Restoran Pesona Food
Sore itu Nadia pamit kepada ibu kepala panti untuk pulang terlambat. Ia tidak membicarakan perihal surat pendek dan alasannya pergi.
"Nadia akan belajar kelompok di rumah Ririn bu, mungkin akan pulang sedikit malam jadi Nadia akan bawa kunci panti. " Ucapnya ketika berpamitan dengan Fatimah si ibu kepala panti.
"Hati-hati nak, jika pulang terlalu malam menginap saja di sana, ibu khawatir jika kamu pulang sendirian di malam hari. " Ucapnya menenangkan.
"Ibu tidak perlu khawatir dan menunggu, jika pulang terlalu malam Nadia akan menginap di sana. Nadia pamit Assalamu'alaikum, " pamit Nadia sambil mencium punggung tangan Fatimah.
"Wa'alaikumussalam, " Fatimah mengantarkan Nadia hingga di depan pintu panti, ekor matanya tetap menatap kepergian Nadia dengan sepeda pancal miliknya hingga gadis kecil itu tak terlihat.
"Gadis itu sudah semakin dewasa, saat pertama kali dia di temukan di depan pintu panti ini tubuhnya masih sangat merah, tak terasa waktu berlalu begitu cepat, " lirih bu Fatimah sendu memikirkan nasib Nadia kedepannya.
***
Nadia menyusuri jalanan yang cukup jauh untuk sampai di tempat tujuannya, ini juga menjadi salah satu alasan dia berangkat di sore hari. Dia bersenandung kecil sambil mengayuh sepedanya. Tanpa ia sadari ada sebuah mobil mewah berwarna hitam sedang mengikutinya.
Mobil itu mulai mengikuti sejak Nadia keluar dari pintu panti. Namun Nadia sama sekali tidak menyadarinya, hingga satu setengah jam lamanya sepeda pancal yang di kendarai Nadia tetap melaju dengan nyaman, sesekali dia berhenti untuk melakukan sholat maghrib dan beristirahat. Berbeda dengan seseorang yang sedari tadi mengikutinya.
"Kemana tujuan dia sebenernya? sejak tadi hanya mengayuh sepeda dengan hanya sesekali berhenti, lihat wajahnya itu seperti tidak merasakan lelah sama sekali. " Kesal seseorang yang kini semakin emosi melihat tawa dan senyum gadis di atas sepeda itu.
"Bagaimana mungkin dia masih bisa tertawa seperti itu ketika dia hendak mengantarkan nyawanya padaku. " Cibir laki-laki itu masih dengan emosinya karena merasa dipermainkan karena sudah mengikuti gadis cilik itu pergi.
"Apa aku terlihat seperti seorang pedofil sampai mommy dan daddy ingin menjodohkan ku dengan gadis cilik itu, " tanyanya pada seseorang yang ada disampingnya yang bahkan sedikitpun tidak merespon apa yang ia ucapkan.
Merasa tidak mendapat jawaban dari lawan bicaranya. Laki-laki itu mencari dimana objek yang sedang lawan bicaranya itu perhatikan hingga tidak menghiraukannya.
"Berani kau tidak mendengarkan aku hanya untuk fokus melihat gadis cilik itu Sakti!!! " ucapnya geram.
Sakti yang mendengar ucapan tuannya itu langsung menoleh kepada tuannya yang sedang di selimuti amarah. "Maaf tuan saya hanya sedang berfikir. " ucapnya jujur.
"Apa yang kau fikirkan hingga tidak mendengarkan aku, " balasnya dengan ketus.
"Saya hanya merasa aneh tuan muda, gadis itu masih sangat kecil untuk dijodohkan dengan anda, dan dia yatim piatu, otomatis tidak akan ada kerjasama bisnis di atas perjodohan seperti yang tuan dan nyonya besar lakukan sebelumnya. "
Ibra terlihat berfikir mendengar logika masuk akal asistennya. "Hmm, kamu benar juga. " ucapnya dengan masih menatap Nadia yang mulai menaiki sepedanya kembali.
''Ikuti dia lagi" ucap Ibra pada Sakti yang berada di balik kemudi.
10 menit kemudian
Nampak sebuah restoran yang menjadi tujuan Nadia. Nadia memarkir sepedanya kemudian masuk kedalam. Sakti sedang bersiap di dalam mobil, sebelumnya dia sudah mengerahkan bawahannya untuk memasang alat penyadap suara di dalam restoran itu.
"Apa yang ingin anda bicarakan nyonya? " ucap Nadia langsung pada intinya.
"Silahkan makan terlebih dahulu nona, kami sama sekali tidak memiliki niat jahat. " ucap wanita yang datang ke panti hari ini, dia hanya datang seorang diri hari ini.
"Mohon segera jelaskan maksud nyonya meminta kedatangan saya kesini, karena saya harus segera pulang, "
"Baiklah, ini" ucap wanita itu sambil menyodorkan sebuah foto.
Nadia melihat foto seorang laki-laki, "kenapa dengan laki-laki ini? "
"Tinggalkan kehidupan anda saat ini dan menikah dengannya. "
Deg. Mata Nadia membulat sepenuhnya mendengar apa yang di ucapkan wanita itu. "Maaf saya sama Sekali tidak berniat untuk menikah saat ini." Jelasnya kemudian beranjak dari tempat duduknya.
"Panti itu berdiri di atas tanah kami, kami bisa menggusur nya kapanpun kami ingin, saya rasa sepadan jika anda berkorban demi kebahagiaan belasan adik anda yang tinggal di sana. "
"Keputusan tetap pada anda nona, saya berharap anda lebih bijak dalam menentukan, saya permisi" ucap wanita itu kemudian pergi meninggalkan Nadia yang tetap berdiri ditempatnya.
Di Dalam Mobil
"Dia masih kejam seperti biasanya tuan muda. "
"Kita masuk , aku harus bicara dengannya"
"Baik tuan muda"
"Kau sudah bawa surat perjanjian yang tadi kita bicarakan? " tanya Ibra.
"Sudah tuan, saya akan membawanya. "
Sakti membuka pintu mobil Ibra dan mengikuti langkahnya dari belakang.
Ibra melihat Nadia sedang terduduk lemas di kursi sambil memandangi fotonya.
"Apa aku kurang tampan hingga kau sangat tidak ingin menikah denganku? " ucap Ibra yang langsung duduk di hadapan Nadia dengan Sakti yang masih setia berdiri di belakang nya.
"Anda? " Nadia sedang membandingkan foto yang di tinggalkan wanita tadi dengan laki-laki yang kini ada di hadapannya.
"Laki-laki yang ada di foto itu" ucapnya lagi sambil menunjuk foto dirinya.
"Saya sudah punya kekasih, saya juga tidak berniat dengan pernikahan ini. Tapi.." Ibra berhenti untuk menelisik reaksi Nadia. Gadis itu hanya terdiam mendengarkan.
"Tapi orang tua saya juga tidak akan berhenti sampai disini, kedepannya juga ada wanita-wanita lain yang di jodohkan dengan saya. " Imbuhnya.
"Lalu? " tanya Nadia.
"Simbiosis mutualisme"
"Dengan menikah tuan muda akan berhenti dijodohkan dan anda bisa menyelamatkan panti asuhan anda nona. " jelas Sakti.
"Saya masih sangat muda, ada hal yang ingin saya raih, saya masih ingin melanjutkan pendidikan saya tuan. " tatap nya dengan penuh kebingungan.
"Ini.. " Ibra menyodorkan sebuah map
Nadia perlahan membuka map tersebut, Degg Perjanjian pra nikah. Nadia menatap Ibra seakan meminta jawaban.
"Kita tidak saling menginginkan pernikahan ini, setelah menikah tidak ada yang berubah. Tidak boleh mencampuri urusan masing-masing, terlihat mesra di hadapan keluarga besar, tidak boleh menuntut dan yang terakhir kita akan resmi bercerai setelah lima tahun usia pernikahan. Lebih jelasnya kamu bisa baca sendiri di surat perjanjian itu." Jelas Ibra.
Nadia masih menatap laki-laki yang ada di hadapannya itu. Apalagi ini ya Allah, langkahku rasanya semakin berat. batinnya.
"Setelah lima tahun anda seharusnya sudah lulus dari Universitas nona, tuan muda akan menjamin kehidupan anda lebih baik kedepannya bahkan setelah perceraian. " tambah Sakti berusaha meyakinkan Nadia
Ini bukan masalah keuntungan yang akan aku terima, tapi lebih dari itu. Hidupku kedepannya akan berpengaruh pada keputusan yang aku ambil sekarang.
"Maaf.. " ucap Nadia.
.
.
.
Jika kalian menyukai karya author jangan lupa beri dukungan like dan vote melalui koin atau poin ya.
Jangan lupa juga untuk klik favorit agar kalian bisa tau update cerita selanjutnya.
Terimakasih atas dukungan dan komentar positif teman-teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Aqila Novi
masih nyimak, sperti ny bgus
2022-12-11
0
Aqila Novi
masih nyimak, seperti nya bagus
2022-12-11
0
Juliana Mentari
mampir lagi,, ini yg ke 2 kali baca Nadia dan Ibra,,
2022-10-25
0