Lagi PMS
Waktu makan
malam tiba. Tante Meggi mengucapkan terima kasih karena Ceria sudah merawat
Sogi. Ceria jadi sungkan dan merasa gak enak karena itu juga salahnya.
“Gak usah gitu,
tante. Ria juga yang salah kok.”kata Ceria.
“Tapi kalo kamu
gak ngrawat Sogi, bisa jadi kondisinya lebih parah lagi.”kata tante Meggi.
Ceria tersenyum
canggung. Lagi-lagi kata-kata dokter di rumah sakit terlintas di pikiran Ceria.
Kalau memang lukanya Sogi masih baru, kenapa Sogi melukai tangannya sendiri?
Sesekali Ceria melirik Sogi yang makan ogah-ogahan.
Kring! Kring!
Ada telpon masuk ke rumah. Ceria bangkit dari kursinya, ia mengangkat telpon
itu.
“Halo, selamat
malam.”sapa Ceria.
“Halo, Ceria.
Ini aku.”sapa James.
“Oh, hai James.
Kenapa?”
“Tugasmu belum
masuk ke dosen tuch. Coba cek lagi. Kamu udah ngirim?”tanya James.
“Udah kok. Blum
masuk ya? Bentar ya. Aku cek dulu. Ntar aku telpon lagi ya. Thanks James, bye.”
Ceria menutup
telponnya. Prak! Suara piring beradu terdengar di meja makan. Sogi meninggalkan
meja makan seperti orang yang sedang kesal. Seluruh anggota keluarga jadi
bingung melihat tingkah Sogi.
“Kenapa lagi
dia?”tanya om Anggara pada tante Meggi.
“Entahlah.
Mungkin lagi PMS.”saut tante Meggi cuek.
Suara tawa
tertahan terdengar di meja makan ketika Ceria kembali ke meja makan.
“Kenapa, Ria?
Siapa yang telpon?”tanya ayah Rian.
“Oh, itu James,
yah. Katanya e-mail tugas Ria belum masuk ke dosen. Ria cek dulu ya.”saut
Ceria.
Ceria masuk ke
kamarnya, ia menyadari laptopnya mati saat sedang mengirim e-mail. “Pantes
aja.” Ceria segera mengecharge laptopnya dan mengirimkan e-mail tugasnya. Ceria
menelpon James lagi setelah email-nya sudah terkirim.
--------
Selesai
mengurus tugasnya, Ceria kembali ke meja makan yang hampir kosong. Om Anggara
dan tante Meggi masih duduk di meja makan. Mereka tampak serius membicarakan
sesuatu yang penting. Ketika melihat Sogi berjalan mendekat dan duduk lagi di
kursinya, om Anggara dan tante Meggi pindah ke kamar tante Meggi.
Sogi melirik
sekilas ke kamar ibunya ketika om Anggara mendorong tante Meggi masuk sambil
senyum-senyum. Meskipun sudah berstatus suami istri, Sogi tahu kalau hubungan
antara ibunya dan om Anggara tidak seintim suami istri pada umumnya. Mereka
sangat suka mengobrol, apa saja dibahas sampai detail. Dan kalau sudah ngantuk,
bubar jalan masuk ke kamar masing-masing.
Ceria duduk
lalu melanjutkan makan tanpa bicara apa-apa lagi. Ia sedang memisahkan tulang
ikan dari dagingnya.
“Tugasmu uda
selesai?”tanya Sogi tiba-tiba pada Ceria.
Ceria sempat
tercekat sebelum menjawab, “Udah.”saut Ceria.
Hening lagi.
Ceria menyelesaikan makannya. Ia bertanya pada Sogi, “Kamu uda minum obat? Coba
lihat lukamu.”pinta Ceria. Ceria berjalan mendekati Sogi, melihat perbannya
yang masih bersih. “Ini obatnya. Udah selesai makan kan? Aku mau bawa
piringnya.”
Ceria membawa
piring kotor kembali ke dapur dan mencucinya. Ia melihat dapur sedikit
berantakan lalu membersihkannya kembali. Ketika Ceria selesai, malam semakin
larut. Ia keluar dari dapur dan melihat sekeliling sudah sepi lagi. Ceria
hampir menabrak om Anggara yang baru keluar dari kamar tante Meggi.
“Aduch, Ria.
Kamu belum tidur?”tanya om Anggara.
“Ini baru mau
tidur, om. Dah selesai ngobrolnya? Bahas apaan sich?”tanya Ceria kepo.
“Mau tau aja.
Dah tidur sana. Besok telat bangun loh.”kata om Anggara sambil berjalan masuk
ke kamarnya dan tante Tamara.
Ceria mematikan
lampu di ruang tamu dan masuk ke kamar mandi. Ia mencuci wajahnya dan mengikat
giginya. Setelah mengeringkan wajahnya, Ceria masuk ke kamarnya sendiri. Baru
saja ia mau rebahan, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ceria membuka pintu
kamar, ia melihat Sogi berdiri disana.
“Sogi,
kenapa?”tanya Ceria bingung. Sogi meminta perban lagi. “Oh, sebentar. Aku bantu
ya.”kata Ceria.
Sebenarnya Ceria
sudah lelah sekali dan mengantuk. Tapi ia tidak tega membiarkan Sogi mengganti
perbannya sendiri. Sogi masuk ke kamar Ceria, langsung duduk dipinggir tempat
tidur. Ceria duduk di sampingnya, mulai melepas perban di lengan kiri Sogi.
“Sogi, jujur
ya. Kenapa lukamu gak kamu biarkan sembuh?”tanya Ceria dengan berani. Sogi
hanya diam saja. “Apa kamu gak sayang sama badanmu sendiri? Memang aku yang
salah, tapi kan harusnya lukamu udah sembuh.” Kali ini Ceria melihat luka Sogi
sudah mulai mengering. “Nah, sebentar lagi pasti sembuh.”kata Ceria senang.
Ceria
mengoleskan salep sobat dengan teliti ke luka Sogi, “Oh ya, minggu depan kamu
jadi tanding? Aku sempat lihat jadwalmu.”
Seno menatap Ceria
yang mulai memasang perban di tangannya. “Kenapa? Kau takut aku akan kalah?
Hah!!”ketus Sogi.
Ceria agak
kaget melihat reaksinya yang sedikit berlebihan menurut Ceria. “Maksudku bukan
begitu. Kondisimu harus fit kan untuk tanding. Perkara menang atau kalah, itu
soal lain. Yang penting kamu sudah usaha yang terbaik.”kata Ceria sambil
menyelesaikan memasang perban dan merapikan kotak obat lagi. “Sekarang kamu
istirahat ya.”
Entah kenapa
tiba-tiba Sogi memeluk Ceria sangat erat. Ia menarik tangan Ceria mendekat lalu
memeluk gadis itu. Jantung Ceria yang sudah berdetak normal tadi, langsung
jumpalitan gak karuan. Malam yang dingin itu berubah jadi panas seiring wajah
Ceria yang mulai terasa panas. Ceria benar-benar membisu, terpaku saat kulit
lengan Sogi bergesekan dengan kulitnya. Tangan Sogi memegang bahu dan punggung
Ceria.
“Bolehkan
begini sebentar?”tanya Sogi.
”Mau lama juga
gak pa-pa. Selamanya juga gak pa-pa. Peluk aku terus, bang. Jantungku tolong
jangan berhenti dulu. Aku mau pastiin ini bukan mimpi.”
Mendengar suara
Sogi seperti musik yang sangat indah di telinga Ceria. Tangan Ceria yang kaku
mendadak bisa digerakkan memegang punggungnya.
“Ada apa, Gi?
Ada masalah?”tanya Ceria akhirnya bisa bicara normal lagi.
Sogi mempererat
pelukannya. Benar-benar nyaman sekali dalam pelukan Sogi. Bahkan Ceria hampir
lupa kalau mereka hanya berdua saja di kamar Ceria.
“Sogi? Kamu gak
pa-pa kan?”tanya Ceria lagi. Jantungnya hampir meledak rasanya.
“Aku capek. Aku
selalu diharapkan jadi pemenang. Aku ingin sekali saja gak ikut pertandingan.”
Pengakuan yang
sangat mengejutkan dari seorang Sogi membuat Ceria sedih. Sogi mempererat
pelukannya begitu juga Ceria.
“Jadi selama
ini kamu gak ngrasa nyaman saat bertanding. Kamu memaksakan diri?”tanya Ceria.
“Teman-temanku
mulai menganggapku egois, Ria. Mereka mulai menjauh. Makanya aku berlatih lebih
keras dari mereka. Tapi aku sudah muak. Capek.”curhat Sogi.
Ceria mengelus
punggung Sogi, menenangkannya yang terasa mulai emosional.
“Mungkin sudah
saatnya kamu menurunkan level permainanmu. Belajarlah kerja sama dengan mereka.
Percaya pada kemampuan mereka. Kalian kan tim.”hibur Ceria.
Sogi mulai
mengendurkan pelukannya. “Kalau kami kalah, pasti aku yang disalahkan.”
Ceria menepuk
pundak Sogi. “Darimana kamu tahu itu, kalau kamu belum kasih mereka
kesempatan.”
Sogi menatap
Ceria yang tersenyum manis padanya. “Sekarang tidurlah. Besok kan kita kuliah.”
--------
Hai, salam hangat untuk para reader sekalian. Terima kasih sudah meluangkan
waktu untuk membaca novel saya. Jangan lupa like, fav, komen, rate bintang 5
untuk novel ini. Tq.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
ijin promo sekalian 🙏
jgn lupa mampir di novelku jg dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama 🦋🦋🦋
jgn lupa like and comment, ku tunggu 🙏🙏🙏❤️
2020-10-03
0
Anaata Sya
Like N Like...
Salam karyakuu🙏🙏
2020-09-27
0
⟁ Jojo 🌱🐛
jejak lagi
salam dari KISAHKU jangan lupa mampir ya kakak
2020-09-10
0