Deg!
Jantungnya berdegup kencang saat melihat ambulance itu, Kinara menyentuh dadanya yang tiba-tiba terasa berdesir.
Tidak. Itu nggak mungkin mereka, pasti bukan.
Kinara hendak kembali melanjutkan langkahnya mencari orang tuanya, tapi tiba-tiba dia membalikkan badan dan berlari kembali ke arah rumah sakit. Gadis itu hampir saja terserempet sebuah mobil sport berwarna merah yang berbelok ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Kinara menatap sekilas mobil itu, dia terus berlari menyusul dua ambulance yang sudah berhenti tepat di depan UGD. Air mata bagai bermuara di pelupuk matanya.
Kinara mendekati mobil ambulance tersebut, dia masih berdiri menyaksikan petugas yang terlihat panik menurunnya pasien yang ada di dalam. Dia juga sempat menatap seorang pria keluar dari dalam mobil sport yang hampir menyerempetnya. Pria itu dengan tergesa berjalan menghampiri mobil ambulance tersebut. Mata Kinara membulat sempurna saat dia melihat petugas memindahkan tubuh yang bersimbah darah itu ke ranjang pasien.
Tidak! Tidak mungkin itu ibu, tidak mungkin. Bagaimana mungkin orang itu memakai baju ibu, batin Kinara masih mematung di tempatnya.
Hati Kinara seolah sedang disayat sebuah pisau tajam. Desiran rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya. Gadis itu seolah tak sanggup untuk menggerakkan bahkan ujung kukunya sekalipun. Wajahnya yang sudah terlihat pucat pasi itu mengepalkan tangannya erat, hingga membuat kuku-kuku lentiknya berhasil menembus kulit tipis telapak tangannya. Darah segar ikut terjatuh bercampur air hujan dari dalam genggamannya.
Kinara melangkahkan kakinya lebar saat melihat petugas medis mendorong ranjang pasien itu masuk. Otaknya sudah seperti benang kusut, dia tidak bisa berpikir apapun saat ini, dia hanya terus melangkah menyusul ibunya.
"I—ibu ... Ibu!" seru Kinara saat sampai di samping petugas medis yang mendorong ranjang ibunya.
"Ibu bangun, ibu kenapa?" Gadis itu menggoyangkan tubuh ibunya yang sudah tidak berdaya.
"Mbak, maaf kami harus segera melakukan penanganan. Tolong hentikan, dan tunggu di sini," ucap seorang perawat mencegah Kinara menggoyang tubuh ibunya.
Petugas dengan segera membawa Ibu Sari masuk ke dalam ruangan meninggalkan Kinara yang masih syok. Belum sempat Kinara mengontrol emosi atas apa yang baru saja dia lihat, dia kembali dikejutkan dengan suara dorongan ranjang pasien. Gadis itu menutup mulutnya tak percaya dengan apa dia saksikan saat ini.
"Ayah, Ayahh!" teriak Nara histeris menghampiri tubuh ayahnya.
"Mau dibawa ke mana ayah saya? Kenapa tidak kalian lakukan penanganan di sini?" tanya Alina dengan tatapan nanar pada petugas.
"Maaf, Mbak, beliau sudah tidak bisa diselamatkan."
"A—apa? Tidak! Itu tidak mungkin kan, Ayah? mereka bohong! Mereka bohong, kan?" Kinara memeluk tubuh ayahnya yang sudah pucat dan sangat dingin.
"Kami—"
"Apa yang terjadi dengan mereka?" sela Kinara pada petugas medis.
"Mereka mengalami kecelakaan tunggal, Mbak," jawab salah seorang perawat.
Kinara terdiam, otaknya masih berusaha mencerna informasi yang baru saja masuk. Butiran-butiran air mata terus saja mengalir dari kedua netranya. Dada Kinara naik turun dengan cepat, rasa sakit jelas terlihat dari sorot mata gadis cantik itu. Petugas medis dengan segera mendorong ranjang meninggalkan Kinara yang masih mematung.
"Tidak. Tidak mungkin itu terjadi. Tidak mungkin!" Kinara menjambak rambutnya sendiri dengan kasar.
Gema yang sedari tadi berada di belakang mereka hanya menatap Kinara dengan penuh rasa bersalah. Dia tidak berani mendekat atau berkata apapun saat ini. Pria itu hanya berdiri mematung sambil menundukkan kepalanya dalam.
"Siapa kau?" tanya Kinara menatap Gema menyelidik.
Gema terkesiap, dia menatap manik mata Kinara. Pria itu membisu dan terlihat gugup, bibirnya sedikit terbuka tapi tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Palupy Setiya
syuka...
2021-07-14
0
Ahnies Tahilla L
pon
2021-04-08
0
my sagitarius
sedih thorr😢😢😢
2021-03-17
0