Bab 3. Hati Yang Carut Marut

Cincin pernikahan yang kemarin disematkan oleh Arlen dalam acara akad pernikahan yang tertutup itu rupanya lupa Kalila lepas dari jari manisnya.

Cincin itu masih melingkar dengan manis pada jari yang biasanya kosong. Tentu saja hal itu membuat Rafa bertanya.

"Cincin nikah? Kata siapa ini cincin nikah?" Kalila terkekeh rikuh sambil menyiapkan kopi untuk Rafa.

"Aku pernah melihat cincin itu di toko perhiasan waktu menemani sepupuku mencari cincin untuk pernikahannya. Dan cincin yang kamu pakai direkomen sebagai cincin couple pernikahan yang harganya lumayan nguras dompet." jawab Rafa, tanpa nada menghakimi.

Untuk sesaat Kalila menatap cincin yang masih dikenakannya itu. Ia merasa miris, untuk apa dia memakai cincin yang mahal jika pernikahannya hanya untuk jangka waktu satu tahun saja?

"Ini imitasi." sahut Kalila asal.

"Imitasi?"

Kalila mengangguk.

"Sejak kapan kamu pakai perhiasan sampai pakai yang imitasi segala?"

"Sejak hari ini."

Klik!

Kalila selesai dengan pesanan Rafa dengan menutup paper cupnya. "Ini kopi kamu."

Rafa menerima kopinya sembari matanya tak lepas dari Kalila.

Kalila meresponya dengan senyuman ringan, seolah ia tidak merasakan jantungnya yang mulai berdegup tak karuan karena gugup. Pernikahannya dengan Arlen memang setertutup itu, Kalila bahkan tidak memberitahu siapa pun, termasuk Rafa dan Miska, dua temannya. Begitu pun dengan Arlen, tidak ada rekan kerja atau teman dari masa kuliah atau sekolah yang diundang.

Pernikahan itu hanya dihadiri oleh keluarga saja.

"Terima kasih ya udah bantu aku membangunkan si tua ini." katanya seraya menepuk mesin kopinya.

Rafa mengangguk lalu menyeruput kopinya.

"Omong-omong, katakan pada Arlen, jika dia mampu memberikan yang sungguhan, jangan berikan yang imitasi."

Seketika itu juga, senyum pada wajah Kalila lenyap sempurna. Keterkejutan terpampang nyata pada wajahnya, sementara Rafa malah menyunggingkan senyum lalu mengangkat gelas kertasnya sebelum dia pamit pergi dari kedai kecil itu.

Rafa...tahu?

    *

Rafa tahu dari mana?

Pertanyaan itu terus mengulang di dalam kepala Kalila sepanjang hari ini, bahkan dalam keramaian gerbong KRL yang membawanya dari satu stasiun ke stasiun lainnya tidak mampu mengalihkan pikiran Kalila.

Apakah Arlen tahu kalau Rafa tahu tentang pernikahan mereka?

Bagaimana reaksi Arlen jika ternyata dia tidak tahu kalau Rafa tahu?

Bagaimana jika Arlen tahu bahwa Rafa tahu?

Akh! Rasanya Kalila ingin kabur saja, membawa serta uang puluhan juta yang ada di dalam rekeningnya juga dengan kartu debit milik Arlen. Baru dua hari, tapi batinnya sudah begitu tertekan.

Tapi dia harus bertahan, dia sudah berjuang sejauh ini, dia harus bertahan sampai apa yang dia usahakan terselesaikan.

Suara mesin operator pun kembali berbunyi, memberikan informasi stasiun berikutnya yang menjadi tempat pemberhentian Kalila.

Ia berjalan keluar bersama puluhan orang-orang yang mungkin sama letihnya seperti dia. Yang mungkin mempunyai tekanan emosional yang sama seperti dirinya. Tapi mereka bertahan. Pun dengan Kalila.

Kalila terus menggerakkan kakinya meski hatinya merasa enggan karena mulai kali ini dia akan 'pulang' ke tempat yang begitu asing untuk dia sebut sebagai rumah.

"Selamat malam, Nona." Lelaki dengan pakaian formal menyambutnya begitu dia keluar dari pintu stasiun.

Kalila mengenalnya, lelaki itu Noe, supir sekaligus asisten Arlen.

"Loh, Noe? Kenapa ada di sini?" tanya Kalila tanpa menyembunyikan keterkejutannya.

"Tuan Arlen meminta saya untuk menjemput Nona dari stasiun ini menuju ke apartemen."

"Apartemen Arlen?"

"Benar Nona."

"Jadi, sudah ga ke hotel lagi?"

Noe mengangguk. Ia kemudian mempersilakan Kalila untuk melaluinya. Kalila senang dengan sikap Noe yang tidak berubah kepadanya meski Arlen sudah berubah pesat.

Tidak ada obrolan sepanjang perjalanan menuju apartemen yang ada di bilangan kota pusat Jakarta. Noe memang tidak banyak bicara, tapi dia cukup ramah.

Satu jam perjalanan karena macet yang merayap, akhirnya mereka tiba di gedung apartemen kalangan elit itu.

"Apa Arlen ada di sini juga?" tanya Kalila sebelum keluar dari dalam mobil.

Tapi Noe hanya menjawab pertanyaan Kalila dengan seulas senyuman tipis. Dan itu sudah cukup menjawab.

Kalila keluar dari dalam mobil dengan perasaannya yang carut marut.

Dia masuk ke dalam unit apartemen itu dengan kode kunci yang sudah diberikan oleh Noe sebelumnya.

Kosong dan asing. Dua hal itu yang Kalila rasakan begitu kakinya melangkah masuk. Dia bukan tidak pernah masuk ke dalam unit itu. Dia, Rafa dan Miska pernah datang, bahkan sering berkunjung ke apartemen Arlen, karena pribadi Arlen yang sangat luar biasa manja dan tidak mandiri ketika sakit. Jadi, terkadang Kalila, Miska bahkan Rafa harus bergantian menjaga teman mereka itu.

Tapi kenangan hangat itu seolah tidak lagi memiliki makna. Arlen kini hanya melihatnya sebagai gold digger yang sudah menjebaknya dalam sebuah pernikahan demi uang.

Ah, jika saja....

Suara kode kunci pintu yang ditekan membuat Kalila kembali melihat pintu, menunggu sosok yang Kalila pikir tidak akan datang.

Mata mereka bersibobrok untuk sesaat, namun Arlen lah yang lebih dulu berpaling. Wajahnya lelah, ikatan dasinya sudah longgar. Melihat bagaimana Arlen yang begitu lelah, Kalila hampir saja ingin menghampirinya dan bertanya apa yang bisa Kalila lakukan untuk mengurangi lelah Arlen.

Namun begitu mata Arlen berpaling dan dia belalu begitu saja dari hadapan Kalila seolah Kalila hanya sebuah benda mati yang tidak penting yang tidak memiliki arti, Kalila pun mengurungi niatnya.

Dia harus kembali mengingatkan dirinya, Arlen-nya telah berubah.

"Kamarmu di sana." kata Arlen tanpa melihat Kalila, hanya tangannya yang bergerak menunjuk pintu kamar lain yang bersebelahan dengan pintu kamarnya.

"Ya." jawab Kalila singkat.

"Jangan pernah masuk ke dalam kamarku."

"Oke."

"Lakukan apa yang mau kamu lakukan, tapi jangan menghalangi aku."

"Baik. Aku harap kamu juga berlaku sama."

Arlen masuk ke dalam kamarnya tanpa menengok lagi ke belakang.

Kalila menyunggingkan senyuman miris. Hatinya terasa perih.

Tidak pernah sekali pun Kalila membayangkan bahwa suatu hari Arlen akan begitu dingin dan begitu membencinya. Tak terasa, air mata menetes begitu saja. Apakah dia bisa membiasakan dan menerima kebencian yang diberikan Arlen?

.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Astrid Nandistya Hayoto

Astrid Nandistya Hayoto

Arlen kamu akan nyesal pd saatnya,, yg sabar la,, biar lah waktu yg menjawab semuanya,, ikut alurnya sj

2025-02-04

0

Uthie

Uthie

Bikin nyesel nanti laki yg begitu 😡

2025-01-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Perjanjian Kesepakatan.
2 Bab 2. Berusaha Untuk Normal.
3 Bab 3. Hati Yang Carut Marut
4 Bab 4. Bad Mood
5 Bab 5. Interogasi
6 Bab 6. Semangkuk Bubur Yang Hangat
7 Bab 7. Prinsip Arlen
8 Bab 8. Aroma Roti dan Kecanggungan
9 Bab 9. Hati Yang Terluka
10 Bab 10. Risi
11 Bab 11. Sekadar Penasaran atau Peduli
12 Bab 12. Pesan Misterius
13 Bab 13. Kenyataan Yang Menyakitkan
14 Bab 14. Mabuk
15 Bab 15. Mimpi Yang Terasa Nyata
16 Bab 16. Bogem Mentah
17 Bab 17. Mencari Kalila
18 Bab 18. Perasaan Yang Tidak Bisa Digambarkan
19 Bab 19. Tatapan Sendu
20 Bab 20. Gugatan Cerai
21 Bab 21. Masih Berteman. (revised)
22 Bab 22. Menyisakan Trauma (revised)
23 Bab 23. Berdebar (revised)
24 Bab 24. OTW Memberikan Kejutan.
25 Bab 25. Menginap
26 Bab 26. Bunga Untuk Istriku.
27 Bab 27. Seorang Suami
28 Bab 28. Belanja
29 Bab 29. Makan Malam dan Masa Percobaan
30 Bab 30. Ide Apa Lagi Yang Dipikirkan Arlen?
31 Bab 31. Janji
32 Bab 32. Ibu Mertua Yang Datang Tiba-Tiba (revised)
33 Bab 33. Informasi Lama Yang Bocor
34 Bab 34. Ancaman Mama
35 Bab 35. Sofa dan Lantai.
36 Bab 36. Tentang Arlen
37 Bab 37. Kedatangan Miranda
38 Bab 38. Pemandangan Yang Membuat Sesak
39 Bab 39. Adegan Pengakuan Tak Terduga.
40 Bab 40. Peringatan dan Kejutan Apa?
41 Bab 41. Pulang Bersamaku?
42 Bab 42. Aku Akan Menunggumu.
43 Bab 43. Mengatasi Trauma dan Keterbukaan
44 Bab 44. Vaccum Berkekuatan Mega
45 Bab 45. Pembukaan Pertama Menuju Kegiatan Inti (21+)
46 Bab 46. Hidangan Utama (21++++)
47 Bab 47. Pembicaraan Misterius Dua Pria
48 Bab 48. Hati Miranda Yang Penuh Duri
49 Bab 49. Rumor Yang Beredar
50 Bab 50. Jebakan Parfum
51 Bab 51. Waktu Yang Dihabiskan
52 Bab 52. Lega Sekali Bisa Membalas
53 Bab 53. Acara Rahasia
54 Bab 54. Kebohongan Miranda
55 Bab 55. Balasan Untuk Miranda
56 Bab 56. Pertengkaran Pertama
57 Bab 57. Menghadapi Istri Yang Gengsi
58 Bab 58. Perkara Membersihkan Make Up!
59 Bab 59. Maaf Yang Diterima
60 Bab 60. Aura Yang Terpancar
61 Bab 61. Saling Terhubung
62 Bab 62. Dimana keluarga pasien?
63 Bab 63. Dimana Arlen?
64 Bab 64. Rahasia Rafa dan Miska
65 Bab 65. Sangat Rindu
66 Bab 66. Yang Dirahasiakan
67 Bab 67.
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1. Perjanjian Kesepakatan.
2
Bab 2. Berusaha Untuk Normal.
3
Bab 3. Hati Yang Carut Marut
4
Bab 4. Bad Mood
5
Bab 5. Interogasi
6
Bab 6. Semangkuk Bubur Yang Hangat
7
Bab 7. Prinsip Arlen
8
Bab 8. Aroma Roti dan Kecanggungan
9
Bab 9. Hati Yang Terluka
10
Bab 10. Risi
11
Bab 11. Sekadar Penasaran atau Peduli
12
Bab 12. Pesan Misterius
13
Bab 13. Kenyataan Yang Menyakitkan
14
Bab 14. Mabuk
15
Bab 15. Mimpi Yang Terasa Nyata
16
Bab 16. Bogem Mentah
17
Bab 17. Mencari Kalila
18
Bab 18. Perasaan Yang Tidak Bisa Digambarkan
19
Bab 19. Tatapan Sendu
20
Bab 20. Gugatan Cerai
21
Bab 21. Masih Berteman. (revised)
22
Bab 22. Menyisakan Trauma (revised)
23
Bab 23. Berdebar (revised)
24
Bab 24. OTW Memberikan Kejutan.
25
Bab 25. Menginap
26
Bab 26. Bunga Untuk Istriku.
27
Bab 27. Seorang Suami
28
Bab 28. Belanja
29
Bab 29. Makan Malam dan Masa Percobaan
30
Bab 30. Ide Apa Lagi Yang Dipikirkan Arlen?
31
Bab 31. Janji
32
Bab 32. Ibu Mertua Yang Datang Tiba-Tiba (revised)
33
Bab 33. Informasi Lama Yang Bocor
34
Bab 34. Ancaman Mama
35
Bab 35. Sofa dan Lantai.
36
Bab 36. Tentang Arlen
37
Bab 37. Kedatangan Miranda
38
Bab 38. Pemandangan Yang Membuat Sesak
39
Bab 39. Adegan Pengakuan Tak Terduga.
40
Bab 40. Peringatan dan Kejutan Apa?
41
Bab 41. Pulang Bersamaku?
42
Bab 42. Aku Akan Menunggumu.
43
Bab 43. Mengatasi Trauma dan Keterbukaan
44
Bab 44. Vaccum Berkekuatan Mega
45
Bab 45. Pembukaan Pertama Menuju Kegiatan Inti (21+)
46
Bab 46. Hidangan Utama (21++++)
47
Bab 47. Pembicaraan Misterius Dua Pria
48
Bab 48. Hati Miranda Yang Penuh Duri
49
Bab 49. Rumor Yang Beredar
50
Bab 50. Jebakan Parfum
51
Bab 51. Waktu Yang Dihabiskan
52
Bab 52. Lega Sekali Bisa Membalas
53
Bab 53. Acara Rahasia
54
Bab 54. Kebohongan Miranda
55
Bab 55. Balasan Untuk Miranda
56
Bab 56. Pertengkaran Pertama
57
Bab 57. Menghadapi Istri Yang Gengsi
58
Bab 58. Perkara Membersihkan Make Up!
59
Bab 59. Maaf Yang Diterima
60
Bab 60. Aura Yang Terpancar
61
Bab 61. Saling Terhubung
62
Bab 62. Dimana keluarga pasien?
63
Bab 63. Dimana Arlen?
64
Bab 64. Rahasia Rafa dan Miska
65
Bab 65. Sangat Rindu
66
Bab 66. Yang Dirahasiakan
67
Bab 67.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!