Setelah kejadian itu dua orang itu duduk di ruang tamu. Mereka berdua duduk saling berhadapan. Alan duduk dengan tenang dengan wajah yang datar sedangkan Zega duduk dengan wajah merengut marah.
"Jangan menampilkan wajah seperti itu! Membuat aku geli saja, wajah jelek mu itu malah bertambah jelek kalau seperti itu."
Apa yang diucapkan oleh Alan tidaklah benar, mana ada wajah Zega jelek. Wajah Zega tampan dengan muka yang adem dan cenderung cantik.
"Wajahku tidak jelek ya! masa wajah tampan seperti ini kamu bilang jelek, aku bilangin ibu kamu pasti akan kena marah" ancam Zega.
Ibu yang dimaksud oleh Zega adalah ibu dari Alan. Ibu Alan itu sangat sayang kepada Zega bahkan sudah dianggap anak sama seperti Alan.
"Silahkan aja ngadu ke ibu tapi setelah itu tunggu saja mungkin salah satu kakimu akan hilang tidak tahu kemana."
Refleks Zega langsung memegangi ke dua kakinya lalu mengangkat ke atas sofa. Walaupun tadi terkesan menantang Alan tapi kalau ancaman Alan keluar Zega langsung siapa waspada karena Alan tidak pernah main-main dengan ucapannya.
"Kamu jangan berani-berani hilangin kakiku ya! Kejadian tadi aja kamu belum minta maaf sama sekali sama aku malah sekarang kamu ancam aku lagi!"
"Salah siapa kamu meluk aku jadinya itu yang harus kamu terima" ucap Alan tanpa merasa bersalah sama sekali.
Tadi saat Zega memeluk Alan, dengan sengaja Alan mengambil alat kejut listrik dengan tegangan rendah tapi berhasil membuat rambut Zega berdiri. Zega tentu kaget tiba-tiba saja ia diberi serangan dengan kejut listrik.
"Kan kamu bisa bilang baik-baik bukan malah menempelkan alat kejut listrik sama aku, kalau aku tiada bagaimana? kamu mau teman satu-satunya yang kamu punya ini enggak ada?"
"Bicara baik-baik? Itu bukan gayaku sekali, kamu tahu sendiri kan kalau aku lebih suka eksekusi daripada bicara baik-baik lagian kamu enggak usah berdrama seperti itu karena alat kejut listrik itu tidak akan bisa membunuhmu karena kamu sering kan merasakan benda seperti itu?"
"Ya walaupun sering kamu jangan lakukan itu dong sama aku, sakit tahu."
Alan hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Zega. Alan heran dengan dirinya kenapa bisa betah untuk berteman dengan Zega padahal anak itu sangat suka berdrama.
"Lebih baik kamu sekarang pulang saja daripada disini hanya mengganggu aku bekerja."
"Kamu itu memang teman yang sangat jahat, tadi pas aku datang langsung ditodong sama pistol lalu diberi kejutan listrik hingga saat ini kamu mengusirku pergi."
"Lalu kamu mau apa? cepat bicara jangan terlalu bertele-tele."
Semula Zega yang cemberut langsung tersenyum cerah. "Kamu tahu saja kalau aku menginginkan sesuatu."
"Jadi kamu mau apa?"
"Aku mau bekerja di kantormu besok."
"Kenapa mendadak sekali? Jangan bilang kamu diusir dari rumah dan dipecat dari perusahaan ayahmu sendiri?" Zega mangagguk lemas.
"Iya kamu benar" ucap Zega pelan.
Mendengar pernyataan itu membuat Alan menyeringai. "Kalau kamu dipecat oleh ayahmu berarti aku tidak bisa merekrut mu."
"Janganlah seperti itu Alan bantu temanmu yang sedang kesusahan ini, aku saat ini hanya memegang uang lima puluh juta mana cukup untuk sebulan? jadi terima aku ya kerja di kantormu" Zega memohon dengan tangan yang ditangkupkan didepan dadanya.
"Baik aku terima tapi ada syarat yang harus kamu penuhi saat ini juga."
"Kenapa harus pakai syarat segala sih? Memang enggak bisa ya langsung diterima?"
"Tidak bisa! gampang aja sih kalau kamu enggak mau ya berarti kamu tidak bisa kerja di perusahaan ku, gimana kamu mau atau tidak?"
"Supaya aku tetap bisa bertahan hidup dan makan setiap harinya ya udah kalau gitu aku mau, jadi syarat apa yang kamu berikan?"
Alan melemparkan sebuah map dihadapan Zega, "hancurkan perusahaan ini."
"Kenapa kamu tiba-tiba aja mau menghancurkan perusahaan ini? Apa dia ada salah denganmu?"
"Sudah kamu tidak perlu banyak tanya yang harus kamu lakukan adalah menuruti perintahku."
Zega menghembuskan nafas kasar, "ok aku akan lakukan" Zega melakukan peregangan terlebih dulu lalu mengambil laptop Alan dan mengotak-atiknya dengan wajah serius.
Zega sibuk dengan laptop Alan, sedangkan Alan sibuk dengan berkas-berkasnya. Sangking seriusnya mereka tidak sadar bahwa pintu ruangan Alan terbuka.
"Maaf mengganggu tuan" ucap anak buah Alan.
Alan yang semula membaca berkas langsung mendongak begitu pun dengan Zega. Alan menutup berkasnya lalu memusatkan pandangannya ke bawahnya, bawahan Alan yang ditatap dengan intens oleh tuannya pun menjadi ketakutan.
"Ada apa?" tanya Alan dengan datar.
"Tuan saya ingin memberitahu bahwa ada sedikit kemajuan dalam pencarian identitas wanita yang anda cari."
"Cepat katakan tapi ingat kalau tidak penting nyawamu sebagai taruhannya" bawahan Alan langsung bergetar.
"Tunggu dulu, kamu mencari identitas seorang wanita? Wah kemajuan yang sangat bagus ini karena jarang sekali kamu ingin tahu dengan seorang wanita biasanya kamu bodo amat" ucap Zega dengan senyum mengejek diwajahnya.
"Kamu diam! kamu tidak diajak untuk bicara, lebih baik kamu fokus saja dengan kerajaanmu karena kalau tidak segera selesai berarti kamu tidak bisa bekerja di perusahaanku" ancam Alan.
Zega langsung mengkerutkan wajahnya karena sebal. Dia kembali lagi fokus ke laptopnya dan segera menyelesaikan tugasnya, Zega takut kalau tidak diterima bekerja di perusahaan Alan.
Kenapa Zega terus bersikeras untuk bekerja di perusahaan Alan karena semua perusahaan yang ada di negara ini sudah ayahnya suruh untuk memblack list nama Zega. Tapi perusahaan Alan dalam pengecualiannya karena perusahaan Alan tidak dibawah kendali perusahaan ayah Zega.
"Cepat katakan!"
"Ba...baik tuan, saya mendapatkan informasi bahwa wanita yang tidur dengan anda semalam adalah salah satu anak konglomerat di negara ini."
"Hmmm...menarik, lalu informasi apa lagi yang kamu dapatkan?"
"Untuk saat ini hanya itu saja tuan" ucapnya dengan ketakutan karena melihat perubahan wajah Alan yang semula tersenyum tipis dan tiba-tiba saja berubah menjadi datar dengan tatapan tajam.
Alan mengambil pistol yang ada di ikat pinggangnya dan menembak kedua kaki anak buahnya. Setelah terdengar suara dua tembakan, anak buah Alan tadi langsung berlutut di lantai dengan darah yang mulai merembes keluar. Anak buah Alan yang berjaga di depan ruang kerjanya pun masuk ke dalam.
"Bawa dia pergi dari sini! Saya tidak mau melihatnya disekitaran saya."
"Tuan maafkan saya, jangan bunuh saya" bawahan Alan yang tertembak tadi pun mengiba.
"Karena saya sedang berbaik hati, saya tidak akan membunuhmu tapi memecatmu dari sini! Sudah sana pergi kalau dalam lima menit kamu tidak pergi dari mansion ini saya akan berubah pikiran!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments