Suasana pagi ini terlihat cerah, matahari yang sudah mulai meninggi menemani keluarga ini menyantap sarapan dalam keheningan, hanya dentingan sendok yang beradu yang memecahkan keheningan di pagi ini.
Yah kini keluarga Safira sedang menikmati sarapan pagi mereka, di pagi weekend ini. Ayah Safira, meletakan sendoknya setelah selesai menyantap sarapan paginya.
"Safira, ayah mau bicara sama kamu," Kata Ayah Anton, setelah itu beliau berjalan ke ruang keluarga.
"Baik yah," Jawab Safira yang kala itu sedang meletakkan sendok dan piring kotor ke tempat cuci piring.
Setelah selesai dengan kegiatannya, Safira pun menyusul sang ayah ke ruang keluarga.
"Mau bicara apa yah?" Tanya Safira seraya mendudukan dirinya di sofa samping sang ayah.
"Gini Safira ..." Anton menjeda ucapannya, "Kamu gak usah kuliah aja ya, Ayah akan memasukkan kamu di salah satu Pondok Pesantren terbesar di kota ini,"
Safira merasa sedikit terkejut dengan ucapan ayahnya.
"Lho kenapa yah?, kan Safira juga pengen kuliah seperti kak Arya dan Kak Satria," Kata Safira, seraya melihat wajah ayahnya, tak percya.
"Kamu kan anak gadis, ayah gak mau aja kalo kamu salah pergaulan, apalagi ayah lihat waktu SMA dulu kamu sering pulang bareng anak laki-laki," Serunya, lalu ia menghela nafas dan melanjutkan kalimatnya. "Bukannya ayah gak percaya sama anak ayah, tapi ayah cuman takut saja, kalo kamu salah pilih teman Fira. Di Pesantren juga enak, banyak teman juga, apalagi disana teman kamu nanti juga cewek semua, disana kamu juga bisa memperdalam ilmu agama nak, kamu harus mau," Ucapan panjang lebar Anton meyakinkan anaknya, supaya menyetujui untuk ke pesantren.
"Yaudah kalo memang itu keputusan ayah, Safira ikut aja, apa yang menurut ayah baik." kata Safira, sambil menekuk wajahnya dan memainkan jari-jarinya.
Bagi Safira menolak keinginan orang tuanya itu adalah hal yang salah, jadi walaupun terpaksa dia tetap menyetujuinya.
"Kalo kamu setuju dua minggu lagi kamu kami antar ke pesantren," Itu Bunda Dewi yang mengatakannya.
Sang bunda menghampiri anak dan suaminya itu, dan duduk di samping Safira, tangannya terulur mengelus rambut panjang nan indah milik Safira.
"Harus dua minggu lagi ya bun? gak bulan depan aja." tanya Safira, menatap wajah bundanya yang tersenyum.
"Melakukan sesuatu yang baik itu gak boleh di tunda-tunda sayang, kamu bisa kan mempersiapkan semuanya dalam waktu dua minggu?" Jawab dan tanya sang bunda pada putri satu-satunya itu, masih sama mengelus-elus rambut sang anak.
Sang ayah hanya memeprhatikan tingkah kedua wanita yang dicintainya tersebut.
"Iya bun,"
"Yaudah nanti bunda bantu, buat beli baju-baju yang cocok untuk anak pesantren, kan selama ini baju yang kamu punya bukan baju yang tertutup seperti anak pesantren," Kata wanita yang berjilbab ungu itu, yang tak lain adalah bundanya sendiri.
"Yaudah sekarang Safira mau kekamar dulu ya yah, bun," Pamit Safira kepada ayah dan bundanya. Melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai dua itu.
Cklek
Safira membuka pintu kamar dan mengumcinya, dia merebahkan dirinya diatas kasur king size nya.
Setelah sepersekian detik, Safira mencari handephonya yang ia letakkan diatas nakas. Membuka aplikasi hijau bergambar telpon dan menekannya, mencari nama kontak sang kekasih, yang sejak tadi pagi tak ada kabar sedikit pun. Lalu menuliskan pesan pada sang kekasih.
To My Rama❤
Sayang, nanti bisa ketemu gak?
aku mau bicara sesuatu, penting nich.
Satu menit, dua menit. Hingga sepuluh menit tak ada balasan, akhirnya Safira berselancar di sosmednya, melihat lihat bagaimana kehidupan di pesantren, yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
Hingga setengah jam berlalu, ponselnya pun berbunyi, menandakan ada pesan masuk.
To Safira My Love
Maaf lama ya, aku baru pulang joging..
iya bisa sayang, dimana?
Dan mau ngomong apa?
kok sepertinya penting banget, gak biasanya.
To My Rama❤
Nanti jam dua di cafe biasa ya, gak usah jemput aku. Nanti aku datang senidri aja, kamu tunggu disana.
To Safira My Love
Oke yang,
yaudah ya, sekarang aku mau mandi dulu trus sarapan.
To My Rama❤
Baik Boss ku🥰😘.
Dan setelah menyelesaikan pesannya pada sang kekasih Safira pun masih bermalas malasan diatas kasur. Memikirkan bagaimana dia nanti kalau di pesantren, apakah dia bisa menyesuakan dengan yang lainnya, atau dia bakalan gak betah disana? Apakah disana nanti dia gak malu? karena setaunya anak yang masuk pesantren adalah anak yang masih usia kecil, bukan seperti dirinya yang sudah lulus SMA.
Semakin di fikirkan semakin membuat Safira bingung, akhirnya dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya sekarang, yang penting nanti dijalani saja.
"Apapun yang terjadi disana semoga nanti aku betah lah, dan bisa menyesuaikan dengan mereka yang disana." Gumamnya dalam hati.
Dan akhirnya dia memutuskan untuk keluar kamar, dan duduk di balkon kamarnya, dan memandangi sekitaran rumahnya.
¤¤¤¤¤
Dirumah Rama, setelah menyelesaikan ritual mandinya yang hanya lima belas menit itu, dia kemudian keluar kamar menuruni anak tangga menuju dapur, dan menyapa sang mama yang sedang beberes dapur.
"Selamat pagi ma, mama udah sarapan?" Tanya Rama pada sang mama, seraya mendudukan dirinya dikursi ruang makan tersebut.
"Sudah, kamu sih ditunggu lama, mama kan mau ke toko, ada suplayer yang mau ketemu mama pagi ini juga, kata karyawan mama tadi. Kamu cepetan sarapan, ini udah mau jam delapan lho, udah siang," Kata Ratih dan meninggalkan anak semata wayangnya tersebut di dapur sendirian, karena beliau sudah selesai membereskan, piring-piring yang dicuci tadi.
Mama Rama memang tidak memperkerjakan pembantu di rumahnya, hanya ada pembantu yang datang pagi dan pulang sore, itupun cuman bersih bersih, dan segala urusan dapur mama Rama lah yang mengurusnya, terkadang Rama pun masak makanan sendiri, jika sang mama sibuk bekerja.
Rama baru menyuapkan beberapa nasi ke mulutnya, sang mama pun datang lagi. Membuat Rama menoleh dan bertanya.
"Kenapa ma, kok balik lagi ke dapur? Ada yang tertinggal?" Tanya Rama, dan menyuapkan lagi nasi goreng kemulutnya.
"Ram, ban mobil mama kempes, anter mama ke toko ya. Kamu cepetan sarapannya," Kata sang mama dengan wajah kecewa, karena sudah terburu-buru ternyata ada kendala.
"Iya ma, nich Rama dah selesai kok," Jawab Rama, sambil menaruh piring kotor di tempat cuci piring. Sekalian mau di cuci, ucapan mamanya menghentikan pekerjaan Rama.
"Udah gak usah di cuci Ram, biar nanti di cuci Bik Irah aja, mama dah keburu nich. Sudah di tunggu di toko Ram," Cegah mama Ratih pada anaknya tersebut.
"Oke, baiklah ma, Rama mau ambil jaket sama hape dulu ya, mama tunggu di depan aja," Ujarnya lalu melangkahkan kakinya ke kamar.
Setelah mengambil jaket lalu Rama menuruni anak tangga berjalan kedepan rumah dan mengambil motor sportnya di garasi. Rama pun mengantar mamanya ke toko.
Sesampainya disana, Rama pun masuk mengikuti sang mama, karena memang dia gak ada yang dikerjakan hari ini, hanya ada janji dengan Safira nanti sore. Jadi dari pada bosen di rumah dia memutuskan untuk ikut masuk ke toko saja. Dan masuk ke ruangan sang mama. Duduk di sofa dan memainkan smart phone nya.
Setelah satu jam kemudian, sang mama masuk ke dalam ruangannya.
"Ketemu siapa ma, kok lama amat?" Tanya Rama, dan menoleh ke arah mamanya.
"Tadi itu ada suplayer, yang nawarin pakain nya ke mama, tadi mama lihat sebagian sempel-sempel bajunya. Makanya lama," Kata sang mama dan mendudukan dirinya di kursi kebesarannya.
Dan Rama hanya ber 'oh' ria saja, menanggapi ucapan sang mama. Setelah beberpa menit diam, Rama baru teringat kalau dia nanti ada janji sama kekasihnya.
"Ma, nanti aku mau ketemu Safira, gak tau kenapa rasanya ada yang anah, katanya mau ngomong penting gitu," Kata Rama yang masih memainkan ponselnya.
"Yaudah nanti ajak mampir kerumah aja, mama juga palingan di sini sebentar kok,"
"Iya ma, nanti kalo Firanya mau ya ma."
" Iya, masak gak mau? biasanya aja mau. Mama juga kangen sama dia, udah beberpa hari gak main ke rumah atau ke toko," Kata sang mama, yang memang beberpa hari ini Safira gak main ke rumahnya, karena biasanya waktu masih sekolah dia sering main, bahkan karyawan tokonya pun sudah hafal dengan Safira.
"Kamu tunggu mama aja ya, kan mama sebentar, kasian mbak Eva (karyawan toko) kalo nanti nganter mama, dia bakalan bolak balik," Tambah sang mama lagi.
"Baiklah ma, apa ada yang bisa Rama bantu?" Tanya Rama sambil beranjak dari duduknya dan mendekati sang mama.
"Gak ada, udah kamu duduk aja," Tolak sang mama.
"Okelah, kalo gitu, Rama mau tiduran aja lah," Kata Rama lagi dan dia kembali ke sofa yang semula di duduki. Ia pun kembali berselancar di dunia maya, entah itu di sosmednya atau main game, hanya dia dan Tuhan yang tau. Sambil menunggu sang mama yang menyelesaikan pekerjaannya, sebelum mereka kembali ke rumah lagi.
❤
❤
❤
Segini dulu aja ya, cuss besok lanjut lagi cerita Safira dan Rama.
Jangan lupa dukung author ya, karna ini pengalaman pertama author, jadi masih acak acakan.
Makasih buat kalian yang udah baca. Salam sayang dari author♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Linda
like, rate, komen back ya, saling dukung😊
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
mampir di karyaku
1) Ku sebut namamu di sepertiga malam ku
2) Taubat si Pendosa
saling dukung ya
nanti di back kok 😉
makasih
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2020-10-08
1
Istri Sah Dewangga ~
💕💕 mangats yah..
2020-10-04
2
Shofiena Elsazi
like 👍♥️
2020-09-29
4