Eps 4 Keberangkatan

Dua minggu telah berlalu, dan kini saatnya Safira harus berangkat ke pesantren. Tentunya selama dua minggu tersebut Safira sering bertemu dengan Rama dan juga sahabat-sahabatnya. Kemarin dia juga sudah berpamitan dengan mamanya Rama, serta Rama.

Kini Safira sedang berada di dalam kamarnya, masih bersiap-siap untuk berangkat, karena nanti pukul sembilan dia akan siap berangakat ke Pesantren. Safira teringat kemarin waktu bertemu dengan Rama.

"Sayang, besok aku kan pergi dan kita gak akan ketemu lama banget, aku pasti rindu banget sama kamu. Selama ini kita kan gak pernah jauh," ucap Safira dengan nada sendu. Dia pun melanjutkan ucapannya lagi. "Aku takut nanti disana gak betah dan pengen pulang, karena inget kamu terus. Disana juga gak di bolehin bawa hape, apa mungkin aku bisa jalani kehidupan baru disana?? aku gak pernah bayangkan," lanjunya dengan menitikan air mata, membayangkan kehidupan pesantren yang tidak pernah terfikirkan oleh Safira.

Rama mengusap dengan sayang rambut panjang Safira dan berkata, "Jangan sedih gitu dong sayang, aku juga pasti rindu sama kamu, kamu yang sabar ya, kita pasti akan ketemu lagi, percaya sama aku," Rama meyakinkan Safira. Menjeda kalimatnya sebentar, "Kamu disana harus betah, demi kita, demi masa depan kita tentunya, kamu mau kan kita selalu bersama suatu saat nanti?" Safira menggaguk pasti, Rama pun melanjutkan kalimatnya lagi, "Makanya, sekarang turuti apa kata ayah kamu dulu, Insyaallah pilihan orang tua itu yang terbaik. Yakinlah itu!" Rama masih menyemangati Safira dan masih setia mengusap rambut panjang Safira dengan sayang.

Setelah merasa lebih tenang Safira pun bertnya, "Kamu akan setia nunggu aku kan? Gak akan selingkuh kan? Di kampus nanti banyak cewek-cewek cantik, aku takut kamu tertarik dengan mereka dan melupakan aku," Safira merasa khawatir, takut Rama tertarik dengan gadis cantik di kampusnya.

Rama tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan Safira. Dia tau Safira pasti khawatir tentang itu. Tapi Rama sudah yakin, bahwa yang akan ia cintai dan sayangi hanyalah Safira, walaupun mereka terpisah antara jarak dan waktu, meskipun itu sulit tapi dia akan tetap menjalaninya dan menunggu sampai Safira kembali.

"Kamu gak usah khawatir sayang, aku akan selalu jaga perasaan cinta ini ke kamu, aku akan tunggu kamu pulang," Rama menjeda kalimatnya dan tersenyum. "Walaupun nanti disana banyak cewek cantik pun, aku akan setia sama kamu, aku janji akan hal itu. Percayalah sama aku," Rama meyakinkan Safira agar tidak khawatir lagi.

Akhirnya Safira merasa tenang untuk berangkat ke pesantren, karena Rama telah meyakinkannya.

"Makasih ya sayang, aku gak akan hawatir lagi akan hal itu. Aku percaya sama kamu, dan aku akan tenang untuk ninggalin kamu sementara waktu," ucapnya dengan tersenyum. Dan seketika itu Rama mengecup puncak kepala Safira dengan sayang.

Tok Tok Tok

Tiba tiba ada suara ketukan pintu, dan Safira tersadar dari lamunannya, dia pun melangkahkan kakinya dengan malas menuju arah pintu lalu membukannya.

Ternyata sang bunda yang mengetuk pintu kamarnya.

"Sayang, sarapan dulu ya, nanti setelah sarapan lanjutkan lagi beres beresnya," ucap sang bunda ketika pintu sudah di bukakn oleh Safira.

Safira pun menggaguk, "Baik bunda, ini juga sudah selesai. Hanya harus mempersiapkan mental saja bun," Safira tersenyum dengan ucapannya tersebut.

Bunda pun ikut tersenyum dengan ucapan Safira, "Bunda yakin, kamu disana pasti akan suka, ya ... mungkin awalnya sulit karena disana tempat baru buat kamu, juga semua yang disana belum kamu ketahui. Yakinlah ya sayang, kamu pasti bisa," ucap sang bunda sambil mengelus puncak kepala Safira dengan sayang.

Safira tersenyum, dan menatap sang bunda, "Iya bunda, doakan Safira ya,"

"Itu sudah pasti sayang," Wanita berhijab abu-abu itu pun tersenyum senang, karena sang putri memahaminya.

"Yuk turun, Ayah dan kakak-kakak kamu sudah nunggu lho," ucapnya lagi.

Akhirnya Safira dan bundanya pun turun ke ruang makan bersama-sama, dan disana ayah dan kakak-kakaknya masih setia menunggu mereka, untuk sarapan bersama. Mereka semua sarapan dengan keheningan, hanya suara dentingan sendong yang beradu dengan piring saja, yang memecahkan keheningan sarapan pagi mereka.

Setelah sarapan selesai, Safira pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan memandangi langit-langit kamarnya, yang ber cat biru muda tersebut.

Nanti malam aku sudah gak tidur di kamar ini lagi, aku pasti rindu dengan nuansa kamarku ini, rindu semua kegiatanku disini, rindu Rama, rindu sahabat-sahabtku semua, rindu keluarga, rindu bunda...akkkhhh aku merasa pusing memikirkan semua itu, semoga nanti disana aku betah dan bahagia tentunya. Batin Safira dan masih setia memandangi langit kamarnya.

Semoga aku disana menemukan sahabat-sahabat yang baik, dan membuat aku betah diasana, semoga saja. Batinnya lagi, dan membayangkan betapa bahagianya nanti banyak bertemu dengan teman baru disana.

Setelah puas dengan kegiatannya memandangi langit-langit kamar serta memikirkan nanti di pesantren seperti apa, kini Safira memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap berangkat, karena ternyata waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

¤¤¤¤¤

Ternyata waktu berjalan begitu cepat, kini Safira dan keluarganya sudah berada di dalam mobil untuk menuju ke Pesantren, diantar oleh Kakak pertamanya yaitu kak Arya dan juga kedua orang tuanya, karena kak Satria harus masuk kuliah, jadi dia gak bisa mengantar Safira, karena lagi ada ujian. Mobil yang di kemudikan Arya dengan sang ayah yang berada di sampingnya pun melaju dengan kecepatan rata rata menembus jalan kota yang ramai, dan tak lupa dengan kemacetannya. Mereka berjalan dalam keadaan hening, dan tak ada satu pun yang berniat memecahkan keheningan tersebut.

Safira dan sang bunda yang berada di jok belakang, itu pun sama, mereka hening dengan pikiran masing masing.

Tiba tiba ada smart phone Safira berbunyi, menandakan ada telfon masuk.

Bunda menoleh dan bertkata, "Siapa Fira?"

"Rama bun, aku angkat ya, tadi aku lupa gak ngomong pas mau berangkat," jawab Safira seraya memperlihatkan layar hapenya pada bundanya.

Sang bunsa pun mengagguk tanda setuju.

"Hallo, Assalamualaikum Rama,"

"Waalaikumsalam sayang," jawab Rama di sebrang sana.

"Kamu udah berangkat apa belum? kok gak ngabari aku?"

Rama seketika langsung bertnya pda Safira.

" Maaf ya, aku tadi terlalu sibuk memepersiapkan mental, jadi smpai lupa nelfon kamu," jawab Safira sambil tersenyu karena ucapannya itu.

"Iya gak papa, berart udah di jalan dong ini?"

"Iya udah, baru lima belas menit yang lalu kita berangkat,"

"Yaudah kamu hati hati ya, disana harus betah dan jangan kabur, oke sayang,"

"Insyaallah aku akan betah disana Ram, doakan aku ya,"

"Pasti itu, kamu juga doakan aku ya, jada diri baik baik disana ya, I Love you Safira sayang,"

"Iya Ram, pasti itu. Love You too Rama,"

"Yaudah aku matiin ya telfonnya, Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," Safira pun mematikan hapenya dan memasukkannya lagi ke dalam tasnya.

Bunda yang melihat tingkah anaknya dengan sang kekasih di telpon itu pun hanya bisa tersenyum. Sedangkan sang ayah yang mendengarnya juga, beliau nampak tak suka, tapi tetap dian tanpa berkomentar sepatah kata pun.

Setelah tiga jam perjalannan, akhirnya mereka sampai juga di tempat yang di tuju, yaitu sebuah pesantren yang terlihat luas dan gedung pesantren yang bertingkat dua.

Mereka semua turun dari mobilnya dan memasuki area peantren dengan membawa barang barang bawaan Safira. Dengan Safira yang di gandeng sang bunda. Safira pun meneliti setiap tempat yang di lewatinya, terlihat ada sebuah toko yang menampilkan banyak buku disana, ah ralat bukan buku maksudnya kitab kitab yang tebalnya melebihi Al Qur'an.

itu buku apa sampai tebel banget, aku gak bisa bayangi kalo hatus baca buku setebal itu. Batin Safira

Setelah melewati toko kitab tersebut, ternyata ada juga toko baju baju muslimah, yang terlihat dari luar, banyak menampilkan krudung dan gami gamis yang d gantung.

Ah ternyata ada toko baju juga, bagus deh kalo gitu. Batin Safira lagi.

Makin melangkah maju, ternyata ada sebuah bangunan Mushola yang sangat bagus, dengan arsitektur yang bagus, dan tentunya lebih besar dari mushola mushola yang pernah ia lihat.

Sepertinya itu masjid ya, bagus juga ternyata. Batin Safira lagi.

Saking asyiknya dia mengamati sekeliling, tanpa sadar banyak pasang mata yang mengagumi kecantikan Safira.

Iya itu adalah santri putra tentunya, karena mereka belum memasuki kawasan santri putri. Mereka berbisik bisik dengan kecantikan Safira, juga ada yang berbisik kalau itu santri baru. Ada juga yang hanya acuh tak acuh dengan kedatangan Safira. Setelah berjalan sekitar 100 meter dari parkiran mobil akhirnya mereka sampai di depan gerbang pintu masuk untuk santri putri.

Dan disinilah akan dimulai kehidupan baru Safira, tanpa pujaan hatinya yaitu Rama.

Seperti apakah perjuangan Safira di dalam penjara suci tersebut, yang tentunya dengan berbagai macam aturan yang harus di jalani.

Kita lihat nanti, semoga Safira bisa menjalani kehidupan barunya dengan baik. Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkahnya. Semoga.

Kita doakan saja ya, yang terbaik buat Safira.

**Makasih buat yang udah mau baca karyaku.

Jangan lupa like, komen, rate dan vote ya.

Terpopuler

Comments

♍🅰RDI🅱EaR🅰SYah, 🈵💯🚹

♍🅰RDI🅱EaR🅰SYah, 🈵💯🚹

like kak

2021-08-28

1

Istri Sah Dewangga ~

Istri Sah Dewangga ~

Aku lanjut dari sini yak..

2020-10-05

3

Rozh

Rozh

🌷🌷

2020-10-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!