Pertemuan di arah toilet itu rupanya masih menyimpan rasa amarah di hati laki-laki itu dan juga di hati Lea. Karna kesalahan yang Lea buat Laki-laki itu kehilangan satu klien akibat kesal akan keterlambatan yang tidak sesuai dengan jadwal yang di tetapkan.
"Maaf pak karna saya anda jadi kehilangan klien anda. " ucap Boy tangan kanan dari laki-laki itu.
"Ini bukan salah kamu Boy, tapi wanita sialan itu. sudah melakukan kesalahan bukannya minta maaf malah marah-marah tidak jelas. " umpat laki-laki yang merasa kesal akan wajah wanita yang saat itu menabraknya sehingga menyisakan noda berbentuk bibir di kemejanya.
"Maaf Pak, hari ini ada pertemuan dengan keluarga Pak Ridwan. Pak Bima menyuruh saya untuk menyampaikan hal ini pada anda. " jelas Boy.
Laki-laki yang merupakan CEO di perusahaan LV group itu pun mengusap wajahnya kesal. " Rencana mereka begitu cepat, tapi aku harus mengikuti Alur permainan mereka. Sampai pada akhirnya aku mendapatkan apa yang aku mau. " batin CEO yang bernama Arta itu.
Pak Ridwan adalah partner kerja Bima, Bima adalah ayah tiri Arta.
"Turuti saja apa maunya, " jawab Arta pada Boy.
"Baik Pak. "
Perjodohan yang di rencanakan oleh Bima membuat Arta sedikit menelan ludah, pasalnya ia sangat murka dengan kata perjodohan namun Bima selalu saja memaksa Arta untuk segera menikah.
Arta bukan tidak mempunyai kekasih, ia mempunyai kekasih namun kekasihnya itu belum mau ia nikahi karna cita-citanya belum tercapai. Arta pun mengalah menunggu sampai kekasihnya itu siap. Arta tidak mau mencari kekasih lain terlebih hanya kekasih nya lah yang mau menerima ke kurangan Arta.
Pertemuan antara dua keluarga pun tiba, Arta di dampingi Ibu Monica dan Pak Bima, sementara Pak Ridwan datang bersama anak gadisnya bernama Mira.
Arta hanya menatap sinis ke arah Mira, semantara Mira sangat tidak suka di perlakukan dingin oleh seorang laki-laki. Apa lagi ini yang akan menjadi jodohnya, Mira terus berpikir untuk membatalkan perjodohan itu dengan caranya.
Lea yang kini sudah nyaman dengan hidupnya tak ingin mempersulit keadaan karna tidak adanya orangtua di sampingnya. Berita pernikahan yang ia dengar dari ayahnya tak membuatnya gentar meskipun adik tirinya akan lebih dulu menikah.
Pernikahan bagaikan tragedi pelik bagi hidup Lea, oleh karna itu ia tidak begitu memaksakan diri untuk cepat menikah meskipun ada beberapa laki-laki yang coba mendekatinya. Walaupun Lea membenci ayahnya namun ia tetap bersikap sopan pada keluarga ayahnya termasuk pada Mira adik tirinya.
Lea tidak pernah absen saat bekerja, ia selalu masuk lebih awal di banding Staf yang lain, bukan hanya itu kinerja Lea pun sangat menunjang kemajuan dalam perusahaan itu. itu lah alasannya kenapa Lea di percayai dua jabatan sekaligus.
Saat pertemuan antar dua keluara itu pun selesai, kini giliran Mira yang memutar otak untuk menggagalkan perjodohan itu. Ia tak mau hidup tersiksa di bawah kerasnya kepribadian Arta.
Hari hari pun berlalu, Mira sesekali menemui Arta sesuai arahan dari ayahnya. Namun alih-alih Mira ingin menggoda Arta Mira malah di perlakukan kasar oleh Arta, sikap Arta semakin membuat Mira merasa tidak menginginkan perjodohan itu.
Sampai akhirnya Mira mendapatkan jalan keluar.
Lea yang saat itu sedang sibuk dengan pekerjaan di buat kaget kala melihat ponselnya itu berdering dan menunjukan wajah Sang Ayah. Lea menggulirkan tanda di ponselnya.
"Hallo ada apa Ayah menelpon ku ? tanya Lea.
Lea terdiam kala Ayahnya menyuruh Lea untuk segera pulang.
"Baik, nanti Lea pulang. " Lea yang tidak berpikir jelek hanya bisa menuruti perkataan ayahnya saja.
Sesampainya di rumah Pak Ridwan.
"Ada apa Ayah menyuruhku pulang ? " Tanya Lea duduk di hadapan Ayah dan Ibu tirinya.
Hening ... hening.
"Pernikahan adik mu tinggal menghitung hari Nak, " Ucap Pak Ridwan.
Pak Ridwan menatap lekat Lea, tatapan Pak Ridwan begitu pilu.
Lea memperhatikan sekitar, wajah beberapa orang yang ada di ruang rumah itu nampak di tekuk. " Lantas ? "
"Mira ... " Penjelasan Pak Ridwan terhenti .
"Mira kenapa ? Bukan kah seharusnya kalian bahagia, karna pernikahan Mira akan berlangsung dalam waktu dekat. " Lea mulai merasa ada yang tidak beres.
Pak Ridwan mulai menceritakan masalah yang sedang terjadi, Lea melihat raut wajah Ayahnya kembali seperti dulu, dimana saat itu hanya Lea lah tempat ia bercerita. Sebelum hadir wanita lain di hidup Ayah nya.
Lea mengepalkan tangannya saat mendengar jeritan dari kesedihan yang di ceritakan Ayah nya. Walaupun tidak ada tetesan air mata dari mata ayahnya, namun Lea sadar bahwa kini Ayahnya sedang ada di dalam kondisi yang sangat terpuruk.
"Bagaimana Mira bisa melakukan ini ? " Ingin rasa nya Lea menegur keras Mira, namun ia merasa tidak ada hak untuk itu.
Saat percakapan Lea dan Ayahnya berjalan dengan baik. Ayah Lea mulai mengutarakan niatnya untuk menggantikan posisi Mira dengan Lea.
Lea terdiam kecewa, "Ini tidak adil buat Lea Yah, bagaimana bisa Ayah berpikir aku yang harus menggantikan posisi Mira. " Jawab Lea sedikit kecewa.
"Kamu sudah cukup umur untuk menikah, Ayah tidak memiliki anak perempuan lagi selain kamu dan juga Mira. Ini tentang kehormatan Kedua keluarga Nak, tolong lah. " Ucap Paksa Pak Ridwan.
Tersayat goresan luka di hati Lea, dimana ia di jadikan alat untuk menutupi keburukan keluarganya tanpa ada yang memikirkan kebahagiaannya. Lea sempat berpikir untuk tidak menerima permintaan Ayahnya.
Setelah beberapa hari dari ungkapan ayahnya itu, Lea menjadi kepribadian yang lebih tertutup dan pendiam. sehingga Tasya selaku sahabat nya mencoba menanyakan hal yang membuat Lea berubah.
"Kamu sadar tidak dengan keputusan mu itu ? " Tasya sontak kaget dengan ucapan Lea untuk menggantikan posisi adiknya.
Lea tersenyum dingin. " Bukan kah kamu salah satu orang yang ingin melihat ku menikah ? "
Tasya merasa tidak enak hati, " Ta-tapi bukan dengan cara seperti ini Le. "
Lea mengusap kasar wajahnya, jika sahabatnya saja merasa tidak percaya dan yakin. begitu pun dengan Lea yang sama sekali tidak yakin akan keputusannya itu.
Bunyi ponsel Lea terus saja berdenting, tanda ada pesan masuk. Pesan itu dari Ayahnya, yang terus saja mengirimkan pesan yang isi nya seperti teks pidato.
Ayah Lea merasa khawatir, takut jika Lea mengurungkan niat nya untuk menggantikan posisi adik nya. Jika saja Lea mempunyai sifat keras kepala mungkin ia tidak akan perduli pada keluarga ayah nya itu.
Sampai titik dimana Lea merasa jengah dengan cobaan yang harus ia lewati. " Kamu bisa Lea, mungkin ini jalan Tuhan memberi ku pendamping. Jika tidak dengan jalan ini mana mungkin aku mau menikah di waktu dekat ini. " Gumam Lea mencoba berdamai dengan hati dan pikirannya.
Malam itu dimana Lea dan Ayahnya menemui pihak keluarga pengantin Laki-laki, untuk mempertemukan Lea dan calon suaminya nanti.
Pertemuan itu awal nya di sambut baik, meskipun ada aroma-aroma permusuhan di raut wajah calon ibu mertua Lea. Rupa-rupanya Calon suami Lea tidak ikut hadir di pertemuan itu.
"Kalau saja beberapa kolega belum tahu jika Arta akan menikah, saya tidak mau melanjutkan pernikahan ini ! " Seru Ibu Monica dengan nada merendahkan.
Lea mengangkat wajahnya dan menatap sendu raut wajah wanita itu lalu tatapannya berpindah pada Ayahnya.
"Maaf kan saya Bim, sungguh ini di luar dugaan saya. Saya pun merasa kecewa dengan prilaku anak saya. " Ucap Pak Ridwan pada calon Ayah mertua Lea, Pak Ridwan benar-benar merendah saat itu.
Sungguh pertemuan kali itu berkesan sangat tidak baik, padahal jika di bandingkan antara Lea dan adik tirinya jauh berbeda. Lebih cantik Lea pastinya.
Walaupun Lea besar tanpa didikan kedua orang tua yang lengkap namun ia berhasil menjadi wanita kuat dan mandiri, berbeda dengan adik tirinya meskipun besar dalam bimbingan kedua orangtuanya ia tumbuh menjadi anak manja dan tidak mau mendengar ucapan orangtuanya.
Adik tiri Lea berani bermain api saat pernikahan nya sudah di tetap kan, sehingga Adik tiri Lea pun hamil dari selingkuhannya itu. Itu lah sebab mengapa Lea yang harus menggantikan posisi adik tirinya itu.
Lea semakin tak tenang kala mengingat hari pernikahannya semakin dekat, " Bagaimana aku bisa menikah. Sementara aku tidak tahu wajah dari calon suami ku itu. "
Di tempat lain keluarga mempelai laki-laki sedang berdiskusi, Saat itu Arta menunjukan sifat keras kepalanya.
"Sudah ku bilang Bu, jangan paksa aku untuk menikah. Sekali pun wanita itu pilihan kalian belum tentu itu baik, ini buktinya bagaimana bisa dia hamil sementara dia tahu tanggal pernikahan sudah di tetap kan. " Ucap Arta dengan tegasnya.
Ayah dari Arta bersikap bijak saat itu, " Papah yakin kali ini yang akan kamu nikahi wanita baik-baik Nak, Papah sudah menemuinya."
Arta sudah jengah dengan tuntutan orangtuanya, Arta bukan tidak mampu mencari pasangan hidup. Tapi Arta selalu di pertemukan dengan perempuan yang selalu ingin memanfaatkannya saja.
Sehingga dia pun mempunyai sebuah kebencian pada siapapun yang mendekatinya. Kebencian itu akan berlaku pada Lea.
Pernikahan Lea dan Arta nantinya akan bersifat tertutup hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments