BAB 4

Resti yang baru menutup pintu kamar Liliana langsung terhenti karena ingat dia belum memberikan handuk bersih untuk anaknya. Karena semalam kebetulan semua handuk dalam kamar anaknya dia cuci semua. Handuk yang sudah bersih tadi pun sudah ada di lemari Liliana.

Resti masuk lagi kedalam mengambilkan handuk untuk anaknya. Baru masuk kamar mandi Resti langsung kaget, dia melemparkan handuk yang dia bawa.

"Nak apa yang kamu lakukan! Kamu kenapa melakukan ini?!" dengan cepat Resti menarik tubuh Liliana keluar dari buthtub.

"Ana sadar nak! Tolong! Tolong!" teriak Resti.

Hingga pembantu rumah tangganya datang dengan tergopoh-gopoh. Bi Sum segera masuk ke dalam kamar mandi.

"Ya ampun nyonya bagaimana bisa seperti ini?"

"Aku juga enggak tahu bi, ayo bantu aku mengangkat Ana dari sini" bi Sum mengangguk.

Beberapa menit kemudian Ana sudah berada diatas ranjangnya. Pakaian basah yang tadi dia kenakan pun sudah diganti. Resti dengan setia berada disamping anaknya menunggu sampai siuman. Resti menggosok tangan Liliana yang dingin agar hangat kembali, saat tengah fokus menggosok tangan anaknya, Liliana pun siuman.

"Mama" panggil Liliana dengan suara pelan.

Resti yang semula menunduk langsung mendongakkan kepalanya. Melihat anaknya sudah sadar Resti senang bukan main.

"Nak kamu udah siuman? kamu mau minum?" Liliana menggeleng.

"Nak kamu kenapa sih melakukan hal itu? Kamu enggak tahu mama takut kamu meninggalkan mama, memang kamu enggak sayang sama mama lagi hingga berniat bunuh diri?" air mata Resti sudah mengalir.

"Aku sayang banget sama mama, aku hanya enggak mau mama mempunyai anak yang kotor seperti aku ini pasti nanti mama akan malu. Aku enggak ingin mama diolok-olok di luaran sana sama orang-orang" Liliana ikut menangis.

"Memang siapa yang berani bilang begitu sama anak mama ini? Kalau pun ada mama tidak akan perduli yang penting kamu bahagia tidak sedih lagi seperti ini, nak mama ingin kamu bahagia."

"Tapi bagaimana kalau perbuatan ini menghasilkan sebuah bayi? Pasti nanti keluarga kita akan malu luar biasa."

"Sudah kamu tidak perlu memikirkan itu kalau pun menghasilkan sebuah bayi kamu harus merawatnya dengan baik, sekarang yang lebih dulu kita pikirkan adalah kondisimu saat ini besok kita pergi ke dokter ya."

"Aku enggak mau ma, aku mau di rumah aja."

Mengerti anaknya yang masih trauma, Resti tidak memaksanya. "Ya udah sekarang kamu istirahat dulu biar ibu ambilkan makanan untuk kamu, tapi ingat selama ibu tinggal kamu jangan berbuat hal aneh-aneh lagi" Liliana hanya mengangguk.

Dibeda situasi, saat ini seorang pria tengah melihat pemandangan luar dari kaca rumahnya. Pria itu berdiri dengan tangan memegang rokok. Tidak lama kemudian pintu rumahnya terbuka, pria itu hanya melirik saja.

"Bagaimana kamu menemukan jalang yang tidak sopan itu" ucapnya lirih tapi terkesan datar.

"Maaf tuan saya belum bisa mendapatkan identitasnya karena cctv yang terpasang secara tiba-tiba rusak."

Pria itu langsung berbalik dan memandang bawahnya dengan tajam. Seketika hawa dalam ruangan menjadi mencekam. Rahangnya yang tegas dan wajah yang dingin menambah kesan seram.

"Saya tidak mau tahu kamu harus menemukan identitas jalang itu secepatnya! Saya tidak mau ada kesalahan lagi!" bentaknya.

"Tapi tuan untuk saat ini sangat minim informasi untuk saya menemukan identitas wanita itu, kalau boleh tahu apakah ada kesalahan yang diperbuat oleh wanita itu hingga tuan mencarinya sebegitu kerasnya."

"Iya dia melakukan kesalahan besar karena meninggalkan saya terlebih dulu seharusnya saya yang meninggalkan nya! Saya merasa sangat direndahkan, pokoknya bawa dia kehadapan saya lebih cepat lebih baik!"

"Baik tuan akan saya kerjakan" setelah itu dia keluar dari ruangan.

Pria yang berbicara tadi adalah Zealand Angelbert Jethro, seorang pemimpin klan bawah yang berdarah dingin. Pria yang kerap disapa Alan itu tidak akan segan-segan membunuh orang yang mengusik dan mengganggu jalannya. Apapun yang dia inginkan harus dia dapatkan apapun itu. Selama ini Alan juga tidak terlalu mengekspos dirinya ke publik untuk tetap menjaga identitas belum banyak orang tahu.

Dengan wajah rupawan dan tubuh atletis serta jangan lupakan tato bergambar naga yang ada di lengannya. Mampu membuat para kaum hawa memujanya bak dewa. Bahkan sudah tidak terhitung lagi wanita yang mengejarnya hanya untuk menghangatkan ranjangnya tiap malam dan akan selalu berakhir dicampakkan oleh Alan. Makanya semalam setelah dicampakkan oleh seorang wanita dia langsung kelimpungan, dia merasa sangat direndahkan karena biasanya dia yang sering merendahkan perempuan.

"Sialan! Siapa sebenarnya wanita itu hingga berani meninggalkanku begitu saja setelah kuberikan kepuasan, lagian kenapa aku tidak mengingatnya sama sekali dengan kejadian semalam! Apa yang sebenarnya terjadi denganku? Apakah ini sudah diatur oleh musuhku untuk menghancurkanku?"

Dengan cepat Alan memanggil shadow, pengawal bayangan yang dia punya. Sepersekian detik orang berbaju hitam dengan penutup wajah datang menghadap Alan. Shadow menundukkan sedikit tubuhnya.

"Saya ada tugas untuk kamu, selidiki apakah kira-kira semalam ada orang yang merencanakan sesuatu kepadaku?" shadow mengangguk lalu hilang tidak meninggalkan jejak sama sekali.

"Sekarang aku tinggal menunggu saja informasi dari bawahanku" diri Alan mulai sedikit tenang.

Dia segera beranjak menuju ruang kerjanya yang ada di lantai dua. Dia segera membuka laptopnya untuk memantau penjualan senjata ilegalnya di negara Timur.

Brak...(suara bantingan pintu yang di buka secara kasar)

Alan yang memang memiliki refleks yang bagus segera menodongkan senjata apinya ke arah pintu. Orang yang baru saja membuat keributan itu tidak merasa bersalah sama sekali malah cenderung biasa saja.

"Santai bro jangan emosi seperti itu dong, masa teman yang baru aja datang langsung di sambut dengan todongan pistol sih seharusnya kamu menyambutku dengan meriah" ucap Zega teman satu-satunya Alan dari SD.

"Enggak sudi!" Alan memasukkan kembali pistolnya kedalam laci.

"Kok kamu tega banget sih sama aku? Aku ini teman kamu dari orok loh dan baru aja pulang ke sini masa kamu enggak kangen sama aku paling enggak kamu buat sambutan kecil untukku lah karena pulang lagi kesini."

"Ngapin? Kamu kan tamu yang enggak diundang kamu juga kesini datang sendiri tanpa pemberitahuan" ucap Alan datar.

"Kamu tahu rasanya sangat Mak jlep sekali tepat di hatiku" ucap Zega sambil memegangi dadanya sebelah kiri.

"Tidak usah mendrama itu tidak akan mempan denganku, kamu itu sudah pergi dari sini kenapa malah kembali lagi?"

"Aku udah bosen di sana makanya aku balik lagi ke sini, selain itu aku juga kangen sama kamu" dengan langkah cepat Zega memeluk tubuh Alan erat hingga Alan mengambil sesuatu dalam lacinya yang membuat Zega seketika langsung kejang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!