Ke dokter
Tidak ada jawaban dari laki-laki itu. Ceria menarik nafasnya, ia mulai kesal. Cuek saja, Ceria memilih membuka laptopnya. Ia ingin membuat tugasnya saja sebelum mengantar Sogi ke dokter. Ketika Ceria menoleh lagi untuk melihat Sogi, laki-laki itu sudah menghilang dari kamarnya.
Siang itu mereka pergi ke dokter umum yang praktek di ujung jalan perumahan. Sepanjang jalan yang singkat itu, Sogi berjalan pelan sekali. Seperti mereka sedang jalan-jalan menikmati pemandangan dan bukannya ke
dokter. Beberapa kali Ceria berjalan lebih cepat untuk memancing Sogi juga berjalan lebih cepat, tapi tetap saja Sogi berjalan lebih lambat dari seekor siput.
Tiba disana, Ceria langsung mendaftar atas nama Sogi. Suster menanyakan apa keluhan Sogi dan Ceria menunjukkan lengan kiri Sogi yang diperban.
“Lukanya terus berdarah, suster.”kata Ceria.
“Baik. Silakan diisi dulu ya identitas pasien.”kata suster menyerahkan selembar kertas pada Ceria. Detail tentang Sogi, Ceria lengkapi sampai ke golongan darahnya.
“Wah, lengkap sekali ngisinya. Jarang loh ada yang bisa tahu detail tentang pacarnya.”kata suster.
“Bukan pacar!!”teriak Ceria kaget sendiri dengan suaranya. Ia menarik nafas dan meminta maaf pada suster. Sogi masih tetap cuek dan dingin mendengar interaksi mereka berdua.
Setelah menunggu sebentar, Ceria dan Sogi dipersilakan masuk ke ruangan dokter.
“Siang, ada yang bisa saya bantu?”tanya dokter tersenyum pada mereka berdua.
Ceria memberitahu dokter kalau luka di lengan kiri Sogi gak sembuh-sembuh. Padahal sudah dikasi obat dan perbannya diganti dengan rutin. Sogi diperiksa oleh dokter, terlihat luka Sogi masih mengeluarkan darah
segar. Setelah mengoleskan obat berupa salep, luka Sogi kembali dibalut perban.
“Ini ada salep untuk lukanya. Tolong rutin diganti perbannya. Pak Sogi ini beruntung sekali ya punya istri pengertian seperti mbak ini.”kata dokter sambil menulis sesuatu di bukunya.
“Bukan, dok! Saya bukan istrinya!”Ceria kaget sendiri mendengar suaranya yang keras. Ia meminta maaf pada dokter. Diliriknya Sogi yang cuma diam saja.
“Ya, meskipun bukan, pasti menyenangkan bisa punya istri perhatian. Ini resepnya. Semoga lekas sembuh ya.”
Ceria menerima resep obat yang disodorkan dokter. Ia menanyakan biayanya pada dokter dan dokter itu menyebutkan 100rb untuk biayanya. Ketika Ceria ingin membuka dompetnya, Sogi sudah menyodorkan selembar uang berwarna merah ke meja dokter itu. Mereka berpamitan pada dokter dan Ceria menebus obat di apotek yang ada di depan tempat praktek dokter itu.
Selama perjalanan pulang, Ceria sibuk mengingat resep untuk Sogi. Ia membaca ulang bungkusan obat berisi antibiotik, obat pereda nyeri dan juga salep. Tanpa disadari Ceria, Sogi berjalan tepat disampingnya.
Sesampainya mereka di rumah lagi, ibu Cerry sudah datang. “Loh, kalian darimana?”tanya ibu Cerry.
Ceria menceritakan tentang luka Sogi yang gak sembuh-sembuh, sementara Sogi melengos di sofa. “Ya, sudah. Ibu mau masak dulu ya. Sogi, ingat minum obatnya. Tugasmu sudah selesai, Ria?”tanya ibu Cerry.
Ceria nyengir, ia baru menyelesaikan nomor 1 sampai 5 masih ada 15 nomor lagi yang harus ia kerjakan. “Sekarang Ria kerjakan, bu.”
Ceria menoleh pada Sogi yang ternyata sedang menetap gadis itu. “Istirahat dulu, sana. Aku mau buat tugas. Habis makan siang baru kamu minum obat ya.” Ceria masuk ke kamarku tanpa menunggu jawaban dari
Sogi. Percuma juga menunggu jawaban dari laki-laki cuek itu.
Deretan pesan masuk memenuhi ponsel Ceria. Beberapa dari teman yang menanyakan jawaban tugas. Dan dari James yang selalu mengirimkan jawaban tugas. Ceria menelponnya dan langsung diangkat.
“Hai, James. Makasih ya.”
“Kamu kayak sama siapa aja. Gimana pangeran pujaan hatimu? Sudah mencair?”tanya James.
“Boro-boro cair. Tambah dingin membeku kalo deket dia.”
“Masa? Bukannya kepanasan? Hehe.”goda James lagi.
“Aaa.. Jangan godain aku. James.”ucap Ceria malu.
Ceria asyik mengobrol di telpon tanpa menyadari kalau Sogi sudah berdiri di depan pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Tangan Sogi mengepal mendengar tawa lepas Ceria ketika bicara dengan James. Sogi tahu kalau Ceria sangat dekat dengan James. Tepat setelah ia menolak pernyataan cinta Ceria dulu, Ceria mulai menjauhinya. Dan dua hari kemudian, Sogi melihat Ceria sudah jalan dengan James.
“Ok, James. Aku ngerjain tugas dulu ya. Makasih loh udah ngirim jawaban tugasnya. See you di kampus. Bye.”
Brak! Ceria terkejut mendengar suara benda jatuh yang sangat keras di depan kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya dan melihat Sogi mengerang kesakitan di lantai. “Sogi!!!”pekik Ceria menarik perhatian ibu Cerry
yang sedang memasak. Ibu Cerry ikutan panik melihat Sogi menggigil di lantai, ia balik lagi ke dapur untuk mematikan kompor.
“Ria, Sogi kenapa? Waduh, badannya kenapa panas gini? Kita bawa ke rumah sakit.”ajak ibu Cerry.
Ceria mengangguk, ia dan ibunya membawa Sogi ke rumah sakit terdekat. Ibu Cerry menghentikan mobilnya di depan UGD, seorang perawat membawa bed rumah sakit ke dekat mobil dan membantu Sogi turun dari
mobil. Sogi dibawa masuk ke dalam UGD, ibu Cerry dan Ceria menyusulnya. Saat Sogi dirawat karena tubuhnya demam tinggi sampai menggigil, ibu Cerry pergi menjemput kedua adik kembar Ceria. Ibu Cerry memberikan sejumlah uang pada Ceria untuk membayar biaya rumah sakit.
Dokter mengatakan pada Ceria kalau luka Sogi infeksi dan daya tahan tubuhnya lemah membuat Sogi demam tinggi. Ceria jelas bingung karena ia sudah merawat luka Sogi. Mereka bahkan sudah ke dokter sebelum ke rumah sakit.
“Lukanya sejak kapan?”tanya dokter.
“Dua hari yang lalu, dok.”saut Ceria.
Dokternya terdiam. “Masa sejak 2 hari. Luka seperti ini masih baru.”gumam dokter. Dokter memperlihatkan luka Sogi yang masih berdarah. “Ini luka sayatan pisau atau cutter. Memangnya dia ngapain bisa sampai luka begini?”
“Manjat pohon, dok. Eh, maksud saya, saya yang manjat pohon. Dia nolong saya yang jatuh dari pohon. Lukanya karena kena gores akar pohon.”kata Ceria berusaha menjelaskan bagaimana Sogi bisa terluka, sampai dokter selesai menulis resep.
“Ini resepnya. Ada obat, vitamin sama antibiotik juga. Sekarang bisa langsung pulang. Ada kendaraan?”tanya dokter itu.
Ceria mengatakan kalau ibunya akan menjemput mereka nanti. Dokter memberitahu kalau mereka akan pergi setelah dijemput. Suster memberitahu kalau Ceria harus menyelesaikan administrasi dan menebus obat dulu
sebelum pulang. Baru saja Ceria akan pergi menebus obat ketika Sogi terbangun. Sogi melihat sekeliling mencoba mengenai keberadaannya.
“Kamu baik-baik aja kan? Kamu di rumah sakit, Sogi.”kata Ceria lembut.
Sogi bangkit dari bed rumah sakit. Tubuhnya sedikit limbung dan hampir jatuh, tapi Ceria segera menahannya. Deg! Jantung Ceria mulai gak jelas iramanya. Sogi menyandar di tubuh Ceria.
“Tubuhmu hangat.”ucap Sogi yang bener banget. *”Tubuhnya hangat sekali dan harum juga. Kenapa aku sangat nyaman berada di pelukannya? Apa aku mulai gila?”* batin Sogi.
Tubuh Ceria memanas seiring wajahnya yang pasti sudah merah padam. Sogi menggesekkan pipinya ke leher Ceria. Ceria menyadari sesuatu. ”Eh, kok aku keterusan megangin gini sich? Sogi juga kenapa gak
menghindar ya? Tapi aku gak berani ngdorong Sogi. Jantungku tolong bertahanlah sebentar.”
Suara pintu terbuka menyadarkan mereka. Ceria membantu Sogi duduk di kursi dekat bed rumah sakit.
“Kamu pusing? Mau minum?”tanya Ceria.
--------
Hai, salam hangat untuk para reader sekalian. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca novel saya. Jangan lupa like, fav, komen, rate bintang 5 untuk novel ini. Tq.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Maya@Dipa
karya kak sanni emang 👍
2020-12-03
0
Radin Zakiyah Musbich
nengok nengok...
keren thor...
ijin promo ya 🙏
jgn lupa mampir jg ke novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" ❤️
kisah cinta beda agama,
ku tunggu jejaknya ya 🤗🙏
2020-09-22
0
Anaata Sya
Perhatian banget Ceria...
Fighting Kak...💪🏻💪🏻
2020-09-18
0