BAB 2

Hingga saat ini Liliana telah sampai di bar yang menyediakan berbagai minuman. Liliana yang merasakan penasaran yang sangat tinggi karena melihat minuman berwarna-warni. Saat Liliana sibuk mengamati, Sari pun membisikkan sesuatu ke seorang bartender. Bartender pun mengangguk lalu meracik sebuah minuman yang ditaruh sesuatu didalamnya.

"Liliana tadi aku sudah pesan minuman yang terenak disini hanya khusus untuk kamu."

"Oh iya? Mana minumannya?" tanya Liliana dengan antusias.

"Tunggu sebentar masih dibuat sama bartender" Liliana pun mengangguk. Tidak lama kemudian bartender menyerahkan sebuah gelas kedepan Liliana.

"Nah itu minuman yang aku pesankan khusus untuk kamu, minum aja langsung pasti sangat menyegarkan."

"Lalu minuman kamu mana? Masa hanya aku yang minum sih sedangkan kamu enggak, aku pesankan minuman untuk kamu ya biar impas."

"Enggak usah aku nanti aja minumnya lagian aku juga bisa kok pesan sendiri, udah cepetan minum nanti keburu enggak enak loh rasanya kalau dianggurin terus."

"Ya udah kalau gitu" Liliana meminum secara perlahan hingga saat sudah meneguk satu kali tegukan dia langsung berhenti.

"Kenapa rasa minumannya seperti ini? Rasanya ada pahitnya seharusnya minuman kan rasanya manis."

"Memang rasanya seperti itu tapi sangat baik untuk kekebalan tubuh, cepat habiskan dan enggak usah banyak tanya" ucap Sari galak yang langsung membuat nyali Liliana menciut.

Liliana langsung menegaknya hingga habis, Sari yang melihat itu pun tersenyum senang. sedangkan Liliana menutup mulutnya agar tidak memuntahkan minuman tadi.

"Nah sekarang kamu udah rasain minuman terenak disini, bagaimana setelah ini kita turun ke dance floor untuk senang-senang bareng."

"Aku enggak mau Sari, aku maunya sama kakaku aja ayo sari anterin aku ke tempat kakakku tadi."

"Ih enggak asik tahu, ayo kita ke dance floor aja kalau kita enggak turun ke dance floor saat disini rasanya kurang afdol."

Tanpa mendengarkan penolakan dari Liliana, Sari menarik Liliana begitu saja ke dance floor. Saat sudah ada di dance floor Liliana tidak merasa nyaman sekali beda dengan Sari yang sangat menikmatinya. Karena sedari ada disini badan Liliana dipegang-pegang oleh orang-orang yang tidak dikenalnya.

"Gimana seneng banget kan bisa ada di sini, kita bisa joget sepuasnya malam ini!" ucap Sari setengah berteriak agar Liliana mendengar.

"Ayo kita pergi saja Sari aku enggak nyaman disini."

"Udah nikmatin aja pasti nanti lama-lama juga bakal nyaman kok" Sari terus asik berjoget menggoyangkan pinggulnya kesana kemari sesuai dengan irama musik.

"Sari ayo kita udahan saja, aku sudah mulai pusing ini" ucap Liliana dengan tangan kiri memegangi baju sari dan tangan kanan yang memegangi samping kepalanya.

"Kamu pusing?" Liliana mengangguk saja.

"Ya sudah kalau gitu aku anterin kamu istirahat di kamar."

"Jangan ke kamar anterin aku ke kakakku saja" tolak Liliana.

"Kejauhan kalau harus ke tempat kakakmu berada ayo ikut aku saja" Sari memapah Liliana lalu menaiki tangga, Liliana yang memang sudah lemas tidak kuat untuk melawan.

"Kamu yang sabar ya Liliana sebentar lagi kita akan sampai di kamar kok."

Hingga Sari membawa masuk Liliana masuk ke dalam salah satu kamar yang tersedia. Lalu meletakkan tubuh Liliana diatas ranjang besar. Setelah meletakkan Liliana dengan nyaman, Sari pun meninggalkan Liliana sendirian. Saat didepan pintu kamar Sari bersitatap dengan seorang laki-laki.

"Gimana kamu udah ngejalanin rencana yang saya suruh dengan benar kan?"

"Sudah tuan, sudah saya laksanakan semua perintah yang tuan katakan tadi dan saat ini Liliana sudah berada didalam tengah tidak sadarkan diri."

"Bagus saya suka dengan kinerja kamu yang tidak pernah mengecewakan saya, untuk bayaran kamu ini saya nanti akan mentransfernya sekarang kamu boleh pergi dari sini."

"Baik tuan, kalau begitu saya permisi" setelah itu Sari segera pergi menghilang dari club.

Sedangkan laki-laki tadi menyuruh anak buahnya untuk membawa masuk seorang pria yang identitasnya tidak dia ketahui. Laki-laki itu hanya memilih asal pria yang dibawa oleh anak buahnya.

"Cepat bawa dia masuk kedalam, kalian tadi sudah mencampurkan minuman yang dia minum dengan obat perangsang kan?"

"Tenang tuan sudah saya berikan."

"Bagus, segera masukkan ke dalam biarkan dua orang itu bersenang-senang malam ini."

Anak buah laki-laki itu mengangguk lalu memasukkan pria itu kedalam. Setelah meletakkan dalam satu ranjang yang sama mereka berdua pergi dari kamar itu dengan mengunci pintunya. Tidak berapa lama kemudian terdengar suara erangan dan desahan dari dalam kamar.

Laki-laki tadi pun tersenyum puas atas apa yang terjadi hari ini karena rencananya berjalan dengan baik tanpa hambatan sama sekali. Tinggal menunggu waktu untuk menjalankan rencana selanjutnya setelah ini.

Sedangkan di posisi lain, Reza bingung mencari dimana adiknya saat ini. Dia mencari keseluruhan ruangan serta menanyakan kepada tamu tapi tidak ada yang tahu sama sekali. Reza tentu saja frustasi, kalau sampai tidak menemukan keberadaan adiknya saat ini pasti dia akan dihajar habis-habisan oleh sang papa.

"Kamu kemana sih dek? Kenapa enggak ada keberadaan kamu di ruangan ini, atau dia keluar dari ruangan ini karena bosan?"

Tanpa menunggu lama Reza keluar dari ruangan. Dia terus berjalan dengan mata yang terus mengedar ke seluruh ruangan dengan harapan segera menemukan sang adik. Tapi satu jam mencari Reza tidak menemukan keberadaan Liliana sama sekali.

Reza mengacak rambutnya frustasi karena tidak kunjung menemukan Liliana. Dengan sedikit harapan Reza kembali mencari Liliana di toilet wanita. Reza menunggu di depan toilet sambil melihat wanita yang hilir mudik masuk dan keluar dari toilet. Karena sudah tidak sabar Reza menghentikan salah satu wanita yang baru saja keluar dari toilet.

"Permisi mbak apakah tadi anda melihat seorang perempuan dengan rambut panjang dengan pipi bulat dan mengenakan baju warna lavender berada didalam toilet?"

"Saya tidak melihat sama sekali mas."

"Oh iya terima kasih ya mbak" ucap Reza dengan senyum malu.

Setelah itu Reza mempersilahkan wanita itu untuk lanjut berjalan lagi. Reza makin pusing dan bertambah frustasi.

"Kalau seperti ini alamat aku akan dirujak habis-habisan sama papa, kamu ada dimana sih dek kenapa hilang tanpa jejak seperti ini?" saat sedang frustasi pada puncaknya, telepon Reza berdering menampilkan nama papanya.

"Haduh gawat papa udah nelpon" mau tidak mau Reza menjawab telepon dari papanya dan mempersiapkan telinga serta mentalnya untuk mendengarkan kata-kata mutiara yang keluar dari mulut papanya.

"Iya hallo pa, ada apa?"

"Ada apa, ada apa! kamu enggak lihat ini udah jam berapa?! Cepat pulang sekarang juga!"

"Pa ana hilang."

Terpopuler

Comments

Iris

Iris

bagus ceritanyaaa... semangat yaaa! jangan lupa mampir karyaku thor /Scream/

2025-03-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!