Aku Mencintainya
Namaku Riyanti, usiaku 28 tahun. Aku menikah saat usiaku masih 18 tahun sangat muda, bukan? Kini usia pernikahan kami menjelang 10 tahun. Aku dan mas Herman dikaruniai anak laki-laki yang tampan. Saat ini usia putraku delapan tahun. Dia sudah masuk sekolah dasar.
Aku dan mas Herman selisih sembilan tahun, dia lebih tua dariku. Selama ini kami hidup pas pasan, mas Herman hanya kuli dan itupun tidak tetap. Kadang dia bekerja dan berhenti begitu gajinya tidak sesuai, dan dia akan mencari pekerjaan lain. itupun gajinya hanya buat makan sehari hari. Tentu saja kami merasa kurang.
Belum lagi pinjaman di bank harus dibayar setiap bulannya, dan kini dua bulan sudah menunggak.
Mana mas Herman belum kembali. Bagaimana nantinya aku menghadapi penagih jika dia datang kemari.
Beberapa hari yang lalu suamiku berkunjung kerumah mertuaku yang dikabarkan meninggal dunia. Dia mudik sendirian karna kurangnya ongkos untuk pergi bersama.
Setelah ditinggal beberapa hari aku menangis memikirkan nasibku dan juga putraku. Aku tidak masak karena beras telah habis, semua bahan dapur habis kecuali air minum. aku memeluk putraku yang menangis.
“mama Ifan lapar”
Suara parau putraku, sejak pagi perutnya belum terisi hanya air minum saja.
Ibu mana yang tidak sakit ketika anaknya meringis karena kelaparan. Hatiku teriris sakit dan aku putus asa.. Aku dibanjiri oleh air mata.
“sabar ya nak,, tunggu papa pulang”
Hanya bisa memenangkannya mengusap pelan bahunya dan mencium pucuk kepalanya..
Waktu berlalu sudah satu jam lebih aku terduduk dilantai sambil memeluk putraku yang kini telah terlelap dalam dekapanku dengan keadaan lapar.
Aku mengangkatnya dan memindahkannya di atas kasur. Ku kecup kening putraku kemudian mengusap jejak air mata yang hampir mengering disudut matanya.
Sabar ya sayang.! mama akan berusaha agar tetap bisa makan mama janji.
Aku melangkah dan mengambil hp diatas meja kemudian mencoba menghubungi mas Herman.
Maaf nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan silahkan hubungi lagi nanti.
Mas,, dimana kamu? Kenapa belum juga kembali.
Lama termenung dengan hp di tanganku sambil berpikir, apa ku jual saja yah hapeku? Tapi bagaimana nantinya aku menghubungi suamiku.
Aku membuka sosial media dan sebuah postingan lewat di berandaku dan itu masuk akal.
“sebenarnya kamu itu kaya. Cobalah bercermin, dan lihat..”
Sepasang bola mata: US$ 1.525 atau sekitar Rp 14 juta
Hati: US$ 157.000 atau sekitar Rp 1,4 miliar
Ginjal: US$ 262.000 atau Rp 2,4 miliar.
Dan kamu masih mengeluh? Jual bodoh!!..
Tatapanku terkunci pada layar, haruskah aku menjual ginjalku?
Dengan begitu semua hutangku lunas dan aku juga bisa buka usaha kecil kecilan. Betapa indahnya hidup tanpa beban atau hutang. Seketika aku tergiur. Baiklah, aku akan memikirkannya lagi nanti.
Aku melirik kasur dimana putraku bergerak gelisah dalam tidurnya, dia meringkuk seperti janin sambil memeluk perutnya
Aku menyapu air mataku yang kembali terjatuh, aku akan ke Ruko untuk meminjam beras.
Sesampainya disana aku menunggu hingga pembeli benar benar sepi. Setelah itu dengan langkah berat aku menghampiri pemilik Ruko.
“tolong saya Bu Rati,, saya ingin pinjam beras. Saya janji Bu begitu suami saya kembali saya akan segera membayarnya.”
Aku sangat malu padanya. Aku tidak berani bertatap muka. Hutang kemarin saja belum aku lunasi dan sekarang ingin hutang lagi.
“ini Untuk bu Riyanti, kebetulan hari ini saya sedang membagi bagi sembako, silahkan terima Bu..!”
Aku tersenyum bahagia menerima pemberian Bu Rati.
“Alhamdulillah terimakasih banyak Bu. semoga Allah membalas kebaikan ibu.”
Bu Ratih mengangguk kemudian membalas ku, “sama sama Bu.”
Aku pulang kerumah dengan perasaan bahagia, sementara di tanganku sudah ada telur satu rak dan juga beras lima kilo. Ini cukup untuk kebutuhan seminggu, Aku sudah sangat bersyukur. Allah masih sayang padaku.
Jarak dari rumah ke kios sekitar 100 meter, begitu aku sampai didepan rumah yang bertingkat tiga dengan cat yang berwarna gold begitu mewah. setiap kali aku lewat sini aku selalu berdoa sambil menelan Saliva.
Suatu saat aku akan punya rumah sebesar dan semewah ini.
Aku yang tidak fokus berjalan malah menabrak seseorang hingga aku terjatuh dan telur telurku pecah.
“aduhh..!!”
Aku tidak peduli lututku yang lecet, aku bergeser dan memeriksa telurku ternyata masih ada yang utuh...
“ Syukurlah..” aku bernafas lega.
“maaf yah mbk.. Aku tidak sengaja” ujar pria tampan tersebut.
Aku tertegun dan terkesima dibuatnya. Aku belum pernah melihat pria setampan ini sebelumnya.. Hidung mancung dan alis tebal, mata indah berwarna coklat tua. rahang tegas, rambut yang tipis dan rapi di sepanjang rahang dan dagu, bentuk bibir yang penuh begitu menggoda..
“tidak apa apa mas, lagian aku yang salah tidak memperhatikan jalan”
Aku kembali menenteng beras dan juga telur.
“Mbk, sini aku bantu, ini berat loh.”
“gak apa apa mas, aku sudah biasa mengangkat beban berat”
Meski aku sudah menolaknya akan tetapi dia tetap mengambil alih. baiklah biarkan dia yang membawanya, aku berjalan menahan perih luka dibagian lututku.
Aku diam diam melirik wajahnya. selain tampan dia juga ramah, dan selama diperjalanan dia tidak hentinya berbicara. Bertanya ini dan itu.
Kami berhenti disebuah rumah sederhana yang bercat biru tua.
“mbk tinggal disini?”
“iya mas”
Aku mengangguk dan tersenyum padanya.
“ngontrak mbk?” lagi lagi dia bertanya.
“iya mas, aku ngontrak bersama keluarga kecilku”
Jawabku tak lupa tersenyum. Aku melihat senyumnya sedikit berbeda. Kemudian menggaruk tengkuknya.
“aku pikir mbk masih gadis”
Aku terkekeh, bagaimana mungkin dia berpikir aku gadis. Apakah karna wajahku baby face dan tubuhku yang mungil.
“Mas bisa ajah..Duduk mas!”
Aku menyuruhnya duduk pada kursi teras dan membawa barang barangku masuk tidak lupa menyuguhkan secangkir air panas. kupikir semua laki laki menyukai kopi bukan?.
“diminum mas!”
“makasih mbk”
“harusnya aku loh mas yang berterima kasih” ucapku tulus.
“gak apa apa mbk, bukankah sesama kita harus saling menolong!”
Aku mengangguk dan menatapnya kagum.. Ternyata dia juga baik.
“khm, namaku Rais, kalau mbk siapa?”
“panggil Riyanti saja mas”
“umm Riyanti yah, nama yang cantik secantik orangnya” Ujar Rais tersenyum menatapku.
Aku tersipu, siapa yang tidak bahagia jika sedang dipuji. Termasuk diriku sendiri.
“Tapi karna mbk Riya sudah menikah aku akan panggil kakak saja”
Aku menatapnya bingung, dia ingin memanggilku kakak? Yang benar saja, usianya saja mungkin diatas ku.
“Itu karena aku menghargai mbk Riya” ujar Rais
Baiklah, tidak masalah aku juga bisa memanggilnya Adek bukan?
“baiklah dek Rais”
Aku mengulum bibir lucu, dan kamipun tertawa.
Lama bercerita hingga tak terasa hari sudah petang, Rais berpamitan dan aku mengantarnya sampai didepan.
“kak, kita tetangga. aku tinggal disebalah sana, kapan kapan kakak mampir yah!”
Aku mengikuti arah tunjuknya tepat disebuah rumah besar Dimana aku terjatuh didepannya tadi.
Ternyata Rais pemilik rumah mewah itu, aku seketika tertegun. apakah ini takdir atau semacam kebetulan. Aku bertemu langsung dengan pemilik rumah yang selama Ini aku kagumi dan selalu berharap bisa memilikinya juga..
“sampai jumpa kak Riyanti”
Rais tersenyum dan melambaikan tangan. Akupun membalasnya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments