Rumah sakit itu terasa sunyi, hanya terdengar suara mesin yang berdetak pelan di ruang perawatan VIP. Ibu Bara, seorang wanita yang dulu dikenal sebagai sosok yang kuat dan penuh semangat, kini terbaring lemah. Wajahnya pucat, dan tubuhnya tampak semakin rapuh.
Bara duduk di samping ranjangnya, tangannya menggenggam erat tangan ibunya yang dingin.
Ibu Bara
Bara.... (suaranya lemas)
Bara
Ibu... kamu harus kuat. Kita akan mencari dokter lain. Ada banyak pengobatan yang bisa membantu. Ibu harus sembuh.
Ibu Bara
Tidak ada waktu lagi, Bara. Ibu... tidak bisa bertahan lebih lama. Ada sesuatu yang perlu kamu lakukan... sebelum semuanya terlambat. (memandang dengan tatapan lemah)
Bara
Apa yang harus aku lakukan, Bu?
(cemas)
Ibu Bara
Nikahi Clara!
Bara terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Nama itu, Clara, begitu asing namun penuh makna. Clara adalah putri sahabat ibunya, sekaligus rekan bisnis keluarga mereka. Namun, untuk Bara, itu tidak lebih dari nama yang ada di catatan bisnis. Ia tidak pernah berpikir untuk menikah dengan Clara.
Bara
Clara? Kenapa dia, Bu?
Bara
Bu... aku sudah punya seseorang yang aku cintai. Aku tidak bisa menikah dengan Clara.
Ibu Bara
Clara, dia putri sahabat ibu. Dan ibu yakin Clara bisa mengurusmu dengan baik begitu ibu pergi nanti.
Bara
Ibu, ini... ini terlalu besar untukku. Aku tidak bisa begitu saja menikahi orang yang bahkan tidak aku kenal.
Ibu Bara
Bara, ini adalah permintaanku yang terakhir. Jika kamu sayang padaku, kamu akan melakukan ini. Untuk ibu.
Bara
Baik, Bu... Aku akan melakukannya. Tapi hanya untuk ibu. (suaranya pelan penuh penyesalan)
Ibu Bara
Terima kasih, Bara... aku tahu kamu adalah anak yang baik.
Comments