Dipaksa Menikahi Pria Dingin
''Kami sudah memutuskan untuk tidak meratakan bangunan ini. " ucap seorang laki-laki paruh baya.
Muncul sebuah senyum di bibir ibu kepala panti yang menjadi lawan bicara laki-laki tersebut, ''terimakasih karena anda masih berwelas asih pada orang seperti kami tuan.'' ucapnya.
"Tapi kami memiliki sebuah permintaan." ucap seorang wanita anggun nan elegan yang datang bersama laki-laki paruh baya itu.
"Selama permintaan itu bisa kami penuhi, pasti akan kami lakukan nyonya." jawab ibu kepala panti dengan tulus.
"Saya yakin anda bisa melakukannya.'' ucap wanita itu dengan tenang. Mendengar apa yang diucapkan wanita itu sedikit membuat kerutan-kerutan kekhawatiran hilang dari wajah ibu kepala panti.
''Nadia Clara, kami memintanya untuk ikut bersama kami," tambah laki-laki paruh baya tersebut dengan tegas.
Perkataan laki-laki paruh baya sungguh membuat hatinya terhenyak, "Apakah anda ingin mengambil hak asuh atas Nadia tuan?'' tanya ibu kepala panti.
''Bukan hak asuh, bisa dibilang sebuah kompensasi.'' Jawab wanita tersebut dengan tetap mempertahankan senyum di bibirnya.
Ibu kepala panti masih bingung dengan maksud yang baru saja diutarakan oleh kedua tamunya, "kompensasi atas rumah ini, " tebaknya kemudian.
"Saya rasa anda sudah faham dengan apa yang kami inginkan, berikan Nadia pada kami dan kami akan memberikan sertifikat dan jaminan atas bangunan ini kepada Anda." Tegas pria paruh baya.
"Kenapa Nadia? " tanya ibu kepala panti lagi.
"Itu bukan sesuatu yang perlu Anda ketahui." Jawab tamu wanita dengan tetap mempertahankan senyum itu lagi.
"Saya butuh waktu untuk berfikir dan membicarakan ini dengan Nadia," tambahnya dengan nada masih menghormati lawan bicaranya.
"Saya rasa hal itu tidak di perlukan karena Nadia sudah mendengar pembicaraan kita," ucap laki-laki paruh baya yang kemudian mengarahkan kornea matanya tepat dimana Nadia berdiri.
Nadia masih tidak bergerak dari tempatnya, "kami akan memberi waktu hingga tiga hari dari sekarang, mohon untuk dipertimbangkan dengan baik apa yang kami tawarkan." ucap laki-laki paruh baya.
"Kami harus pergi sekarang, semakin cepat kalian mengambil keputusan, semakin sedikit bangunan ini akan hancur, waktu masih terus berjalan," tambahnya kemudian melangkahkan kaki menuju pintu panti.
***
Di tempat lain dengan nuansa biru silver memenuhi seluruh ruangan, ada seorang laki-laki berusia 31 tahun sedang meremas handphone miliknya dengan tatapan seakan ingin membunuh siapapun di dekatnya.
"Apa lagi yang di rencanakan tua bangka itu kali ini? apa yang mereka lakukan sekarang" tanya laki-laki yang bernama Ibra kepada Sakti sekretarisnya setelah menerima sebuah panggilan melalui handphone.
"Mereka sedang menyelesaikan bangunan sengketa yang masih berdiri di lahan yang akan menjadi proyek pembangunan wisata taman bermain anak-anak yang baru tuan." Jelas Sakti.
"Bullshit!!!"
"Maafkan saya tuan."
"Jika hanya perkara lahan sengketa dua tua bangka itu tidak mungkin langsung turun lapangan.'' ucap Ibra sambil memijit kepalanya yang mendadak merasa pusing.
"Kecuali ada yang mereka inginkan," tambah Sakti
"Segera cari tau apa maksud dan tujuan mereka sebenarnya. Tidak mungkin daddy memintaku pulang tanpa alasan setelah dua tua bangka itu berkeliaran." Ucap Ibra dengan sedikit keras.
"Baik tuan."
Lokasi ini tidak strategis untuk dijadikan sebuah tempat wisata, apa yang membuat mereka berdua turun tangan menyisir tempat itu secara langsung. Ucap Ibra dalam hati dengan bolpoint yang masih dimainkan di tangan kanannya.
"Kunci lokasinya, saya tidak ingin kalah dari para tua bangka itu kali ini, " tambahnya lagi.
"Saya akan mendapatkan terlebih dahulu jika benar ada yang mereka inginkan tuan." Ucap Sakti.
"Jangan membuatku kecewa," ucap Ibra penuh penekanan.
***
Panti Asuhan Sejahtera
Nadia Clara, gadis berusia 18 tahun dengan kulit putih, cantik, dan tubuh mungilnya itu selalu ceria, dan menenangkan hati orang yang melihatnya. Dengan sedikit memperbaiki letak kaca matanya, gadis itu menghampiri ibu kepala panti yang sedang duduk di ruang tengah.
"Ibu memikirkan apa yang dikatakan kedua orang yang datang tadi?" tanyanha lembut.
"Tidak nak, ibu hanya mengkhawatirkan mu," jawab ibu kepala panti dengan mengelus punggung tangan Nadia. "Jangan terlalu dipikirkan, ini bukan hanya menjadi tanggung jawabmu," jelas ibu kepala panti.
Bagaimana tidak dipikirkan, melihat wajah ibu saja sudah jelas terlihat. Ucap Nadia dalam hati.
"Pergilah makan, kamu pasti belum makan siang tadi"
"Baiklah bu, Nadia pergi makan terlebih dahulu."
Nadia berjalan menuju dapur memikirkan kedua orang yang datang memintanya untuk ikut bersama mereka sebagai kompensasi. Ahhh apa aku hanya senilai dengan sebuah bangunan, mereka benar-benar membuatku gila, apa yang sebenarnya mereka inginkan dariku. gumam Nadia.
Nadia mulai mengambil nasi yang hendak ia makan, namun kegiatannya terhenti ketika ada seorang anak datang mendekatinya.
"Kak tadi ada olang titip ini buat kakak," ucap anak perempuan berusia lima tahun yang tiba-tiba menyodorkan sebuah amplop putih.
Dahi Nadia berkerut, siapa lagi yang hendak bermain dengannya, "orang yang mana Va ?" tanya Nadia dengan mensejajarkan tingginya dengan tinggi anak tersebut.
"Olang yang tadi kelual dali luangan ibu kepala panti, meleka ngasih Eva pelmen," ucap gadis kecil cadel tersebut sambil tersenyum dengan menggemaskan.
"Terimakasih ya, Eva bisa lanjut main lagi," gadis kecil itu mengangguk dan berlari pergi menemui teman-temannya. "Jangan lari-lari Eva," teriak Nadia yang tetap tidak mendapat respon dari Eva, gadis kecil itu masih saja tetap berlari, lirih nya sambil menggelengkan kepala.
Nadia kembali menatap surat yang dia terima dari Eva, dia mengambil sebuah kursi dan meletakkan tubuhnya di sana sembari tangannya mulai membuka surat yang sudah dilem tersebut.
Pukul 19.00
Restoran pesona food
jangan melibatkan orang lain.
Dahi Nadia berkerut beberapa kali membaca baris kata yang tidak banyak itu. Apa yang kalian inginkan?, batinnya.
***
"Kau sudah menemukannya ?" tanya Ibra pada Sakti yang saat ini sudah berada di hadapannya.
"Sudah tuan. " Jawabnya singkat.
"Katakan"
"Tuan dan Nyonya besar berkeinginan untuk membuat Anda menikah. " Jawab Sakti.
Jawaban tersebut sontak membuat Ibra tertawa dengan keras, "Hahaha, lagi ???" tanyanya dengan masih tertawa.
"Iya tuan"
"Mereka tidak pernah berhenti untuk menjodohkan ku, wanita seperti apa kali ini? " tanya Ibra lagi.
"Wanita itu adalah seorang gadis yatim piatu di panti asuhan sejahtera yang menempati lahan sengketa tempat perusahaan induk hendak membangun kawasan wisata tuan. " Jelas Sakti pada tuannya.
"Dan kau percaya? sepertinya itu hanya akal-akalan mereka saja, Daddy tidak akan sebodoh itu membangun objek wisata di area yang tidak menguntungkan." tambah Ibra.
Kenapa anda tersenyum dengan menakutkan lagi tuan muda, batin Sakti.
"Waktunya bermain, " Imbuhnya dengan senyuman yang sama.
.
.
.
Jika kalian menyukai karya author jangan lupa beri dukungan like dan vote melalui koin atau poin ya.
Jangan lupa juga untuk klik favorit agar kalian bisa tau update cerita selanjutnya.
Terimakasih atas dukungan dan komentar positif teman-teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Ashry Huda Huda
nyimak
2022-09-02
0
Asti Avan
baca bahasanya anak cadel jd ikut" lanjutkan thorrr q deg"an bacanya
2021-09-19
0
Hatsuw
maaf aku cm mau bilng,,tolong kata yg tertulis bicara dlm hati itu klau bs jgn pnjang" barisan ny singkat aja
2021-09-11
0