Nadia tersenyum miris, "Meninggalkan dan ditinggalkan sudah melekat sejak beberapa jam saya dilahirkan nyonya, saya tidak memiliki apapun untuk takut kehilangan." ucap Nadia tegas.
seberapa banyak rasa sakit yang kamu resakan selama ini nak, lirih Aisyah.
"Kau sudah pernah bertemu dengan putraku bukan? kurasa dia cukup tampan untuk menjadi suami impian semua orang ?" ucap Attar.
Sekali lagi Nadia tersenyum sembari menatap Attar, "Jika dia adalah suami impian setiap orang, apa mungkin anda perlu memaksa saya menikahinya dengan cara seperti ini." jawab Nadia yang membuat kedua orang tua itu mengangguk setuju.
"Mungkin banyak yang ingin menikahi harta putra anda tuan, tapi saya ragu jika benar-benar ada yang menginginkan putra anda, bukankah itu juga alasan anda membuat perjanjian ini ?" tanya Nadia.
"Ternyata kamu sangat cerdas dan teliti dengan apa yang kamu lihat, oke paling tidak cucuku bisa memiliki kecerdasan yang dimiliki ibunya." sahut Attar yang tiba-tiba mendapat delikan mata dari Aisyah.
"Cukup nak, istirahatlah sekarang, nanti malam adalah pernikahanmu."
Nadia melihat Aisyah dengan tatapan yang sulit diartikan, merasa ditatap lama oleh calon menantunya semakin membuat Aisyah salah tingkah. "Lusy siapkan kamar untuk nona muda." alihnya.
"Baik nyonya," ucap Lusy sambil menunduk hormat, "mari nona," ajak Lusy. Nadia mengikuti Lusy dari belakang, Nadia hanya mengikutinya.
"Dia sangat tegar, semoga saja Ibra bisa memperlakukannya dengan baik," ucap Attar
Aisyah hanya melirik tidak suka dengan ucapan suaminya, "Jangan lagi terlalu keras kepada menantuku," ucapnya kesal.
"Jangan khawatir honey, aku hanya mengetesnya,"
"Kau tau bagaimana aku dulu diperlakukan oleh keluarga ningratmu itu, jangan berbuat seperti itu kepada menantuku juga." hardiknya kemudian berlalu pergi.
"Aisshh, dia selalu meninggalkanku dan marah karena hal tidak penting seperti ini," ucap Attar sambil berlari mengikuti istrinya.
***
Kamar Nadia
Nadia memasuki sebuah kamar yang luasnya seperti rumah yang ia tempati di panti asuhan sejahtera, "silahkan istirahat nona, saya pamit undur diri," ucap Lusy sambil menutup pintu kamar Nadia.
Tubuh Nadia lemas, kakinya seperti mati rasa, ia segera terduduk di karpet setelah Lusy menutup pintu kamar. Air mata itu mengalir semakin deras, kekuatan dan keyakinan yang ia bangun kokoh sebelum datang ke rumah ini runtuh begitu saja.
Sesulit inikah hidup yang yang harus kujalani. ya Allah. batin Nadia.
Nadia terus menangis hingga mengantuk dan tertidur di atas karpet itu. Tak lama Nadia terbangun ketika mendengar suara adzan yang keluar dari handphone.
"Uhmmm,, " Nadia terbangun kemudian menggerakkan otot-otot di tubuhnya, ia merasa lelah bahkan ketika tidak melakukan apapun seperti ini.
Nadia mengambil tas kumuh yang ada di sampingnya dan mengeluarkan beberapa alat mandi yang biasa di pakainya, kemudian berjalan menuju pintu yang menurutnya adalah kamar mandi. Benar saja tebakannya, itu adalah kamar mandi modern dengan bak mandi besar yang membuat siapapun ingin segera berendam di sana jika melihatnya. Nadia menyentuh sofa yang juga ada di dalam kamar mandi itu, "di dalam kamar mandi bisa ada sofa halus dan empuk seperti ini, " ucapnya ketika menduduki kursi tersebut dan sedikit menaik turunan tubuhnya.
Tidak cukup hanya dengan itu, masih ada beberapa perawatan lengkap perempuan yang sudah disiapkan untuk ia pakai di sana, Nadia mendekat dan melihat perawatan itu satu persatu, ada sedikit senyuman terukir di bibirnya, namun hilang seketika dia ingat apa yang membuatnya berada disini, "cukup Nadia ini bukan punya kamu, ayo sadar sadar kamu di sini cuma numpang satu tahun.'' ucapnya sambil menepuk-nepuk kedua pipinya.
Nadia segera membasuh tubuhnya di bawah guyuran air shower, sebenarnya ia ingin mencoba berendam, namun pikiran itu ia tepis karena tidak ingin diperbudak oleh kemewahan yang hanya sementara.
Seusai mandi, Nadia meraih gagang pintu, namun langkahnya di kejutkan oleh beberapa orang yang sudah ada di dalam kamar yang ia tempati, "untung udah ganti baju" pikirnya.
"Silahkan menyiapkan diri nona, mereka yang akan merias anda untuk acara malam ini." jelas Lusy kepada Nadia.
"Baik, pergilah" ucap Nadia singkat, sesungguhnya Nadia sedikit tidak menyukai wanita itu, dia tidak suka cara Lusy memperlakukan nya beberapa hari ini.
"Baik nona." ucapnya kemudian pergi.
***
Di sebuah perusahaan industri hiburan Ibra sedang marah-marah karena keputusan orang tuanya yang mendadak ingin menikahkannya malam ini, pasalnya malam ini ia sudah ada janji bertemu dengan klien penting untuk kemajuan bisnisnya di dunia hiburan.
"Mereka selalu seenaknya melakukan apapun yang mereka inginkan. Aaaahhh shitt." ucapnya sambil menggebrak meja yang ada di depannya.
"Bukankah anda juga seperti tuan dan nyonya besar tuan muda." Ucap Sakti dalam hati, Sakti hanya bisa menelan mentah-mentah amarah tuannya itu, karena inilah yang hampir di lakukan setiap hari oleh Ibra ketika ada sesuatu hal yang tidak berjalan dengan yang ia inginkan.
Ibra mengambil handphone miliknya dan mencari nama Rafael di sana, setelah menemukanya ia mengklik tombol berwarna hijau dan menunggu Rafael menerima telfonnya.
"Yoo Ibraa, gimana gimana?" tanya Rafael antusias.
"Lo gantiin gue rapat ntar sama klien dari China."
Rafael diam dan tidak menanggapi ucapan Ibra, "Hey loh budek apa gimana sih Raf? " tanyanya tidak sabar.
"Tumben klien penting kayak gitu lo kasih ke gue." heran Rafael.
"Gue ada urusan, lo gak perlu tau. Yang jelas gue mau kita yang dapet kerjasama itu," jelas Ibra.
"Oke siap bos, "
Setelah mengakhiri panggilan tersebut, Ibra melemparkan handphone sembarangan di meja. Dia meremas rambutnya kasar, "Aahhhhh" ucapnya sambil menggeser semua benda yang ada di meja itu dengan tangannya hingga berjatuhan ke lantai.
"Anda tidak perlu mengkhawatirkan yang lain tuan muda." jawab Sakti berusaha menenangkan kegusaran Ibra.
"Kau urus sisanya, jangan sampai dia tau tentang semua ini. Gadis cilik itu rasanya aku ingin mencekiknya karena kesal." ucap Ibra dengan tangan yang bergerak-gerak gemas ingin mencekik seseorang.
Emosi tuan muda semakin tidak stabil akhir-akhir ini, untung saja anda tampan dan kaya, hehe. batin Sakti yang sudah kebal dengan kemarahan tuannya itu.
"Jangan mengumpat ku dalam hati Sakti," ucap Ibra yang faham betul asistennya itu.
Sakti hanya tertawa mendengar ucapan Ibra, bener-bener nggak bisa bohong di hadapan tuan muda, belajar dimana sih tuan muda bisa pas banget tebakannya, batinnya lagi.
"Dasar gak guna, bisanya ngomong terus dalam hati, keluar dari ruangan saya, " Sakti melongo seketika, gimana caranya tuan muda bisa tau sih, dia ada ilmu gituan kali yak, Sakti terus berbicara dalam hati sambil keluar dari ruangan kerja Ibra.
"Awww ... " ucap sakti.
.
.
.
Jika kalian menyukai karya author jangan lupa beri dukungan like dan vote melalui koin atau poin ya.
Jangan lupa juga untuk klik favorit agar kalian bisa tau update cerita selanjutnya.
Terimakasih atas dukungan dan komentar positif teman-teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Amelia Zahra
lanjut baca dulu
2021-03-22
0
Zee Ka
seru lanjut
2020-12-23
2
jai
makin ssuuka
2020-11-22
1