Chapter 5 - Pergi Makan

Happy Reading...

***

"Gadis manismu itu boleh juga, kau bayar berapa dia semalam?" tanya Brian yang suka sekali mencampuri urusan Alex.

"Heh, apa kamu bilang? aku bukan wanita bayaran!" sentak Aliya yang sudah terlanjur emosi melepaskan diri dari tubuh Alex. Ia lalu menunjuk ke arah pria pirang di hadapannya itu.

"Woo tenanglah, kalau kau bukan wanita bayaran apa iya kau secara sukarela menyerahkan tubuhmu pada Alex, hah?"

Plak...

Pipi Brian memerah seketika dan terasa pedas sampai ia mengusap bekas tamparan Aliya.

"Gadis ini benar-benar..."

Alex langsung menahan tangan Brian yang mau menyentuh gadis mungil di hadapannya itu.

"Dia gadisku, kau lukai dia, kau berurusan denganku!" ancam Alex lalu menarik paksa lengan Aliya memasuki Lift.

Suasana hening nan canggung tercipta kala di dalam lift hanya ada mereka berdua.

"A-aku, aku gadismu?" Aliya memberanikan diri membuka suara seraya menunjuk wajahnya sendiri di hadapan Alex.

"Hahaha percaya diri sekali anda, aku bilang begitu agar Brian tak mengganggumu. Asal kau tau saja sudah banyak gadis yang ia permainkan, lalu dicampakkan begitu saja setelah mendapat tubuhnya. Apa kau mau menjadi korban selanjutnya?" Alex mengeluarkan satu batang rokok filter dan menyalakannya.

"Tidak, tidak, tidak, aku tak mau!" Aliya mengibaskan kedua tangannya di hadapan Alex.

"Dasar playboy cap buaya selokan! awas saja kalau sampai ia menggangguku, akan kubakar burungnya," gumam Aliya sambil meninju telapak tangannya sendiri.

Alex melirik gadis di sampingnya seraya berusaha menahan tawanya.

Pintu lift terbuka, keduanya keluar dan menuju parkiran mobil.

"Kita mau kema..."

Ucapan Aliya terhenti kala pria itu menoleh dengan tatapan tajam.

Gadis itu langsung menunduk pasrah saat memasuki mobil sedan warna putih. Kemudian, Alex melajukan kendaraannya menuju sebuah restoran kecil tempat favoritnya. Sepanjang perjalanan tak ada suara yang keluar dari bibir tipis gadis tersebut. Ia tak ingin merusak suasana hati lawan jenis di sampingnya itu.

Mereka sampai di sebuah restoran kecil yang terlihat asri bernuansa alam. Banyak tanaman dalam pot menggantung menyambut mereka ketika menginjakkan kaki di sana.

Cling...cling...

Gemerincing lonceng berbentuk bintang berbunyi ketika Alex membuka pintu utama restoran tersebut.

"Halo Alex! wah... lihat siapa gadis cantik yang kau bawa ini?" sapa seorang wanita paruh baya itu ketika melihat Alex memasuki restorannya. Senyumnya yang hangat menyambut kedatangan mereka.

"Halo nyonya Solaria, bagaimana tanganmu? apa sudah lebih baik?" tanya Alex penuh perhatian.

"Oh... tentu saja sudah, berkat kau, terima kasih ya," wanita itu mengibas rambut sebahunya yang sudah beruban.

"Sudahlah, itu tak seberapa," sahut Alex dengan senyum tulus yang baru itu Aliya lihat.

Aaaaa tampannya...

Kedua tangan gadis itu mengatup, memangku dagunya dengan pandangan berbinar-binar menatap Alex.

"Siapa nama gadis cantik ini?" nyonya Solaria menepuk bahu Aliya dan mengejutkannya.

"Astaga nyonya kau membuatku terkejut."

"Oh... maafkan aku, siapa namamu, nak?"

"Aku Aliya, pacarnya Alex?"

"Uhuk... uhuk..." Alex langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan spontan Aliya barusan.

"Wow hebat, kau pacarnya Alex? aku sangat bahagia mendengarnya, ketahuilah nak, pacarmu ini adalah orang yang paling baik yang pernah ku kenal."

Garis kerut di samping kelopak mata Nyonya Solaria tercipta kala ia tersenyum memuji Alex.

"Orang paling baik? maksudnya?" Aliya mengernyitkan dahinya tak mengerti.

"Dia itu orang yang membayar biaya operasi ketika tanganku patah, dan dia juga donatur tetap di panti asuhan serta rumah jompo dekat sini," ucap Nyonya Solaria bangga.

"Hah...?"

"Maaf nyonya bisakah bawakan kami pasta terenak buatanmu segera, dan dua gelas cola."

Alex memotong pembicaraan antara Aliya dan Nyonya Solaria segera ia tak ingin dua perempuan di hadapannya ini berlama-lama membicarakannya.

"Oke, baiklah, aku akan segera menyiapkannya, silahkan duduk di tempat ternyaman, terserah kalian, pilih saja!" ucapnya mempersilahkan, kemudian ia pergi menuju dapurnya.

Seorang perempuan berkacamata tebal dengan rambut kepang dua berwarna cokelat masuk ke dalam restoran. Ia tersenyum pada Alex dan Aliya. Alex lalu menyapanya dengan senyuman dan lambaian tangan.

"Kau mengenalnya?" tanya Aliya yang sudah duduk di hadapan Alex.

"Tentu saja, dia kan cucunya nyonya Solaria."

"Ooh... oke kumohon hentikan!" Aliya menarik puntung rokok dari mulut Alex lalu mematikannya di dalam asbak yang berada di atas meja.

"Hei, apa yang..."

"Kita mau makan jadi jangan merokok, mengerti!" seru Aliya dengan tatapan mautnya memandang Alex.

***

Setelah memakan habis dua pasta fetuccini dengan saus bolognaise, Alex dan Aliya pamit kepada Nyonya Solaria dan Rubi.

"Terima kasih nyonya, itu pasta terenak yang pernah ku rasakan," ucap Aliya seraya memeluk wanita paruh baya itu.

"Tentu saja enak, ku jamin kau tak akan bosan merasakannya. Jadi, sering-seringlah datang ke mari," balasnya seraya tersenyum hangat.

"Tentu saja, iya kan, pacar?" Aliya menoleh pada Alex yang menunjukkan wajah sinisnya.

"Kalian itu memang pasangan serasi ya, kuharap kalian segera menikah," ucap Nyonya Solaria menoleh pada Alex.

"Amin, aku juga berharap seperti itu," sahut Aliya dengan senangnya menggoda Alex.

"Aku pamit nyonya, Rubi, permisi."

Alex langsung ke luar dari restoran tersebut dan bergegas menuju mobilnya.

"Aku juga pamit, dah semuanya... "

Aliya bergegas menyusul Alex meski sangat sulit menyamai langkah pria di depannya itu.

"Tunggu aku!" seru Aliya mencoba menahan Alex.

Gadis itu langsung masuk ke dalam mobil tersebut ia takut pria itu akan meninggalkannya.

"Kalau bukan karena ada Nyonya Solaria, sudah kubungkam mulutmu itu dengan peluruku," sinis Alex berucap.

"Tapi kan tadi juga kau bilang aku pacarmu di depan temanmu tadi," sahut Aliya lirih mencoba membela diri.

"Brian bukan temanku!"

"Oh... namanya Brian," celetuk gadis itu.

"Aduh... tanggal berapa sekarang?" tanya Aliya mulai panik ia merasakan sesuatu yang basah terasa di bagian sensitifnya.

"25 Agustus, kenapa?"

"Astaga, pantas saja ini sudah tanggalnya..."

"Apa maksudmu?" tanya Alex tak mengerti sambil fokus melakukan mobilnya.

"Bisakah kita berhenti di supermarket atau semacamnya?" pinta Aliya dengan wajah memelas.

"Kau ini mau apa sih? memangnya kau kenapa?" Alex mulai geram bertanya pada Aliya.

"Aku... ummm aku... kurasa aku datang bulan," jawab Aliya menundukkan kepalanya sambil memilin ujung kausnya.

"Hah? kau datang apa?"

Alex menghentikan laju kendaraannya secara mendadak di tepi trotoar.

"Datang bulan..."

"Apa itu datang bulan?" tanya Alex dengan raut wajah polosnya.

Astaga, laki-laki macam apa ini sampai segitu lugunya tak tau datang bulan pada perempuan.

Aliya menatap Alex dengan gemas.

*****

To be continue...

See you next chapter...

Jangan lupa like, komen dan rate bintang 5...

Bantu promote ke semua teman-teman kalian semua ya ajak mampir...

Thank you sayang-sayangnya Vie...

Love you all 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Wati Simangunsong

Wati Simangunsong

oohh so swett

2022-10-17

0

Luigi Volkard

Luigi Volkard

wkwkwkwkw dasar cowok jadul 😂

2022-03-22

0

Ova

Ova

datang bulan itu kakak nya datang hari adeknya datang tahun om... 😁😁😁

2021-10-05

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!