...❣️❣️❣️...
...Merasa dipeluk oleh Nayla, Tuan Berto mengukir senyuman di bibirnya yang mulai berkerut, senyuman yang sudah lama tak secerah ini. Sebuah rasa bahagia menghangat, bergejolak lembut di dalam dadanya. Sudah begitu lama ia dan putrinya terpisah oleh keheningan dan jarak yang dingin, namun entah mimpi apa semalam, kini Nayla datang sendiri kepadanya, bahkan semanja ini, melekat erat seolah tak ingin melepaskan....
"Nak, apa kamu begitu merindukan Papa?" tanya Tuan Berto, suaranya lembut dan penuh kehangatan, bibirnya masih setia melengkung dalam senyuman.
"Iya, Pa, aku sangat merindukan Papa," jawab Nayla, suaranya sedikit teredam saat ia menenggelamkan wajahnya di punggung lebar sang ayah, menghirup aroma familiar yang menenangkan.
"Baiklah, Nak, ayo kita ke ruang tamu, teh kesukaanmu sudah siap," ujar Tuan Berto.
...Ia berjalan penuh hati-hati menuju ruang tamu, dengan Nayla yang masih setia memeluknya dari belakang, layaknya seekor koala yang enggan melepaskan diri dari induknya, sebuah pemandangan yang mengharukan sekaligus sedikit lucu....
...Di ruang tamu, Nayla dan Tuan Berto menikmati teh hangat. Uap tipis mengepul dari cangkir porselen, dan kehangatan itu seolah ikut meresap ke dalam obrolan mereka. Mereka berbincang, mengenang masa kecil Nayla, tawa lepas sering kali pecah saat mengingat betapa Nayla sering merengek dan manja kepada Tuan Berto....
"Hahahaha! Ternyata Nayla semanja itu ya, Pa?" Nayla mengusap air mata yang sedikit membasahi sudut matanya, akibat tawa yang berlebihan dan melegakan.
"Iya, Nak. Kadang Papa harus memakai daster Mamamu, di saat kamu rewel dan tidak mau minum susu dari dotmu," ucap Tuan Berto, menghela napas berat, tatapannya menerawang lurus ke depan, seolah menembus dinding waktu.
...Nayla melihat kerinduan yang amat dalam, sebuah kesepian yang tersembunyi, tersirat jelas di wajah sang ayah. Hatinya terenyuh. Nayla bangkit dari duduknya, melangkah perlahan mendekati sang ayah, lalu berjongkok di hadapannya. Ia mendongak, menatap wajah sang ayah sambil tersenyum hangat, senyum yang baru kembali setelah sekian lama....
"Papa. Mulai hari ini, Nayla janji tidak akan melawan Papa lagi, dan Nayla pun ingin bercerai dengan Alex," celetuk Nayla tiba-tiba, suaranya tegas namun penuh harapan.
...Ucapan Nayla justru membuat Tuan Berto tercengang, seolah disambar petir. Bukankah Nayla sangat mencintai Alex? Bahkan mereka berdua sering berdebat karena Tuan Berto sering melihat Alex berjalan dengan wanita lain, bayangan wanita-wanita itu melintas sesaat di benaknya....
"Nak, begini—"
"Permisi, Tuan. Ada orang-orang dari Tuan Alex mencari Nona muda," sela pelayan, suaranya memotong perkataan Tuan Berto, memecah suasana haru.
"Mencariku?" Nayla kebingungan sendiri, kerutan samar muncul di dahinya. Untuk apa Alex menyuruh orangnya mencarinya?
"Iya, Nona, mereka sedang berada di luar."
"Ayo, Nak. Sepertinya suamimu merindukanmu, jadi tidak ingin berlama-lama jauh darimu," ujar Tuan Berto, ada nada lega dan harapan dalam suaranya. Ia berpikir Alex mulai menerima keberadaan putrinya.
"Mana ada. Hari ini 'kan dia membawa gundiknya pindah ke mansion," batin Nayla, sebuah senyum sinis tersungging singkat di bibirnya, ia sudah mengetahui semuanya, jadi dia tidak terkejut sama sekali.
...Nayla ikut bangkit lalu mengekori sang ayah berjalan menuju pintu rumah. Setelah tiba di sana, terlihat beberapa orang berpakaian jas hitam tengah berdiri menunggu mereka, aura dingin dan formal terpancar dari keberadaan mereka....
"Untuk apa kalian mencariku?" tanya Nayla, menatap mereka dengan ekspresi wajah yang dingin, datar, tanpa emosi.
"Hussstt... Jangan begitu, Nak, mereka hanya mematuhi apa yang diperintahkan oleh suamimu," ujar Tuan Berto, tangannya merangkul kedua bahu putrinya, berusaha meredakan ketegangan.
"Maaf, Nyonya, Tuan meminta Anda untuk pulang sekarang," ucap salah satu pengawal Alex, suaranya terdengar datar dan profesional.
"Aku—"
"Nak, pulanglah, tidak baik mengabaikan suami," potong Tuan Berto, raut wajahnya masih berpikir positif, ada bujukan tulus di sana.
"Tapi, Pa—"
"Dengar, Lala. Ini adalah awal yang bagus untukmu, karena jarang-jarang Alex mencarimu," potong Tuan Berto lagi, suaranya penuh semangat dan harapan.
...Rasanya Nayla sangat ingin berteriak dengan keras, meluapkan semua rahasia dan kekecewaan, memberitahu semuanya kepada sang Ayah. Namun ia tidak bisa. Apalagi saat ini ia melihat tatapan sang ayah yang begitu tulus dan penuh harap, harapan yang rapuh dan tak boleh dihancurkan....
"Haaahh... baiklah kalau begitu, aku pergi dulu, Pa, bye." Nayla menyapakan tangan sang ayah dengan pasrah, sentuhan dingin dari rasa putus asa. Lalu ia pun dibawa pergi oleh para pengawal Alex, seperti boneka yang ditarik talinya.
...Dalam perjalanan, Nayla tidak bicara apa-apa. Ia hanya menatap ke arah jendela, pemandangan di luar berkelebat buram, pikirannya berputar cepat, memikirkan apa yang harus dia lakukan agar ia bisa bercerai dari Alex tanpa membuat ayahnya kecewa, beban berat menekan dadanya....
"Nyonya, nyonya, nyonya," panggil pengawal Alex, suaranya sedikit lebih keras, mencoba menyadarkan Nayla yang sedang melamun.
...Sontak Nayla menatap ke arahnya penuh marah, tatapan mata yang membara, merasa terganggu lamunannya yang berharga....
"Ada apa? Aku tidak tuli," sentak Nayla, suaranya tajam seperti silet, menatap pengawal itu dengan tajam.
"Maafkan saya, Nyonya, tapi saya hanya ingin memberitahu kalau kita sudah sampai di mansion," jawab pengawal Alex, lalu segera turun dari mobil.
...Nayla mendengus kesal, suara desahan napasnya terdengar jelas, lalu membuka pintu mobil dan turun. Ia melangkah menuju pintu mansion dengan wajah dingin, seolah topeng es telah membekukan ekspresinya, membuat para pelayan yang menyambutnya membungkuk takut, aura tegang menyelimuti mereka. Nayla tidak memedulikan mereka, terus berjalan masuk ke dalam mansion, namun langkahnya terhenti oleh suara bariton Alex yang memanggilnya....
"Nayla."
Nayla memutar kepalanya, menatap dingin ke arah Alex dan bertanya,
"Ada apa Tuan Alex mencariku?"
"Kemari. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," perintah Alex, suaranya datar tanpa emosi, lalu berjalan pergi meninggalkan Nayla menuju ruang tamu.
...Nayla memutar bola matanya dengan malas, rasa muak menyelimutinya, dan berjalan mengekori Alex dari belakang menuju ruang tamu....
"Lala..." lirih sebuah suara lemah lembut menyambut Nayla, suara itu bagai bisikan dari masa lalu yang pahit. Nayla sontak menghentikan langkah kaki, lalu melirik tajam ke arah pemilik suara.
"Kau tidak pantas memanggilku dengan nama itu, dasar wanita jalang!" umpat Nayla, suaranya mengandung racun, menatap dingin wanita cantik lugu yang kini tengah menatapnya dengan wajah sedih.
...Dia adalah Hana Madeira, kakak tiri Nayla dan mantan kekasih Alex. Mereka berdua bermusuhan, sebuah dendam lama yang mengakar dalam, sehingga menyebabkan kedua orang tua mereka bercerai akibat Nayla bersikeras ingin menikahi Alex. Akhirnya Nayla pun tewas di tangan Alex— sebuah takdir yang kelam dan tak terhindarkan, sebuah akhir yang tragis....
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Agnes Nees
Eilah.. tbrng kcng tak berkulit si Alex 😬😥..
2025-04-05
0