Malam ini, Andira masih menatap ke arah cermin riasnya. Air matanya menetes mengiringi getaran hatinya.
Getaran hati seorang istri, yang sangat takut untuk mempunyai madu.
Andira menangis, saat mengetahui kalau suaminya tidak pulang lagi malam ini.
"Mas, apa yang kamu lakukan padaku. Setega itukah kamu kepadaku? Apa salahku selama ini Mas?" Gumam Andira.
Tok tok tok...
"Bu, bu Andira..." Ucap Mbak Muti Asisten rumah tangga Andira, mengetuk kamar Andira.
Andira menyeka air matanya. Dia buru-buru melangkah ke arah pintu.
Ceklek,
Andira membuka pintu kamarnya.
"Mbak Muti, " ucap Andira.
Andira tersenyum. Namun di balik senyum itu ada luka, luka yang tak pernah orang tahu seberapa dalam luka itu.
"Ibu habis nangis?" tanya Mbak Muti penasaran.
Andira tersenyum. Dia menggeleng.
"Aku nggak apa-apa kok Mbak."
Walau hatinya menangis, namun dia tidak akan pernah mau membagi kesedihan pada orang-orang terdekatnya. Biarlah kesedihan itu dia pendam sendiri tanpa harus orang lain tahu.
Andira keluar dari kamarnya dan melangkah ke arah meja makan.
Di meja makan, Andira duduk. Di meja makan, sudah tampak banyak sekali makanan yang Mbak Muti masak malam ini.
"Mbak Muti, banyak sekali makanan ini?" tanya Andira.
"Iya Bu. Saya masak seperti biasanya kok."
"Mbak, Bapak nggak pulang malam ini. Jadi Bapak nggak makan dirumah," jelas Andira.
"Oh, gitu ya Bu. Maaf, saya nggak tahu Bu."
Andira menatap semua makanan-makanan itu.
"Sayang sekali makanan ini. Siapa yang mau makan?" ucap Andira.
Mbak Muti sedari tadi masih memandang ke arah majikannya. Tidak seperti biasa, majikannya itu murung. Karena selama mbak Muti kerja di rumah Andira, Andira itu selalu tersenyum. Dan yang Mbak Muti tahu, kalau Andira itu, selalu ceria.
" Ibu kenapa yah, kok murung gitu. Apa lagi ada masalah yah sama Bapak? Setahu ku, mereka baik-baik aja." Gumam Mbak Muti ditengah kesibukannya mencuci piring.
Andira masih tampak sedih. Hatinya sangat kalut. Kata-kata suaminya kemarin itu, membuatnya tidak enak makan, dan tidak enak tidur.
"Apa yang akan aku lakukan? apakah aku akan kuat menghadapi kenyataan ini sendiri?" ucap Andira.
Mbak Muti mendekat. Mbak Muti itu, adalah asisten rumah tangga yang Gilang pekerjakan di rumahnya satu tahun yang lalu.
Karena setelah Andira dan Gilang menikah, Gilang memboyong Andira , ke rumahnya sendiri.
Andira menghela nafasnya dalam-dalam. Mencoba memberi kekuatan pada dirinya sendiri.
Ya Allah, berikanlah aku kesabaran untuk menghadapi kenyataan ini. Batin Andira.
Lagi-lagi setetes air mata itu menjatuhi pipinya.
"Ibu kenapa? Ibu nggak Apa-apa?" tanya Mbak Muti.
Lagi-lagi Andira menggeleng.
"Aku nggak apa-apa. Mbak, temanin aku makan yah." pinta Andira
"Iya Bu." Kata Mbak Muti mengiyakan.
"Sayang makanan ini." Ucap Andira penuh kesedihan.
Mbak Mutipun akhirnya menuruti kata Bu Andira. Dia menemani Bu Andira makan.
Sepi. Suana sangat sepi. Di rumah Andira, hanya ada Andira dan Mbak Muti saja.
Andira menatap ponselnya. Dia berharap kalau suaminya akan menelponnya malam ini.
Namun ponsel itu, hanya diam. Tidak ada deringan ataupun pesan masuk.
Andira meraih ponselnya.
"Apa aku telpon saja yah Mas Gilang?." Gumam Andira.
Andira kemudian mencoba menelpon suaminya.
Namun ponsel Gilang ternyata sedang tidak aktif. Sudah beberapa kali Andira menelpon, namun selalu saja tidak ada jawaban.
"Kemana kamu sih Mas? jahat banget...! apa kamu tidak pernah memikirkan perasaan ku?" gumam Andira.
Mbak Muti bingung dengan Bu Andira.
Apa yang sedang terjadi pada Ibu dan Bapak yah? Setahu ku kan, mereka sangat harmonis rumah tangganya. Bapak juga sayang banget sama ibu. Bapak tidak pernah kasar sama ibu. Lantas, kenapa ibu seperti sedih begitu.
Batin Mbak Muti.
"Mbak, aku ke kamar dulu yah. Mbak Muti, lanjutin aja makannya. Setelah ini, Mbak Muti bisa kok istirahat, setelah membereskan makanan-makanan ini."
"Baik Bu."
Andira kemudian melangkah pergi untuk ke kamarnya.
Dia membaringkan tubuhnya di ranjangnya. Lelah, sangat lelah. Sudah seharian dia menangis. Dan malam ini, adalah malam ke dua suaminya tidak pulang kerumahnya.
...****************...
Malam ini, dua orang pasangan kekasih sedang saling bermesraan. Sepertinya mereka tampak lelah. Karena mereka baru pulang shoping.
Maharani membeli berbagai macam kebutuhan. Seperti pakaian, peralatan make up, dan apa saja yang dia inginkan, pasti akan pacarnya itu belikan. Dia sepertinya sangat di manja oleh pacarnya itu.
Cup.
Maharani mengecup pipi Gilang.
"Makasih yah sayang, untuk semua ini." Kata Maharani.
Gilang tersenyum."Iya sayang."
Gilang melangkahkan kakinya ke kamar. Yah, kamar di mana Gilang dan Maharani tidur.
Menjijikan, sangat menjijikan!. Sosok Maharani yang di pandang orang sebagai wanita terhormat dan mempunyai jabatan tinggi, ternyata dia tak lebih dari seorang pelakor.
Maharani yang terlihat di depan mata orang, adalah sosok yang mudah berbaur,ramah,dan sosok penyayang itu,ternyata masih mau berhubungan dengan lelaki yang sudah beristri.
Memang mereka berpacaran sudah cukup lama, apakah mereka pantas,untuk tinggal satu rumah? Seandainya orang Tua Gilang tahu, mungkin saja mereka akan marah besar kepada Gilang. Mungkin saja Gilang bisa di copot dari jabatannya sebagai seorang presdir.
Yah, presiden direkturlah jabatannya sekarang. Ayah Gilang, sudah menyerahkan semua pada Gilang.
Sebenarnya posisi itu seharusnya adalah untuk Fikri Kakaknya Gilang, namun karena Fikri sekarang masih mengelola bisnis di luar negeri, jadi jabatan itu di serahkan oleh Gilang.
Dan seharusnya Fikrilah yang akan di jodohkan dengan Andira. Namun karena waktu itu Ayah Andira sakit, dan Ayah Andira sebelum meninggal kepengin melihat anaknya itu menikah, akhirnya Gilang terpaksa menikahi Andira.
Maharani sekarang sudah berada di sisi ranjang, dia sudah mengenakan piama. Dan mereka siap untuk bermalam di rumah baru mereka.
Yah,rumah baru. Sekarang Gilang telah memberikan rumah baru untuk kekasih tercintanya itu. Siapa lagi kalau bukan Maharani.
Gilang memanglah lelaki baik. Namun kelemahannya adalah, dia selalu tergoda dengan bujuk rayu perempuan.
Sementara sosok Andira adalah sosok yang pendiam dan tidak pandai merayu. Dia hanyalah wanita polos yang jujur dan penuh kesabaran. Dia orang yang sangat tertutup dan selalu mau berkorban. Dan sekarang dia berkorban dengan perasaanya. Perasaan yang harus dia tutupi ke semua orang, kalau sekarang suaminya akan menikah lagi.
...****************...
Malam ini, Andira dan Gilang duduk bersama di meja makan. Mereka di undang makan malam oleh orang tuanya Gilang.
"Gilang, gimana pekerjaanmu di kantor?" tanya Papa Gilang sembari menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.
"Oke, Semua beres kok Pa." jawab Gilang.
Di tengah makan malamnya,
tiba-tiba saja Andira sakit. Dia mual. Dia kemudian pamit untuk ke toilet. Entah kenapa akhir-akhir ini dia jadi merasa sering pusing dan mual.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
kasihan bgt nasib anidira
2022-11-08
0
fikhra salma
semangat thor. aku bawa like dan rate nih.
mampir k lapak ku ya
ketua osis sedingin es
mama 16 th
lisi
terima kasih..
2020-10-13
0
Tri Soen
Ikut nyesek pokoknya pernah merasakan apa yg dirasakan Andira diduakan...sakiiiiiit bgtttt dech 😭😭😭
2020-09-28
0