MY INTROVERT MAN

MY INTROVERT MAN

Laki-laki itu Sogi

Laki-laki itu Sogi

Ceria mondar-mandir di depan kamar Sogi. Ia ingin masuk tapi takut diusir lagi oleh laki-laki itu.

“Hadeh, kenapa juga dia harus masuk ke kamarnya sich.”kata Ceria menatap horor pintu kamar Sogi. “Aku harus masuk. Lukanya bisa infeksi kalau gak diobatin sekarang.”

Tok, tok, tok... Hening, gak ada jawaban. Ceria menebalkan mukanya, ia membuka pintu kamar Sogi dan melihat laki-laki itu menatapnya dari atas tempat tidurnya.

Ceria terpana sejenak\, *”Masuk nggak\, masuk nggak. Bodo amat lah. Masuk aja.”* batin Ceria. “Sogi\, maaf aku masuk ya.”

“Mau apa kamu masuk kamarku? Keluar!”usir Sogi. Ia melempar Ceria dengan bantal ketika gadis itu mencoba mendekatinya dan duduk di pinggir tempat tidurnya.

“Lukamu belum diobatin, Sogi.”kata Ceria sabar.

“Gak perlu. Keluar sana!! Aku gak mau berutang sama kamu!”teriak Sogi.

“Aku tak mengharapkan apa-apa darimu. Aku hanya ingin membantumu. Lukamu harus diobatin.”kata Ceria tetap sabar.

Lengan Sogi terluka saat ia menahan tubuh Ceria yang terjatuh dari atas pohon yang Ceria panjat untuk mengambil kok bulu tangkis. Ceria baik-baik saja, tapi tidak pada tubuh Sogi yang membentur tanah

berumput tebal. Kini lengan kirinya terluka karena tergores akar pohon dan Ceria mencoba merawatnya sebisanya. Tapi Sogi berkali-kali menepis tangan Ceria yang menyentuh lengannya.

“Diem dulu!”bentak Ceria kesal. Akhirnya Ceria terpaksa membentaknya. Sogi mau diam, tangannya tidak memukul tangan Ceria lagi.

Setelah balutan saputangan di lengan kiri Sogi terbuka, Ceria mulai membersihkan lukanya. Ia mengoleskan betadine ke luka Sogi. Ketika Sogi meringis kesakitan, entah kenapa Ceria juga ikut berdesis seolah-olah

dirinya yang terluka. Sogi memandang Ceria yang berkali-kali berdesis dan meniup lukanya. Sampai perban kembali menutup lukanya.

“Nah, sudah selesai kan.”kata Ceria. “Ada yang luka lagi gak?”tanya Ceria sambil berusaha melihat ke balik kaos kutung yang dipakai Sogi.

“Kau mau apa? Sana keluar! Jangan cari kesempatan!”bentak Sogi.

Ceria menatap Sogi sejenak sambil membereskan kotak obat. “Aku kan cuma mau lihat ada luka lagi gak. Tadi kamu jatuh duluan, memangnya punggungmu gak sakit?”

Sogi hanya menatapnya dingin. Setelah selesai, Ceria berdiri dan sebelum keluar dari kamar Sogi, ia sempat bicara lagi. “Jangan sampai kena air ya. Atau lukanya akan lama keringnya. Kamu perlu sesuatu lagi?”tanya Ceria pada Sogi.

Sogi hanya menatapnya dengan pandangan dingin seolah berkata ‘cepat pergi dari sini’. Melihat hal itu, Ceria cukup tahu diri dan segera pergi dari kamar Sogi.

Sebelum masuk ke kamarnya sendiri, Ceria berhenti di meja makan dan menuangkan segelas air yang langsung ia minum untuk meredakan debaran jantungnya yang gak tahu malu. Sudah 1 tahun sejak Ceria memutuskan melupakan perasaannya pada Sogi , tapi bagaimana bisa melupakan kalau setiap hari harus ketemu seperti ini.

“Aku beneran capek kalo terus gini, Sogi.”keluh Ceria meletakkan gelas kembali ke atas meja.

Ceria masuk ke kamarnya, ia harus mengurung diri di dalam kamar dan tidak ingin bertemu siapapun dulu. Atau jantungnya akan terus berdetak kencang seperti ini.“Ach, hatiku tolong berbaik hatilah, jangan berdebar untuk dia lagi.”kata Ceria frustasi. “Dasar Ceria bodoh!”jerit Ceria  kesal.

Dengan perasaan yang gak karuan, Ceria berbaring di tempat tidurnya dan berusaha untuk tidur.

-------

Malam harinya, Ceria membawakan segelas susu untuk Sogi sebelum tidur. Ia mengetuk pintu sebentar, dan membukanya.

“Maaf aku masuk lagi. Ini susumu.”ujar Ceria cuek.

Sogi hanya menatapnya dingin. Saat meletakkan susu di meja, Ceria melihat perban di lengan Sogi berdarah lagi. “Ya, ampun. Lukamu berdarah lagi tuch.”kata Ceria cemas.

Ceria mengambil kotak obat dan mulai melepas perban Sogi lagi. Lagi-lagi Ceria merasakan pedih yang sama dengan Sogi. “Jangan terlalu banyak akting. Gak mempan.”ujar Sogi dingin.

Ceria menarik nafas panjang mencoba mengurangi emosinya. Biar bagaimanapun ia menyayangi Sogi dan mendengar kata-kata kasarnya membuat Ceria sakit hati. Setelah memasang perban lagi, Ceria keluar dari sana tanpa bilang apa-apa lagi. Sedih, kesal, kecewa, perasaan galau campur aduk dalam hati gadis itu. Andai saja ia tidak mengatakan perasaannya dulu, mungkin Sogi gak akan berubah selalu sini padanya. Ceria meletakkan kotak obat kembali ke tempatnya, menarik nafas panjang lagi dan pergi ke kamarnya sendiri.

-------

Hubungan mereka dimulai saat paman Ceria, om Anggara menikahi ibunya Sogi, tante Meggi. Ayah Sogi, om Sony adalah teman dekat om Anggara dan sebelum om Sony meninggal, om Anggara berjanji akan menjaga Sogi dan tante Meggi. Paman Ceria sebenarnya sudah menikah tapi lama belum juga punya anak, istrinya, tante Tamara sudah pasrah dan mengijinkan om Anggara menikah lagi. Setidaknya mereka bertiga punya Sogi sekarang.

Pertama kali bertemu di kampus, Ceria langsung menyukai Sogi. Meskipun jutek dan dingin, Sogi sangat manis. Ia tampan, pintar, jago olahraga, pokoknya idaman setiap wanita. Sedangkan Ceria hanya beruntung

karena mereka tinggal di rumah yang sama setelah pernikahan om Anggara dan tante Meggi.

Dasarnya Ceria yang ceroboh dan terlalu terburu-buru, suatu malam ia nekat meminta Sogi jadi pacarnya. Hasilnya malah penolakan mentah-mentah dan sikap Sogi semakin jutek pada Ceria. Semula Ceria bertekad ingin melupakan perasaannya pada laki-laki itu. Ia mulai menghindarinya di kampus, tidak mau melihat Sogi lagi. Tapi segala usahanya sia-sia saat Sogi datang ke rumah Ceria.

-------

Esoknya setelah bangun pagi seperti biasanya, Ceria pergi ke dapur. Tugasnya setiap pagi adalah membuat sarapan untuk semua orang termasuk membuat kopi, teh, dan susu. Ceria membuka kulkas, ia melihat bahan

makanan yang sudah lebih sedikit. Ibunya belum sempat belanja bahan makanan.

Melihat bahan makanan yang sedikit itu, Ceria memutar otak. Ia memutuskan membuat nasi goreng. Sedang asyik menggoreng telur mata sapi, Ceria merasakan sepertinya ada yang memperhatikannya. Tapi gak

mungkin ada orang yang sudah bangun sepagi ini. *”Ah\, bodo ach.”* batin Ceria masih sibuk menggoreng.

Tiba-tiba Sogi masuk ke dapur membawa gelas minumnya. Ceria melirik sekilas sebelum melanjutkan tugasnya lagi. Ia berusaha tenang, padahal dalam hatinya ia kaget sekali. Tumben Sogi bangun sepagi itu.

Biasanya ia akan siap di menit terakhir.

Wiii!! Ketel air panas mulai berbunyi tanda air sudah mendidih. Tangan Ceria terulur mematikan kompor dan mengambil ketel itu. Deretan mug sudah siap diisi air panas. Ceria memulainya dengan teh, lanjut ke

susu dan terakhir kopi. Harum kopi mulai memenuhi dapur.

Sogi masih disana, ia mengambil air minum, minum, dan mencuci gelasnya sendiri. Hampir 5 menit, ia melakukan itu. Sebenarnya Ceria gugup hanya berdua saja dengan Sogi di dalam dapur, tapi ia mencoba

memfokuskan pikirannya pada pekerjaannya saja. Ketika akhirnya pekerjaan Ceria di pagi itu sudah selesai\, Sogi sudah menghilang. *”Huh! Membuat frustasi saja.”*

--------

Hai, salam hangat untuk para reader sekalian. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca novel saya. Jangan lupa like, fav, komen, rate bintang 5 untuk novel ini. Tq.

Terpopuler

Comments

Henny Purwaningsih

Henny Purwaningsih

lanjut thor.

2023-05-28

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

aku mampir

2022-08-29

0

Rian Cappuchino

Rian Cappuchino

Kak mampir yuk kenovelku.Judulnya "Ray Stardust."

Kutunggu kedatanganmu.

Terima kasih

2021-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!