Aku berlari menuju pendopo, di sana teman sekelompoku sudah menunggu, hampir saja kelompok atau regu kami gugur karena tidak lengkap karenaku.
Selama cerdas cermat aku menjawab semua pertanyaan dengan benar, bu Irma wali kelasku bertepuk tangan dan menyoraki kata semangat padaku. Saat pertanyaan rebutan terakhir, tiba - tiba aku ngeblank atau kalut saat melihat kak Heri memperhatikanku dan menatapku dengan tajam, namun saat menoleh ke sebelah kanan, aku tersadar mungkin kak Heri memperhatikan Clara bukan aku, aku pun bisa menjawab lagi soal terakhir, regu kami pun jadi pemenangnnya.
Setelah mengikuti kuis cersas cermay, banyak sekali siswa dan siswi yang ingin berkenalan denganku dan meminta nomor handphoneku.
Saat berjalan ke asrama bersama yang lainnya, tiba - tiba salah satu siswa menghampiriku san menyodorkan tangannya sambil memperkenalkan dirinya. Aku pun meraih tangannya dan berjabatan dengannya, Arya adalah salah satu siswa popular atau terkenal se provinsi jawa barat karena segudang prestasinya, dia juga mengikuti ajang mojang jawa barat.
"Kenalkan aku Arya dari SMA Negeri di Kerawang, kamu cerdas sekali, aku boleh minta ajarin matematika, setelah makan malam sebelum api unggun ketemu di pohon dekat asrama ya". Kata Arya.
"Saya Naya, Ok". Aku pun melanjutkan perjalananku ke asrama.
Kami semua bergegas mengganti pakaian olahraga untuk games kekompakan, saat melihat games kekompakan yaitu dimana anggota regu berpasangan akan memegang kayu untuk diinjak teman regunya bergantian sampai jarak yang ditentukan panitia. Aku berpikir sedikit ngeri karena teman sekelompokku rata - rata berbadan kecil, sedangkan aku siswi paling gendut dan besar di LPK ini, tangan kananku menutup wajahku, dan tangan kiriku memegang perutku.
Tibalah giliranku yang menginjak papan kayu itu, semua panitia yang mengawasi regu kami, mereka memberikan semangat agar aku nyakin menaikinya, saat tiga kayu terakhir tiba - tiba kak Heri datang dan benar saja teman - teman reguku tidak konsentrasi dan akhirnya kayu yang mereka pegang tidak kuat, aku pun jatuh terperosok, tangan kiriku terkena bebatuan karena menahan badanku. Teman - temanku kaget dan membantuku sambil meminta maaf padaku.
"Kamu gak kenapa - kenapa, ada yang luka gak dek". Tanya Kak Nanda sambil membersihkan tanah di bajuku.
"Parah loe Her, anak orang loe bikin jatuh, untung gajah gak bikin gempa". Kata kak Geri sambil merangkul kak Heri dan mengajak kak Heri pergi dari hadapanku.
Kak Heri tidak tertawa ataupun tersenyum sama sekali saatku jatuh, seharusnya jika memang dia sengaja menjatuhiku, dia harusnya tertawa atau tersenyum namun dia tidak melakukan itu.
Setelah selesai penilaian games kekompakan, kami semua kembali ke asrama untuk membersihkan diri, aku menahan sakit tangan kiriku, aku melihat tangan kiriku membiru dan bengkak.
"Nay, tangan kamu gak kenapa - kenapa, coba aku lihat, ya ampun... astaga Nay! gimana nanti pas ikut flying fox outbond besok, apalagi berpegangan sama tali terus nahan tali, terus kita masih seminggu loh di sini, inj baru hari pertama". Kata Clara sambil meraih tanganku dan melihat tanganku.
"Aku gak kenapa - kenapa kok, santai aja, boleh duluan gak ke kamar mandinya". Kataku sambil membawa handuk di bahuku. Aku pun bergegas membersihkan diri.
Setelah sholat berjamaah, semua siswa dan siswi berseragam pramuka kembali dan menuju lapangan perbukitan untuk mengikuti api anggun, aku yang sudah janji dengan Arya jalan belakangan, semua anggora reguku sudah duluan ke api anggun, masih ada waktu setengah jam sebelum api unggun di mulai, tinggal aku sendiri yang berjalan menuju keluar asrama, saat berjalan menuju pintu tiba - tiba ada yang menarik tangan kiriku.
"Aduh! sakit". Kataku menahan rasa sakit dan karena masih bengkak sampai membuatku meneteskan airmata. Saat aku menoleh ternyata kak Heri yang meraih tanganku.
"Maaf, maaf, maaf, tenang dulu ya, kamu duduk di sini, jangan kemana - mana". Kata kak Heri sambil melepas tangannya dan menyuruhku duduk di bangku.
Aku yang masih kesal dengannya mencoba menurutinya, aku duduk, tidak lama kemudian kak Heri masuk ke dalam dan keluar lagi sambil membawa Minyak Urut, dia meraih tangan kiriku dan meletakkannya di atas meja, dia mulai membalurkan minyak urut itu ke telapak tanganku yang bengkak, dia mulai memijatnya dan meniup - niup tanganku sambil sesekali menatap wajahku.
Aku yang merasa heran dengan tingkahnya hanya biasa saja menghadapinya, tak lama aku berdiri dan melepaskan tanganku darinya, aku pun segera berlari keluar asrama dan menuju pohon depan pendopo, benar saja Arya masih menungguku, aku mengambil bukunya dan aku mulai menjelaskan soal matematika yang dia tidak bisa, setelah itu kami pun berjalan bersama ke arah api unggun. Saat menoleh ke asrama ternyata kak Heri memperhatikan kami berdua dari jendela asrama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments