Di rumah besar milik keluarga Wijaya, pria paruh baya itu berjalan mondar-mandir sambil menghisap cerutu di samping kolam renang miliknya.
"Kamu sudah menghubungi semua teman Aliya yang kamu tahu?" tanya Tuan Sahid pada dua orang preman suruhannya.
"Sudah, Tuan."
"Lalu dimana anakku sekarang?" tanyanya dengan geram.
Tak ada jawaban dari dua orang suruhannya tersebut.
Tap tap tap.
Derap langkah kaki bersepatu pantofel pria itu datang dari arah ruang tamu menuju ke tepi kolam renang menemui Tuan Sahid.
"Selamat siang, Tuan!" Sapa pria berseragam polisi itu di hadapan Tuan Sahid.
"Amir, halo apa kabarmu? kau terlihat gagah sekarang," ujar Tuan Sahid dengan wajah berseri.
"Baik, Tuan."
"Jangan panggil aku Tuan, panggil saja Ayah, sebentar lagi kau akan menjadi menantuku, kan?"
Tuan Sahid mengerlingkan matanya seraya menepuk bahu pria di hadapannya itu.
Amir tertawa kecil di sana, sahabat semasa kecilnya itu kini akan menjadi istrinya setelah mereka berpisah 10 tahun lamanya.
"Begini Tuan, eh maksudku Ayah, apa ada kabar dari Aliya seperti seseorang menghubungi anda baru-baru ini?" tanya Amir.
"Tidak ada yang menghubungiku, apa kau tau sesuatu tentang Aliya sekarang ini?"
"Tontonlah berita di tv sekarang, Ayah!" Amir melangkah menuju tv berukuran besar di ruang tengah.
"Dimana remote-nya ya?" gumam pria itu.
"Ini, silahkan!" Tuan Sahid menyerahkannya pada Amir.
Amir mencari sebuah saluran berita yang menceritakan tentang perampokan hari ini ini.
"Apa maksudnya? aku masih tak mengerti," tukas pria tua itu.
"Mereka tiga kawanan perampok itu membawa tiga orang sandera, dan salah satunya adalah Aliya."
"APA?!"
"Ba-ba-bagaimana itu bisa terjadi?" pekik Tuan Sahid.
"Saya juga belum tau bagaimana bisa Aliya ada di sana? dan dia tidak mengenali saya," ucap Sahid.
"Hmmm anak itu, mungkin dia lupa karena perubahan bentuk tubuhmu ini, dulu kan kau gendut," sahutnya.
"Mungkin saja, sekarang saya sangat mengkhawatirkan Aliya, karena salah satu dari sandera ditemukan tewas."
"Astaga, kumohon temukan Aliya, temukan dia, Nak!"
Pintanya menarik kerah seragam milik Amir.
"Baik Ayah, saya akan melakukan pencarian segera, tolong kabari saya jika ada yang menghubungimu untuk meminta tebusan atau semacamnya," ucap Amir.
Tuan Sahid mengangguk, raut wajah kesedihannya sangat terlihat di wajah rentanya.
***
Aliya berperang dengan puluhan kecoa yang selalu melintas di apartemen milik Alex. Teriakan demi teriakan tercipta dari bibir tipisnya sambil memegang gagang sapu.
"Berisik...!!!" pekik Alex menutup wajahnya dengan bantal.
"Ihhhh... makhluk macam apa sih kamu yang betah banget jadi presiden kecoa!" Maki Aliya.
Dengan kesalnya ia menghampiri Alex yang terbaring di atas kasur kumalnya.
"Ayo, antar aku, kita cari obat semprot serangga!" ajak Aliya melempar gagang sapu ke lantai lalu menarik tangan kekar Alex dengan kuat.
"Apa sih?! Tak mau!" sanggah Alex.
"Ayo ikut aaaa..."
Tubuh mungil Aliya tertarik oleh pria itu dan menghantam dada bidangnya.
Kedua pasang mata mereka saling bertemu. Hening seketika ditambah lagi seolah waktu terhenti di dalam ruangan tersebut.
Tiba-tiba seekor kecoa mendarat di atas kepala Alex dan membuat gadis itu spontan meraih buku tebal di meja kecil samping ranjangnya.
Plak!
"Aduh...!" teriak Alex sambil menyentuh tubuh kecoa besar yang telah hancur lebur di kepalanya.
"Iyuh... jijik banget...!!!" Aliya langsung berdiri di atas ranjang Alex dengan melompat panik, namun gadis itu tak sengaja menginjak si junior yang dibanggakan milik pria tersebut.
"Ouch...!" teriak Alex yang langsung sigap memegangi juniornya tanpa suara dan menggigit bibir bawahnya. Wajah pria itu tampak memerah kesakitan.
"Astaga, apa yang sudah kulakukan? Aaaaaaa!" pekik Aliya langsung berlari menuju kamar mandi untuk bersembunyi.
"Lebih baik bertemu kecoa daripada dihajar monster tampan itu," gumam Aliya langsung mengunci pintu kamar mandi dan menahan gagang pintunya.
"GADIS IDIOT...!!!"
Alex berteriak dari luar kamar mandi lalu menggedor pintunya dengan kuat.
"BUKA PINTUNYA...!!!" geram Alex.
"Tidak mau...!" sahut Aliya dari dalam.
"BUKA PINTUNYA ATAU..."
"Kau akan menembakku, kan? aku sudah paham ancamanmu," sahut Aliya.
Tiba-tiba peluru dari senjata api dengan peredam suara menembus pintu kamar mandi. Hampir saja peluru itu mengenai kaki Aliya.
Ya Tuhan, laki-laki ini benar-benar gila.
Batin Aliya merutuk dalam hatinya yang mulai cemas ketakutan.
"Oke, hentikan tembakanmu! aku akan keluar, kau janji ya jangan menembakku?"
Klik.
Perlahan-lahan gadis itu membuka pintu kamar mandinya sambil mengintip.
Alex langsung bersiap dengan todongan senjatanya ke dahi gadis itu.
"Ka-ka-kau sudah janji tidak akan menembakku kan kalau aku buka pintu?" ucap Aliya ketakutan.
"Kapan aku bilang janji padamu?" Alex menatap Aliya dengan geram.
"Ta-ta-tapi, hmmm baiklah maafkan aku... Aku pasrah jika kau ingin membunuhku, tapi paling tidak..."
Tiba-tiba bunyi perut yang kelaparan tercipta dari perut ramping milik Aliya.
"Tuh kau dengar, kan? paling tidak sebelum kau membunuhku, tolong beri aku makan..." pinta Aliya menunjukkan wajah paling memelas yang ia punya sambil mengedip-ngedipkan mata lentiknya itu.
"Kau itu benar-benar... aargghh...!"
Alex pergi dari hadapan Aliya. Pria itu meraih jaket hitam di sisi ranjangnya setelah menyimpan senjatanya di tempat tersembunyi.
"Ayo, ikut aku!" ajak Alex.
Gadis itu menatap Alex dengan wajah bingung sambil memutar jari telunjuknya ke dalam lubang telinganya seraya berucap, "Aku tak salah dengar, kan?"
"Aku tak akan mengucap dua kali."
Alex membuka pintu apartemen miliknya menuju ke luar.
"Tunggu...!" teriak Aliya dan langsung berlari, ia tak sengaja menabrak punggung Alex.
"Ma-ma-maaf..." Aliya malah memeluk Alex dari belakang menenggelamkan wajahnya. Ketakutan melandanya lagi kala ia harus menatap wajah pria itu.
"Wow, pemandangan yang luar biasa."
Prok prok prok.
Seorang pria berbadan tegap itu menepuk tangannya sendiri. Rambut pirangnya berkilau terkena pantulan cahaya lampu di koridor tersebut.
"Aku hampir saja percaya kau itu penyuka sesama jenis, tapi kini, aku rasa berita itu hanya isapan jempol belaka, ternyata kau masih suka sama perempuan."
"Hah, lalu apa yang kau lakukan di sini? menganggu aku pacaran saja!" Alex menggenggam kedua tangan Aliya yang sedang memeluk pinggangnya.
Deg...
Jantung Aliya berdetak makin kencang tak beraturan saat mendapatkan sentuhan tangan Alex.
Sebentar, apa aku mendengar kata pacaran? aku dan Alex, pacaran? astaga Tuhan, apa maksudnya dia bilang aku dan dia pacaran?
Aliya makin menenggelamkan wajahnya di punggung tegap pria penculiknya itu.
******
To be continue...
See you next chapter...
Jangan lupa like, komen dan rate bintang 5...
Bantu promote ke semua teman-teman kalian siapa ya mampir ya sayang-sayangnya Vie...
Love you all 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
mngkin aliya agr aman dr laki2 barusan
2022-10-17
0
☆chika
ni dua orang manusia lucu banget si
gemeees
2022-03-23
0
Luigi Volkard
🤗🤗😂😂😂 sungguh ter ulala
2022-03-22
0