Tiga perampok bank itu menodongkan senjata ke masing-masing sandera mereka. Mereka menjadikan para sandera tersebut tameng agar para polisi tak menembak.
"Lepaskan mereka!" pinta Kapten Amir pada sang bos mencoba bernegosiasi.
"Kami akan melepaskan mereka di dekat jalan tol, jadi berikan kami jalan, kalau tidak mereka mati!" gertaknya.
"Sabar, sabar, saya pastikan kalian selamat tapi lepaskan mereka," ucapnya dengan pandangan tertuju pada Aliya yang berada di tangan Alex.
"Semuanya masuk! tak ada tawar menawar lagi, jangan ada yang ikuti kami, jemput mereka di ujung tol!" bentaknya.
Para perampok dan tiga sandera tersebut masuk ke dalam mobil van berwarna biru. Amir masih mengamati wajah Aliya sampai ia teringat akan sesuatu.
"Aliya..."
Aliya menoleh pada Amir begitu juga dengan Alex sebelum mobil van itu melaju menuju ujung tol.
"Namamu, Aliya?" tanya Alex dengan berbisik.
Aliya menganggukan kepalanya mengiyakan.
"Kau kenal dengan polisi tadi?" bisik Alex.
Aliya menggelengkan kepalanya kali ini.
"Turunkan mereka di sini, kita berpisah di sini!" ucap si Bos.
Pria kekar itu memukul sandera laki-laki di tangan Jae sampai tak sadarkan diri. Pria itu lalu membuka topeng wajahnya, begitu juga dengan Jae dan Alex.
"Bagianmu akan segera ku kirimkan, kau urus pria itu!" ucap si Bos pada satpam bank tersebut.
"Bagaimana dengan gadis itu?" tanya si satpam menunjuk Aliya.
"Kita jual dia ke rumah bordil."
Mata berwarna hazel milik Alex itu memandang Aliya.
"Kurasa dia anak orang kaya, bagaimana jika aku meminta tebusan dari orang tuanya?" tanya Alex menyentuh rambut hitam nan halus milik Aliya.
"Terserah kamu saja, tapi ingat, jika dia menyebabkan kita tertangkap, aku juga akan membunuhmu!" ancam si Bos.
Mereka berpisah dengan mobil masing-masing di tempat yang yang berbeda. Alex menarik lengan mungil Aliya yang terikat itu agar melangkah cepat.
"Jangan cepat-cepat dong jalannya!" protes Aliya.
Tak ada jawaban dari pria bertubuh tegap itu selain menarik tangan Aliya sampai ke mobil sedan putih yang terparkir di pinggir hutan.
"Masuk!"
Alex membuka pintu mobilnya dan menekan kepala Aliya turun agar masuk ke dalam mobil tersebut.
"Kubuka ikatanmu, tapi jika kau berteriak..."
"Apa? kau akan menembakku?" tantang Aliya.
"Ya sudah kalau sudah tau, kau yang minta diculik kan? sekarang tanggung akibatnya!"
Senyum sinis tersungging di bibir Alex yang terlihat seksi di mata Aliya itu. Gadis itu menatap pria yang sedang fokus menyetir itu dengan lekat. Sesekali Alex mendorong pipi Aliya pelan agar menoleh ke arah lain. Namun, wajah Aliya selalu kembali menatapnya.
"Kita mau kemana, sih?" tanya Aliya.
"Buktikan padaku jika kau berharga untukku? seberapa kaya ayahmu?" tanya Alex penuh ketegasan.
"Ish kau itu, memangnya masih tak cukup juga uang di dalam tas itu?" Aliya menunjuk tas besar di kursi belakang.
"Jawab pertanyaanku atau aku akan..."
"Ya, ya, ya aku paham, dengarkan ceritaku," ucap Aliya.
"Pada jaman dahulu lahirlah seorang putri yang cantik bernama Aliya Wijaya. Putri cantik itu sangat pintar, dan dia..."
Ucapan Aliya terhenti saat todongan pistol itu menyentuh dahinya.
"Singkat, padat, jelas!" tegas Alex.
"Astaga, gak ada romantisnya sama sekali sih, dikit-dikit tembak, dikit-dikit tembak. Iya kalau nembaknya pakai cinta, eh ini pakai pistol beneran," gerutu Aliya seraya memukul pahanya sendiri dengan gemas.
"Siapa orang tuamu?" tanya Alex.
"Ibuku sudah meninggal, ayahku bernama Sahid Wijaya, pengusaha produk kesehatan kulit merek terkenal yang iklan sabunnya tuh perempuan pakai handuk warna pink terus ngomong gini nih, "Bersih, harum dan enak untuk disentuh" gitu deh."
Alex hampir saja tertawa ketika melihat cara Aliya menuturkan iklan sabun tersebut. Bukannya terlihat seksi menggoda, akan tetapi gadis itu terlihat seperti cacing kepanasan di mata Alex.
"Hoi...! tau gak, iklan sabun itu?" tanya Aliya.
Alex menggelengkan kepalanya dan menunjukkan ekspresi datarnya yang masih fokus menyetir.
"Hmmm kudet berarti nih cowok, gak pernah nonton iklan di tv," gumam Aliya.
"Aku jarang melihat acara tv yang membosankan itu, lagi pula kalaupun aku sedang melihat tv, kenapa harus fokus pada tayangan iklan? dasar gadis bodoh!"
Alex menunjukkan wajah smirk-nya.
Mereka akhirnya sampai di sebuah apartemen yang terlihat kumuh. Gedung itu memiliki sepuluh lantai dengan dinding cat yang mengelupas.
"Masih ada orangkah tinggal di sini?" tanya Aliya.
"Kau pikir aku dan mereka semua itu hantu?" sinis Alex menimpali.
"Apartemen Idaman," gumam Aliya saat melihat nama apartemen tersebut.
"Hidih idaman dari mana? nyatanya bangunan yang katanya apartemen ini gak ada tuh cakep-cakepnya," gumam Aliya.
"Wuidih tumben bawa cewek, aku pikir kamu penyuka makhluk sejenis lho, Lex," Seorang wanita bertubuh sintal menyapa Alex. Dengan gamblangnya ia tunjukkan payuda*a besarnya saat menyusui balitanya pada Alex. Aliya langsung merasa risih melihatnya.
"Makhluk? emangnya aku makhluk apa? sejenis ikan paus gitu, hahaha," jawab Alex seraya mengusap kepala balita tersebut.
"Hahaha seneng deh kalau ternyata kamu normal, welcome to the hell girls!" seru wanita itu seraya mengedipkan satu matanya pada Aliya.
Gadis itu memaksakan senyumnya lalu mengikuti Alex masuk ke dalam lift.
"Besar, ya?" celetuk Aliya memandangi ke arah bawah lehernya sendiri.
"Hah, jangan bandingkan sama punya sendiri, nanti depresi, lalu minta operasi suntik silikon lagi," hina Alex yang sekilas menoleh ke arah bagian dada milik Aliya. Kedua tangan gadis itu langsung menutupinya.
Ting... pintu lift terbuka di lantai tujuh.
Sepanjang koridor itu, Aliya hanya menghitung ada lima kamar di sana. Alex membuka pintu di kamar 705 yang terletak paling sudut.
"Astaga... ini rumah apa kapal pecah?" pekik Aliya. Gadis itu tak percaya dengan indera penglihatannya.
Pakaian berserakan bercampur dengan sampah bekas makanan di lantai. Hawa pengap dan kurang sedap menusuk ke lubang hidung milik Aliya.
"Di sini gak ada kamar, cuma ada kasur satu, jadi kamu tidur di sofa. Besok baru kita hubungi Ayahmu," ucap Alex dengan ketusnya.
Pria itu membuka kausnya di hadapan Aliya dan melemparnya tepat sampai menutupi wajah Aliya.
"Ish... nyebelin banget nih co...wo."
Alex hanya mengenakan celana boxer menunjukkan pahanya yang kekar. Dengan santainya ia berjalan meraih handuk lalu menuju ke kamar mandi.
Brak...!
Hentakan pintu kamar mandi yang tertutup itu menyadarkan Aliya dari lamunan liarnya yang melintas begitu saja saat melihat tubuh Alex yang hampir tanpa busana di matanya.
"Cobaan apalagi ini, Ya Tuhan... sadarkah dia kalau bentuk tubuhnya itu bisa membuat para perawan rahimnya langsung anget macam aku, aargghh...!!!"
Aliya mengacak-acak rambutnya sendiri dengan gemas.
"Hmmm...baiklah Aliya kamu bisa, mari kita bersihkan rumah sampah ini," ucap Aliya menyemangati diri sendiri.
******
To be continue
See you next chapter...
Jangan lupa di Like, komen, rate bintang 5 dan masuk favorit kamu ya... 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
aliya prlu aku pnggilkn tante silla dan om lee untk brsihkn untk apertemen idaman
2022-10-17
0
Luigi Volkard
lucu juga pasangan aneh niii😅
2022-03-22
0
Nyonyaemuhaimin
ikutan anget aku ngebayangin babang alex😂😂😂
2021-11-21
0