Menahan pintu

Menahan pintu

Sogi masih disana, ia mengambil air minum, minum, dan mencuci gelasnya sendiri. Hampir 5 menit, ia melakukan itu. Sebenarnya Ceria gugup hanya berdua saja dengan Sogi di dalam dapur, tapi ia mencoba

memfokuskan pikirannya pada pekerjaannya saja. Ketika akhirnya pekerjaan Ceria di pagi itu sudah selesai\, Sogi sudah menghilang. *”Huh! Membuat frustasi saja.”*

-------

Ceria menghidangkan sarapan diatas meja makan. Satu persatu penghuni rumah mulai keluar dari kamarnya sudah bersiap melanjutkan aktifitas di luar rumah. Saat seluruh keluarga semua sudah siap untuk sarapan,

Ceria masuk ke kamar untuk ngadem sejenak. Ia akan pergi mandi dengan cepat setelah ini.

Tring! Notif e-mail masuk ke ponselnya. Hari itu tidak ada kuliah, tapi dosennya memberikan tugas yang harus langsung di e-mail balik hari ini juga. Sama aja boong dong.

Ceria dan Sogi kuliah di kampus yang sama tapi jurusannya berbeda. Ceria mengambil jurusan akuntansi, sedangkan Sogi jurusan manajemen. Mereka hanya bertemu dan sempat sekelas di awal semester saja.

Sekarang mereka sedang bersiap untuk magang sambil kuliah juga.

Chat dari teman-teman sekelas mulai rame. Bahkan mulai masuk deretan jawaban untuk tugas kali ini.

“Astaga, aku saja belum membaca tugasnya.”ujar Ceria gemas.

Sedang asyik meng-scroll grup chat kelasnya, “Ria! Ceria! Kami mau berangkat nich. Uda siap belum?”tanya ayah Rian memanggil Ceria.

Ceria keluar dari kamar. “Ria gak kuliah hari ini, yah. Dosennya gak ada. Ini disuruh buat tugas aja, yah.”kata Ceria menunjukkan ponsel di tangannya.

“Ya, udah kalo gitu. Ayah berangkat dulu ya. Kamu baik-baik di rumah ya.”pamit ayah Rian sambil berjalan keluar rumah.

Satu persatu mereka mulai berangkat termasuk Sogi. Ceria tidak melihat Sogi sama sekali, ia masih kesal pada laki-laki itu. Ceria mulai membersihkan meja makan, mencuci semua peralatan dapur yang kotor, mengelap dapur dan menyapu. Biasanya ia mengerjakan itu sepulang kuliah.

Mereka memang tidak punya pembantu. Jadi mereka bekerja sama membersihkan rumah dan memasak. Ibu Ceria, Cerry mulai masak setelah kembali dari mengantar Bagas dan Bagus, adik kembar Ceria. Sementara

kedua bibinya bekerja, begitu juga ayah Rian dan paman Anggara.

Terkadang Sogi mau membantu membersihkan rumah juga, tapi tunggu mood-nya bagus dulu. Ceria tidak mempermasalahkan pembagian tugas seperti itu yang lebih memberatkan dirinya. Bukan karena ia menyukai

Sogi, tapi ia memang suka menjaga kebersihan rumahnya.

*****

Hampir sejam berlalu saat pekerjaan Ceria selesai. Ia menyapu dan mengepel kamar Sogi paling terakhir, lalu cepat-cepat keluar dari sana. Ceria beranjak ke kamar untuk bersiap mandi. Rumah warisan kakeknya

memang tidak terlalu besar, tapi rumah itu punya halaman yang luas.

Jadi ada 8 kamar, kamar ayah Rian dan ibu Cerry, kamar paman Anggara dan bibi Tamara, kamar ibunya Sogi tante Meggi, kamar Sogi, kamar Ceria, kamar Bagas dan Bagus, kamar tamu, dan kamar pembantu yang sudah jadi gudang. Sedangkan kamar mandi ada 4 masing-masing di sebelah setiap 2 kamar.

Ceria masuk ke salah satu kamar mandi dan mulai mandi. Tok, tok, tok... ia terdiam sejenak mendengar suara ketukan di pintu kamar mandi. Ceria mematikan air yang mengalir dari kran. “Ya... Siapa?”tanya Ceria.

“Sogi. Buka pintunya bentar.”kata Sogi dari balik pintu. Ceria membuka pintu kamar mandi dan mengintip keluar. “Ada perban lagi? Lukaku...”Sogi menunjuk lengannya yang berdarah lagi.

“Ya ada. Bentar ya aku masih mandi.”kata Ceria. Saat ia ingin menutup pintu kamar mandi, sesuatu menahannya. Pintu itu memang sering macet tapi Ceria paling suka kamar mandi itu karena paling terang

cahayanya.

“Macet lagi?”tanya Sogi melihat pintu kamar mandi belum juga menutup kembali. Suara Sogi masih di depan kamar mandi.

“Iya. Kamu tunggu aja di kamar dulu. Aku masih mandi.”kata Ceria mulai tidak nyaman.

Sogi terdiam. Masalahnya pintu kamar mandi ini juga gak mau diem, pengennya ngebuka aja.

“Aku tahan pintunya, kamu lanjutkan mandi.”ujar Sogi dingin.

“Ta... tapi...”kata Ceria gugup.

“Tenang, aku gak akan ngintip. Gak ada yang menarik juga.”kata Sogi dengan kejam.

Ceria melihat ke pintu dan punggung Sogi terlihat disana. Perasaannya beneran gak karuan, ia kesal mendengar kata-kata Sogi yang mengatakan dirinya tidak menarik. Ceria melihat ke bawah, memang nggak menarik sich. Lagian sedang apa Sogi di rumah jam segini, Ceria bahkan tidak mendengar ketika Sogi datang lagi. Apa Sogi tidak kuliah?

Dag, dig, dug... Ceria mandi cepat-cepat dan berpakaian. Ia sangat malu harus mandi sambil melihat punggung Sogi. Saat keluar dari kamar mandi, mereka bertatapan. Ceria menunggu Sogi menyingkir dari

depan kamar mandi.

“Eh, aku ambilin perbannya dulu.”kata Ceria cepat-cepat menuju kamarnya.

Kotak obatnya tadi tertinggal di kamar Ceria, jadi ia masuk ke sana untuk mengambilnya. Saat berbalik, Sogi sudah ada di belakangnya.

“Eh, ini perbannya. Biar aku bantu.”kata Ceria tanpa bermaksud apa-apa.

Kali ini Sogi melengos duduk di atas tempat tidur Ceria. Saat ia membuka perban Sogi, Ceria lihat lukanya masih saja berdarah.

“Kita ke dokter ya. Lukamu bisa infeksi kalau terus begini. Nanti kamu bisa demam.”kata Ceria khawatir.

Sogi cuma diam. Ceria kembali membalut lukanya dengan perban baru. Memang agak aneh, lukanya nggak parah, tapi kenapa bisa terus berdarah. Setelah selesai mengganti perban Sogi, Ceria mengambil handuknya lagi. Ia belum sempat mengeringkan rambutnya tadi.

Ceria berdiri membelakangi Sogi, ia menyibak rambutnya ke depan untuk mengeringkannya. Saat Ceria melakukan itu, Sogi bisa melihat samar pakaian dalam Ceria dari kaosnya yang sudah basah bagian

belakangnya.

Sogi memperhatikan Ceria yang sedang menuangkan minyak rambut ke tangannya. Ia mengoleskan minyak rambut itu ke rambutnya yang setengah kering. Ceria bahkan tidak memperhatikan apa Sogi masih ada di sana atau tidak. Seharusnya Sogi sudah keluar dari kamarnya setelah perbannya selesai dipasang tadi.

Saat Ceria berbalik, ia terkejut melihat Sogi masih tetap duduk di atas tempat tidurnya. “Kamu kenapa masih disini?”tanya Ceria bingung. Dilihatnya perban Sogi masih baik-baik saja. Ia memperhatikan mata

Sogi yang terpejam.

“Sogi? Kamu tidur?”tanya Ceria memicingkan matanya melihat mata Sogi yang memang sipit. Saat Ceria semakin mendekati Sogi, mata laki-laki itu tiba-tiba terbuka. Mereka saling menatap sebelum Ceria cepat

menarik dirinya dari depan Sogi.

“Kalau kamu ngantuk, tidur lagi sana.”kata Ceria, duduk di kursi meja belajarnya. Ia mengambil ponselnya, mengecek jadwal praktek dokter di dekat rumah mereka. Sepertinya dokter itu praktek siang ini. Mereka

bisa kesana naik motor Sogi atau jalan kaki.

“Kita ke dokter siangan dikit ya. Dokternya buka siang.”kata Ceria tanpa menoleh pada Sogi.

Tidak ada jawaban dari laki-laki itu. Ceria menarik nafasnya, ia mulai kesal. Cuek saja, Ceria memilih membuka laptopnya. Ia ingin membuat tugasnya saja sebelum mengantar Sogi ke dokter. Ketika Ceria menoleh lagi untuk melihat Sogi, laki-laki itu sudah menghilang dari kamarnya.

--------

Hai, salam hangat untuk para reader sekalian. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca novel saya. Jangan lupa like, fav, komen, rate bintang 5 untuk novel ini. Tq.

Terpopuler

Comments

wiendy vitria

wiendy vitria

mungkin lukanya ke buka terus, emang sengaja itu Sogi, cari perhatian sama Ceria

2020-11-18

0

vany

vany

aqu suka❤️

2020-11-17

0

Anaata Sya

Anaata Sya

Dinginnya Sogi...

Fighting...💪🏻💪🏻

2020-09-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!