kapan kamu pakai cincin nikah, La?"

.

.

.

bersambung

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

mending sama laki2 yg cinta sama kamu aja Lila 👍😌

2025-01-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Perjanjian Kesepakatan.
2 Bab 2. Berusaha Untuk Normal.
3 Bab 3. Hati Yang Carut Marut
4 Bab 4. Bad Mood
5 Bab 5. Interogasi
6 Bab 6. Semangkuk Bubur Yang Hangat
7 Bab 7. Prinsip Arlen
8 Bab 8. Aroma Roti dan Kecanggungan
9 Bab 9. Hati Yang Terluka
10 Bab 10. Risi
11 Bab 11. Sekadar Penasaran atau Peduli
12 Bab 12. Pesan Misterius
13 Bab 13. Kenyataan Yang Menyakitkan
14 Bab 14. Mabuk
15 Bab 15. Mimpi Yang Terasa Nyata
16 Bab 16. Bogem Mentah
17 Bab 17. Mencari Kalila
18 Bab 18. Perasaan Yang Tidak Bisa Digambarkan
19 Bab 19. Tatapan Sendu
20 Bab 20. Gugatan Cerai
21 Bab 21. Masih Berteman. (revised)
22 Bab 22. Menyisakan Trauma (revised)
23 Bab 23. Berdebar (revised)
24 Bab 24. OTW Memberikan Kejutan.
25 Bab 25. Menginap
26 Bab 26. Bunga Untuk Istriku.
27 Bab 27. Seorang Suami
28 Bab 28. Belanja
29 Bab 29. Makan Malam dan Masa Percobaan
30 Bab 30. Ide Apa Lagi Yang Dipikirkan Arlen?
31 Bab 31. Janji
32 Bab 32. Ibu Mertua Yang Datang Tiba-Tiba (revised)
33 Bab 33. Informasi Lama Yang Bocor
34 Bab 34. Ancaman Mama
35 Bab 35. Sofa dan Lantai.
36 Bab 36. Tentang Arlen
37 Bab 37. Kedatangan Miranda
38 Bab 38. Pemandangan Yang Membuat Sesak
39 Bab 39. Adegan Pengakuan Tak Terduga.
40 Bab 40. Peringatan dan Kejutan Apa?
41 Bab 41. Pulang Bersamaku?
42 Bab 42. Aku Akan Menunggumu.
43 Bab 43. Mengatasi Trauma dan Keterbukaan
44 Bab 44. Vaccum Berkekuatan Mega
45 Bab 45. Pembukaan Pertama Menuju Kegiatan Inti (21+)
46 Bab 46. Hidangan Utama (21++++)
47 Bab 47. Pembicaraan Misterius Dua Pria
48 Bab 48. Hati Miranda Yang Penuh Duri
49 Bab 49. Rumor Yang Beredar
50 Bab 50. Jebakan Parfum
51 Bab 51. Waktu Yang Dihabiskan
52 Bab 52. Lega Sekali Bisa Membalas
53 Bab 53. Acara Rahasia
54 Bab 54. Kebohongan Miranda
55 Bab 55. Balasan Untuk Miranda
56 Bab 56. Pertengkaran Pertama
57 Bab 57. Menghadapi Istri Yang Gengsi
58 Bab 58. Perkara Membersihkan Make Up!
59 Bab 59. Maaf Yang Diterima
60 Bab 60. Aura Yang Terpancar
61 Bab 61. Saling Terhubung
62 Bab 62. Dimana keluarga pasien?
63 Bab 63. Dimana Arlen?
64 Bab 64. Rahasia Rafa dan Miska
65 Bab 65. Sangat Rindu
66 Bab 66. Yang Dirahasiakan
67 Bab 67.
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1. Perjanjian Kesepakatan.
2
Bab 2. Berusaha Untuk Normal.
3
Bab 3. Hati Yang Carut Marut
4
Bab 4. Bad Mood
5
Bab 5. Interogasi
6
Bab 6. Semangkuk Bubur Yang Hangat
7
Bab 7. Prinsip Arlen
8
Bab 8. Aroma Roti dan Kecanggungan
9
Bab 9. Hati Yang Terluka
10
Bab 10. Risi
11
Bab 11. Sekadar Penasaran atau Peduli
12
Bab 12. Pesan Misterius
13
Bab 13. Kenyataan Yang Menyakitkan
14
Bab 14. Mabuk
15
Bab 15. Mimpi Yang Terasa Nyata
16
Bab 16. Bogem Mentah
17
Bab 17. Mencari Kalila
18
Bab 18. Perasaan Yang Tidak Bisa Digambarkan
19
Bab 19. Tatapan Sendu
20
Bab 20. Gugatan Cerai
21
Bab 21. Masih Berteman. (revised)
22
Bab 22. Menyisakan Trauma (revised)
23
Bab 23. Berdebar (revised)
24
Bab 24. OTW Memberikan Kejutan.
25
Bab 25. Menginap
26
Bab 26. Bunga Untuk Istriku.
27
Bab 27. Seorang Suami
28
Bab 28. Belanja
29
Bab 29. Makan Malam dan Masa Percobaan
30
Bab 30. Ide Apa Lagi Yang Dipikirkan Arlen?
31
Bab 31. Janji
32
Bab 32. Ibu Mertua Yang Datang Tiba-Tiba (revised)
33
Bab 33. Informasi Lama Yang Bocor
34
Bab 34. Ancaman Mama
35
Bab 35. Sofa dan Lantai.
36
Bab 36. Tentang Arlen
37
Bab 37. Kedatangan Miranda
38
Bab 38. Pemandangan Yang Membuat Sesak
39
Bab 39. Adegan Pengakuan Tak Terduga.
40
Bab 40. Peringatan dan Kejutan Apa?
41
Bab 41. Pulang Bersamaku?
42
Bab 42. Aku Akan Menunggumu.
43
Bab 43. Mengatasi Trauma dan Keterbukaan
44
Bab 44. Vaccum Berkekuatan Mega
45
Bab 45. Pembukaan Pertama Menuju Kegiatan Inti (21+)
46
Bab 46. Hidangan Utama (21++++)
47
Bab 47. Pembicaraan Misterius Dua Pria
48
Bab 48. Hati Miranda Yang Penuh Duri
49
Bab 49. Rumor Yang Beredar
50
Bab 50. Jebakan Parfum
51
Bab 51. Waktu Yang Dihabiskan
52
Bab 52. Lega Sekali Bisa Membalas
53
Bab 53. Acara Rahasia
54
Bab 54. Kebohongan Miranda
55
Bab 55. Balasan Untuk Miranda
56
Bab 56. Pertengkaran Pertama
57
Bab 57. Menghadapi Istri Yang Gengsi
58
Bab 58. Perkara Membersihkan Make Up!
59
Bab 59. Maaf Yang Diterima
60
Bab 60. Aura Yang Terpancar
61
Bab 61. Saling Terhubung
62
Bab 62. Dimana keluarga pasien?
63
Bab 63. Dimana Arlen?
64
Bab 64. Rahasia Rafa dan Miska
65
Bab 65. Sangat Rindu
66
Bab 66. Yang Dirahasiakan
67
Bab 67.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!