Setelah Reza mengatakan itu sambungan telepon langsung hening seketika. Reza meneguk ludahnya dengan ketakutan.
"Bagaimana bisa?! Tadi sebelum berangkat kan papa udah bilang buat jagain adik kamu jangan ditinggal sendirian dan kamu pun menyanggupinya tapi apa sekarang?! kamu malah bilang kalau Ana menghilang! Kamu itu bagaimana sih dikasih tanggung jawab malu seperti itu."
"Maaf pa tadi aku asik ngobrol sama teman jadi lupa dengan keberadaan Ana."
"Pokoknya papa enggak mau tahu kamu harus cari Ana sampai ketemu baru boleh pulang!" setelah itu sambungan telepon mati secara sepihak.
"Haduh bagaimana ini, apa aku cari Ana diluar ya mungkin saja Ana bosan lalu pergi keluar dari club seorang diri."
Reza bergegas keluar dari club tanpa berpamitan terlebih dulu dengan teman-temannya. Reza menyusuri jalanan menggunakan mobilnya dengan pelan tapi dua jam mencari Reza tidak menemukan Ana sama sekali.
Hingga disaat bulan dan matahari sudah berganti posisi Ana tidak kunjung ditemukan oleh Reza. Reza yang sudah menyerah pun kembali ke rumah, dia tidak masalah apabila nanti ayahnya akan memukulnya berkali-kali saat sampai di rumah. Baru masuk ke dalam rumah telinga Reza mendengar suara orang yang menangis, Reza hapal itu suara tangisan dari adiknya. Bergegas Reza mencari asal suara.
"Adek kamu kenapa menangis? kamu dari mana aja? Dari semalam aku mencari kamu disepanjang jalan malah pagi ini kamu sudah ada di rumah" tanya Reza beruntun.
"Reza kamu bisa diam dulu enggak ini adekmu baru sampai rumah dan tiba-tiba nangis, biarkan dia tenang terlebih dahulu baru nanti kamu bertanya" ucap Resti.
Liliana saat ini keadaannya tengah menangis di pelukan mamanya. Yusuf yang juga melihat anak perempuannya tiba-tiba menangis bingung dengan apa yang terjadi dengan anaknya.
"Hiks...mama aku hiks...udah kotor" ucap Liliana disela isakannya.
"Kamu ngomong apa sih dek, kamu kotor gimana sih mama enggak paham" ucap Resti yang tidak paham.
"Sudah dek kamu tenangin diri dulu baru nanti cerita ke kita, kalau kamu juga belum siap enggak usah cerita sekarang pun juga tidak apa" ucap Yusuf.
Liliana menggeleng pelan, melepaskan pelukannya lalu meminum air putih yang sudah ada diatas meja. Dia menghela nafas berkali-kali, setelah tenang dia menatap mama, papa dan kakaknya.
"Gimana dek sekarang udah lebih tenang?" tanya Reza.
"Sudah lebih mendingan, sekarang aku akan cerita dengan apa yang terjadi denganku semalam" raut wajah Liliana yang semula sedikit tenang pun mulai berubah.
Resti yang melihat suasana hati anaknya berubah pun mengelus pundaknya. Liliana melihat mamanya seperti meminta kekuatan untuk bercerita, Resti pun menggenggam tangan anaknya mengutamakan.
"Mama papa maaf kalau aku cerita ini pasti akan membuat kalian kecewa."
"Coba cerita dulu pelan-pelan, papa akan dengarkan" ucap Yusuf dengan suara lembut.
"Semalam aku diperkosa pa" ucap Liliana pelan dengan air mata yang menetes kembali.
Tiga orang yang ada di sana pun melotot tidak percaya sekaligus kaget mendengar ucapan Liliana. Tanpa aba-aba Yusuf memberikan dua tonjokan pada wajah Reza. Reza yang tidak siap jatuh tersungkur ke lantai. Resti pun memekik kaget melihat suaminya memukul anaknya begitu saja.
"Mas kamu jangan seperti itu! Kasihan Reza."
"Biar, biar dia rasakan! itu balasan untuk kesalahannya karena lalai menjaga Ana hingga terjadi kejadian seperti ini! Bahkan tonjokan tadi pun belum seberapa" tangan Yusuf masih mengepal sempurna.
"Sabar mas kamu jangan seperti itu, tenangkan diri kamu agar tidak memperkeruh suasana saat ini" ucap Resti menasehati, Yusuf memejamkan matanya lalu menghela nafas kasar untuk menghilangkan amarahnya saat ini.
"Kamu tahu siapa pria yang memperkosa kamu? Biar ayah beri pelajaran dengan pria itu!" Liliana menggeleng.
"Aku enggak tahu siapa pria itu pa, aku tidak kenal dengannya sama sekali. A...aku sepertinya dijebak oleh Sari" ucap Liliana sedikit terbata dan pelan pada akhir ucapannya.
"Sari? Kamu kenal dengan orang yang menjebak kamu itu?" tanya Yusuf mengorek informasi.
"A...aku tidak kenal pasti pa aku hanya tahu namanya saja, aku bertemu dengannya itu ditempat yang sama yaitu di tempat pesta kenalan kakak mungkin sari adalah teman kakak."
Yusuf memandang Reza, "kak kamu mempunyai teman dengan nama Sari?"
"Aku enggak punya teman dengan nama Sari yah, aku enggak kenal siapa itu sari."
"Aku diberi sebuah minuman yang enggak aku tahu itu minuman apa, rasanya pahit dan panas di tenggorokan setelah minum itu kepalaku pusing. Waktu itu aku meminta untuk diantarkan lagi ke kakak tapi dia malah membawaku ke sebuah kamar lalu setelah itu aku enggak ingat apa-apa lagi, hingga pada pagi harinya aku..." Liliana tidak kuat lagi untuk berbicara, dia memeluk mamanya menumpahkan tangis kembali.
"Pagi harinya aku melihat diriku sudah tidak berbusana dengan pria yang keadaannya pun sama denganku ma, aku udah kotor ma aku perempuan kotor" Liliana mengusap tubuhnya dengan kasar berharap menghilangkan bekas menjijikan pada tubuhnya.
"Shuttt...nak kamu bukan perempuan kotor, kamu enggak kotor kok nak" Resti tidak kuat lagi menahan kesedihannya, dia ikut menangis sambil terus menenangkan anaknya walaupun dia juga merasa sangat terpukul. Anak perempuan yang sangat dia sayang mengalami hal yang menyakitkan seperti ini, pasti akan membekas dalam ingatan anaknya dan menjadi traumanya.
"Ana maafkan kakak yang tidak becus menjaga kamu, mungkin kalau kakak enggak menemui teman kakak ini tidak akan terjadi sama kamu" Reza merasa sangat bersalah, karena dia adiknya mengalami hal yang menyakitkan seperti ini.
Perasaan bersalah dan menyesal menjadi satu dalam diri Reza. Begitu pun dengan Yusuf, dia menyesal memperbolehkan Liliana untuk pergi bersama dengan Reza malam ini yang sudah pasti tempat tujuan kedua anaknya itu sangat berbahaya bagi Liliana.
Liliana terus menangis sampai sesenggukan dalam pelukan Resti. "Kamu tenang nak papa akan usut siapa pelaku dari kejadian ini dan menghukumnya seberat mungkin untuk kamu nak."
Yusuf berdiri lalu berjalan dengan cepat keluar dari rumah. "Reza tolong kamu ikuti papa, mama enggak mau kalau ayah berbuat nekat nantinya. Kamu jaga ayahmu biar mama yang jaga Liliana disini" Reza mengangguk lalu segera menyusul papanya.
Setelah melihat Liliana yang sudah lumayan tenang, Resti melepaskan pelukannya. "Nak ayo kita ke kamar dulu, kamu harus mandi agar badanmu lebih segar."
Liliana tidak menolak, dia hanya menurut saja tapi dengan pandangan kosong. Sampai kamar Resti mengantarkan anaknya masuk ke kamar mandi.
"Nak kamu mandi dulu ya, mama mau ambilkan makan buat kamu" Resti keluar dari kamar mandi meninggalkan Liliana seorang diri. Saat melihat mamanya tidak ada, Liliana masuk ke dalam buthtub hingga seluruh tubuhnya masuk ke dalam buthtub.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments