Hari ini adalah hari pertunangan adik ke tiga Tiyah Citanin, ia memakai baju kurung batik berwarna hijau tua dengan hijab berwarna hitam kehijauan.
Dia sibuk dengan Ibunya menerima tamu dan bersalaman dengan mereka, dua orang adik perempuannya yang sudah menikah juga sibuk mengurusi anak mereka yang rewel, membuat Tiyah hanya bisa menghela nafas lelah seharian ini meladeni tamu.
“Kak...” panggil seorang pemuda remaja pada nya. Tiyah menoleh ke arah pemuda itu, lalu tersenyum dan memeluknya.
“Kamu sudah sampai? Kenapa tidak menelpon Kakak? Biar Kakak jemput di terminal.” ucapnya.
“Gak usah, Kak. Ngerepotin! Kakak aja repot gini. Oh ya Kak, aku bawa teman sekolah ke sini, gak apa-apa kan?”
“Iya gak apa-apa, bawa temannya masuk dan makan gih!” ucap Tiyah sambil tersenyum ke arah mereka.
Pemuda itu adik ke 4 Tiyah, ia sibungsu yang sangat ia manja. Sekarang sibungsu itu kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia sekolah di pusat kota, baru saja 8 bulan yang lalu, namanya Khairul.
Acara pertunangan pun selesai dengan lancar dan bahagia, sekarang mereka sedang membereskan dan membersihkan rumah.
“Nama kamu siapa dek?” tanya Tiyah kepada teman adiknya itu.
“Giandra, Kak.” jawab nya.
“Oh, di kota tinggal di kost yang sama dengan Khairul juga?”
“Enggak, Kak. Aku tinggal di rumah orang tua ku.” jawabnya.
“Oh, kirain.”
Mereka hanya berbincang-bincang sebentar, Khairul membawa Giandra bermain ke rumah teman-temannya setelah membantu mengangkat kursi dan meja ke dalam rumah kembali.
Sedangkan, Tiyah menyapu dan memungut sampah-sampah yang berserakan, membuangnya ke dalam tong sampah di depan rumahnya.
Saat ia membuang sampah, sebuah mobil Bugatti Veyron berhenti di depannya, seorang pemuda tampan, tinggi putih, rambut tebal hitam, memakai baju kemeja, turun dan menghampirinya.
“Artis kah? Ganteng banget?” batin Tiyah.
“Permisi, apakah ini rumah orangtuanya, Khairul?”
“Iya. Mari silahkan masuk, Pak.” ucap Tiyah sopan.
Tiyah mempersilahkan pemuda ganteng itu duduk di kursi di teras rumahnya, ia segera masuk kedalam rumah memanggil Khairul. Tapi, Khairul sedang keluar dengan Giandra sehingga orang tua Tiyah lebih dulu keluar menemui pemuda itu di teras.
“Ibu, lihat Khairul gak? Ada yang nyari tuh!”
“Siapa?”
“Gak tau, Bu. Mungkin Guru nya dari kota kali, aku suruh nunggu diteras tu, aku mau bikin minum dulu.” jelas Tiyah.
“Ya sudah, Ibu sama Ayah kedepan deh, kali aja ada yang penting di sampaikan pada Khairul.”
Orangtua Tiyah ke depan duduk menemani pemuda ganteng itu, kemudian disusul Tiyah yang membawa minuman dan menghidangkannya. Pemuda itu tersenyum dan beberapa kali melirik Tiyah.
Beberapa kali pemuda itu masih melihat Tiyah dan tersenyum sangat manis kepada nya, membuat Tiyah salah tingkah. Begitu pula dengan orang tua Tiyah jadi salah sangka.
“Dasar ni cowok! Gak sadar apa dia ganteng banget, bisa-bisanya dia senyum-senyum lagi ke arahku, jantungku ingin rasanya keluar melompat melihat senyumannya yang manis itu!” Tiyah berkata dalam hati.
Orang tua Tiyah mulai membuka pembicaraan, mereka sekarang berpikir laki-laki di depan bertamu untuk menemui Tiyah bukan Khairul, karena terbukti pemuda itu melihat Tiyah terus menerus.
Dan tidak membahas Khairul sama sekali, jadi mereka berpikir Tiyah malu memperkenalkan pemuda ini kepada mereka, sehingga mereka berinisiatif sendiri untuk menanyakan langsung.
“Oh ya lupa, namanya siapa Nak?" tanya Ibu Tiyah.
“Nama Saya Gibran tante."
“Oh sudah lama, kenal sama putri kami Tiyah?”
Pemuda itu tersenyum dan menatap ke arah Tiyah, tentu saja membuat Tiyah terkejut. Bukan terkejut karena tatapan pemuda ganteng itu, tapi terkejut karena pertanyaan ibu nya.
“Ibu apaan sih kok tanya begitu, aku sama dia....." ucapan Tiyah terpotong.
“Sudah cukup lama kenal nya, Tante," jawab pemuda itu.
Ibu dan ayah Tiyah tersenyum mendengar nya. Mereka semakin yakin sekarang, kalau Tiyah malu memperkenalkan pacarnya kepada mereka, mungkin Tiyah kurang percaya diri karena pacar nya sangat ganteng, pikir mereka.
“Hah?! Kenal aku cukup lama? Dimana? Gak mungkin aku bisa lupa kalau pernah lihat cowok seganteng ini, mana bisa di lupain?” pikir Tiyah dalam hati.
“Baguslah Nak, kami sebagai orang tua tidak kawatir lagi jadinya, selama ini dia tidak punya pacar dan tidak pernah membawa teman laki-laki ke rumah, dia sibuk belajar dan bekerja dari dulu, kami senang akhirnya dia membawa teman laki-laki ke rumah ini.” ucap sang Ibu.
“Kalian jangan lama-lama ya, soalnya Tiyah sudah berumur, adik-adik nya juga sudah menikah, kalau masalah rezki nanti juga datang dengan sendirinya, rezki menikah pun juga akan datang.”
“Bu!!” ucap Tiyah dengan sedikit meninggikan suaranya sambil mengernyitkan kening.
Ia tidak bisa lagi mendengarkan obrolan aneh ini, ia tau pemuda yang sebagai tamu itu hanya sopan dan menghargai orangtua nya, tapi orang tua nya sudah salah tanggap, membuat dia kesal dan menatap pemuda tampan itu dengan kesal, bukan lagi dengan senyum lembut yang ia balas seperti tadi.
“Iya, Om.” jawab pemuda itu.
“Kapan Nak Gibran akan berniat datang melamar putri kami, Tiyah?” tanya Sang Ayah.
“Ayah, tanya apa sih?! Dia itu...” ucap Tiyah dengan marah dan malu, tapi sayang ucapannya terpotong kembali.
“Secepatnya Om, saat Tiyah siap dan menyetujui untuk saya nikahi.” jawab Gibran serius.
“Gila! Apa yang Dia ucapkan?!” Tiyah memaki dalam hati.
“Alhamdulillah.” ucap kedua orang tua Tiyah lega.
“Kamu dengar,Tiyah! Nak Gibran sudah siap menikah dengan kamu, kamu tunggu apa lagi? Tunggu sampai perawan tua?” tegur ayah Tiyah.
“Kalian menikah barengan saja sama Dilla adik mu, 1 bulan lagi.” sambung Sang Ayah.
“Apa kamu bersedia menikah dengan Tiyah 1 bulan lagi, Nak Gibran?” tanya Ayah Tiyah.
“Saya bersedia, Om. Saya harap Tiyah juga bersedia.” jawabnya pasti.
“Tentu saja Tiyah akan bersedia, cuma kamu seorang teman laki-laki yang dia bawa datang ke rumah ini, tenang saja.” tegas Ayah Tiyah.
Apa dia gila?! Menikahi saya? Emang dia kenal sama saya? Tiyah berkata dalam hati.
“Ayah, Ibu, tolong deh! Apa yang kalian pikirkan? Menikah dengan dia? Yang benar saja! Kenal juga enggak. Barusan aku jumpa didepan rumah saat membuang sampah, dan dia datang ke sini untuk mencari Khairul.” jelas Tiyah kesal.
“Kamu jangan bercanda begitu deh! Kamu mainkan hati kedua orang tua saya, kita itu gak kenal! Aku tau kamu kaya, lihat dari mobil mu yang keren itu dan lihat ketampanan mu seperti ini, sedangkan aku hanya gadis remahan kerupuk, itu gak lucu!” ketusnya pada Gibran.
“Aku gak bercanda kok, aku bersedia menikahi kamu Tiyah.” tegas Gibran.
Tiyah melotot dan langsung berdiri dari duduknya, mengusir pemuda ganteng itu.
“Pergi kamu dari sini, pergi!”
“Tiyah, kamu apa-apa-an kayak gini? Mana ada laki-laki yang mau menikahi kamu kalau kamu usir begini? Kamu sudah mau 30 tahunan jangan banyak bicara lagi, kamu harus bersyukur dia mau menikah denganmu, atau kamu mau jadi perawan tua!” bisik sang Ibu.
Kemudian Ibu Tiyah membawa Tiyah pergi, membiarkan Ayah Tiyah dan Gibran berbicara berdua.
“Maaf ya Nak Gibran, Tiyah tadi bersifat tidak sopan.” ucap Ayah Tiyah sungkan.
“Tidak apa-apa kok, Om. Aku mengerti, aku akan datang melamar nanti, saat Tiyah bersedia.”
“Oh ya, Om. Aku sebelumnya ingin bertemu dengan Khairul dan Giandra, apa mereka ada di sini?”
Ayah Tiyah langsung terkejut.
Jadi benar dia ke sini ingin ketemu Khairul bukan untuk Tiyah? Ayah Tiyah berpikir dalam hati.
“Iya mereka lagi di luar, mungkin sebentar lagi pulang, ada perlu apa dengan mereka Nak Gibran?”
“Tadi aku di minta menjemput Giandra oleh Kakak saya.” jelasnya.
“Oh, teman Khairul itu?”
“Iya Om, Giandra keponakan saya.”
“Hm... jadi tadi sebenarnya kamu ingin bertemu dengan Giandra ya, bukan Putri saya?” tanya Ayah dengan selidik.
“Awalnya, aku ingin bertemu Khairul untuk menjemput Giandra, Om. Dan masalah melamar itu aku serius, Om. Aku cuma kawatir Tiyah gak mau menikah denganku, karena itu aku belum berani datang ke sini melamarnya.”
Ayah Tiyah ternganga, melihat dari ujung rambut sampai kaki pemuda di depannya ini. Bagaimana mungkin dia kawatir Tiyah tidak bersedia menikah dengannya?
Beliau sekarang sangat yakin, Tiyah pasti kenal dekat dengan Gibran, sehingga ia memutuskan 1 bulan lagi Gibran bisa melamar dan menikah dengan Tiyah, ia menegaskan kalau Tiyah tidak akan menolak pernikahan itu.
“Kalau begitu, Nak Gibran jangan kawatir! Tiyah pasti bersedia. Namun, Nak Gibran harus berjanji tidak akan menyakiti apalagi mengecewakan Putri saya!”
“Pasti, Om. Saya berjanji.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Nurlita Gunawan
gibran pst sigendut pcar sehrinya tiyah dlu.
2024-05-09
0
Sulaiman Efendy
GIBRAN PSTI CWOK GENDUT DLU YG SUKA MA TIYAH LEWAT SURAT....
2023-02-16
0
Stefani Pandita
gibran sicowok gendut ia.
2022-03-16
0