Chapter 5 - Kembali ke Kota

"Sialan! Gara gara kamu hidupku berantakan!"

"Anak haram sepertimu lebih baik mati saja."

"Tidak ada tempat yang tenang di dunia ini untukmu tinggal."

"Kau hanya membawa kekacauan dan kepedihan bagi orang di sekitarmu."

"Hahahaha! Orang sepertimu memang pantas direndahkan!"

"Hahahaha!"

"Gara gara kamu aku tidak jadi menikahinya."

"Mati saja kau!"

"Hilassen!"

Hilassen membuka matanya dengan badan yang dibanjiri keringat. Ia terbaring dengan Arkandra, Kakek Lehben, Sherle, dan Rural yang ada di sekitarnya.

"Hilassen!" kata Arkandra dengan memeluk Hilassen

Hilassen melihat ke sekitarnya dan Kakek Lehben tersenyum ke arahnya. Rural dengan cepat mengambil pakaian ganti dan Sherle bersiap merapalkan Sihir untuk membersihkan badan Hilassen.

Beberapa saat kemudian, Hilassen telah berganti pakaian. Ia membuka tirai dan berjalan menuju ke ruang tengah tempat Arkandra dan yang lain sedang berkumpul.

"Pakaiannya pas?" tanya Sherle

"Ya.. terima kasih." jawab Hilassen

Hilassen duduk dan perbincangan pun terjadi. Hilassen berbicara dengan cukup kesulitan terutama lebam yang masih cukup terasa dan rahang yang patah.

"Kalau kau belum bisa berbicara, jangan dipaksakan." kata Sherle

Hilassen langsung menganggukkan kepalanya. Sherle dalam hati bergumam dan tertawa melihat Hilassen yang langsung mematuhi perintahnya tanpa bertele tele.

"Baiklah, sekarang kalau aku atau kami bertanya, kamu tinggal anggukkan kepala untuk iya dan gelengkan kepala untuk tidak, mengerti?" tanya Sherle

Hilassen menganggukkan kepalanya.

"Yosh, karena pasiennya sudah bangun dan bergerak, aku bisa pergi!" kata Sherle meregangkan tubuhunya

Arkandra, Hilassen, dan Kakek Lehben memasang wajah bingung. Kakek Lehben kemudian bertanya kepada Sherle mengenai maksud dari perkataannya.

Sherle menjawab bahwa sejak sebelum Kakek Lehben dan dua bocah yang dibawanya datang, ia sudah berencana untuk pergi ke benua sebelah karena adanya beberapa hal penting yang diurus. Dan ketika ia habis mencari bekal dan mau berangkat, ia menemukan dua orang bocah yang kesakitan di rumahnya.

"Daan.. mana mungkin aku tega meninggalkan dua orang bocah yang berteriak kesakitan ini." kata Sherle

"A-aku tidak berteriak kesakitan!" kata Arkandra

"Yoshi yoshi.. anak pintar" kata Sherle mengelus kepala Arkandra

Tawa pun pecah dan beberapa jam kemudian, mereka semua sudah berada di luar rumah pohon. Sherle menjadi yang terakhir keluar dari rumah pohon dan mengunci rumahnya.

"Baiklah, sekarang waktunya kita berpisah lagi." kata Sherle

Arkandra, Hilassen, dan Kakek Lehben membungkukkan badan sebagai tanda terima kasih karena sudah mau menolong mereka dan memberi mereka tempat tinggal selama beberapa hari ini.

Sherle tersenyum lebar dengan wajah yang sedikit memerah dan berkata tidak masalah. Rural tertawa kecil melihat situasi tersebut dan tawa pun kembali pecah.

Rural merapalkan Sihirnya dan dari bawah tanah keluar beberapa akar yang kemudian membentuk sebuah gerbang berbentuk oval seukuran tubuh Rural serta mengeluarkan cahaya berwarna putih kehijau hijauan. Rural melambaikan tangan dan berpesan kepada Arkandra, Hilassen, Kakek Lehben, dan Sherle agar berhati hati.

Rural memasuki portal dan menghilang dari hadapan keempat orang tersebut. Sherle menawarkan tumpangan untuk kembali namun ketiga orang yang ditawari menolak karena merasa tidak enak jikalau terus terusan dibantu.

"Oh baiklah! Kalian berhati hatilah. Kerajaan Dearulten dan mayoritas kerajaan di benua ini bukanlah kerajaan yang baik seperti rata rata kerajaan di benua sebelah. Jadi kuingatkan sekali lagi, berhati hatilah! Terutama kau, si kecil Hilassen!" kata Sherle yang kemudian menyentil dahi Hilassen

Hilassen mengedipkan matanya dan ia melihat ke Sherle yang tersenyum. Sherle pun melambaikan tangannya dan terbang dengan menggunakan Sapu Sihirnya.

Arkandra, Hilassen dan Kakek Lehben melambaikan tangan dan ketika Sherle sudah tidak nampak di pandangan mereka, mereka memutuskan untuk ikut meninggalkan rumah pohon dan kembali ke Kota Esvortein.

Mereka bertiga berjalan dengan sesekali bercanda. Meski terkadang bercanda, namun mereka harus tetap fokus guna berjaga jaga dari serangan Para Monster Hutan.

Ketika mereka sudah berjalan kurang lebih sekitar 10 menit, mereka bertemu dengan 5 sosok Hyena dengan mata bewarna merah. Kakek Lehben dengan sigap langsung memasang badan guna melindungi Arkandra dan Hilassen.

"Kalian mundurlah, biar aku yang menghadapi hyena hyena ini." kata Kakek Lehben

"Tapi kakek" kata Arkandra

"Tenang saja, meski tak bisa menggunakan Sihir lagi, aku masih memiliki fisik yang kuat!" kata Kakek Lehben dengan bangga

Dua hyena dengan cepat langsung berlari untuk menerkam Kakek Lehben, namun dengan reflek yang cepat Kakek Lehben langsung memukul kedua hyena dengan satu ayunan tangannya.

"Wahh!" kata Arkandra dan gumam Hilassen

"Lihat Hilassen! Dengan satu ayunan samping saja, Kakek Lehben bisa mengalahkan dua hyena itu!" kata Arkandra

Hilassen menganggukkan kepalanya beberapa kali dengan cepat dan bersemangat. Kakek Lehben tersenyum dengan sangat senang karena dapat pamer kekuatan di depan cucu kesayangannya.

"Meski usiaku sudah tidak muda, tapi aku tidak boleh membiarkan diriku terlihat lemah di hadapan cucu kesayanganku!" kata Kakek Lehben dengan memutar bahu serta berlari menuju ke ketiga hyena yang tersisa.

Kakek Lehben dengan semangat mengambil sebuah kapak yang sudah disimpannya dari punggungnya. Ia langsung menggenggam kapaknya dengan kuat dan menghantam salah satu hyena yang berdiri di hadapannya.

Hyena terlempar dengan bibir yang  robek akibat hantaman dari Kakek Lehben. Dua hyena yang tersisa mulai ketakutan dan mencoba menghindari Kakek Lehben.

Dengan muncratan darah yang terkena di bajunya, Kakek Lehben menghela nafas berat layaknya seekor singa yang sedang bersiap menerkam mangsanya.

Kedua hyena yang tersisa langsung lari ketakutan disusul dua hyena pertama yang sudah dihajar Kakek Lehben sebelumnya. Melihat ada hyena yang kesakitan karena mulut yang robek, Arkandra langsung berlari menuju ke hyena yang terluka.

Hyena yang terluka langsung berdiri memasang badan dan berjalan mundur menjauh karena takut dengan Kakek Lehben dan Arkandra. Arkandra agak terkejut dengan reaksi si hyena. Meski begitu, ia tetap berjalan perlahan sembari merapalkan Sihir Penyembuhan.

"Tenanglah.. aku akan menolongmu.." kata Arkandra

Hyena melihat cahaya hijau yang muncul dari telapak tangan kanan Arkandra. Hyena yang tahu bahwa itu bukanlah Sihir atau sebuah serangan langsung terdiam dan bersedia didekati oleh Arkandra meski masih agak waspada.

"Tenanglah.." kata Arkandra

Hilassen yang berdiri di belakang hanya bisa terkagum sembari bertepuk tangan kecil layaknya seorang anak kecil melihat hebatnya pemain sirkus dengan lumba lumbanya.

Telapak tangan Arkandra berhasil menyentuh kepala bagian atas hyena dan hyena pun mulai membaringkan tubuhnya layaknya seekor anjing.

"Auug.." kata hyena dengan menahan kesakitan

"Pasti sakit bukan? Tenanglah.. aku akan menolongmu." kata Arkandra

Kakek Lehben dan Hilassen melihat dengan kagum. Seorang anak kecil tanpa rasa takut mampu menolong seekor hyena yang tadinya mau menyerangnya. Kakek Lehben geleng geleng kepala sembari berkata kepada Hilassen agar mencontoh perilaku terpuji Arkandra.

"Tentu saja! Itulah mengapa dia bisa menjadi kakakku!" kata Hilassen kecil yang masih berusia 6 tahun

Kakek Lehben tersenyum dan mengelus kepala Hilassen. Beberapa menit kemudian, Akrandra telah selesai mengobati luka si Hyena.

"Auugg!" kata Hyena dengan melompat ke arah Arkandra

"Ahaha! Iya iya, sama sama!" kata Arkandra yang dijilat jilai Hyena

Hilassen dan Kakek Lehben bertepuk tangan dengan meriah setelah melihat Arkandra yang berhasil menyembuhkan Hyena.

Hyena yang sedang menjilati Arkandra sebagai bentuk kesenangan dan rasa terima kasihnya karena sudah ditolong, setelah melihat ke arah Kakek Lehben ia langsung ketakutan.

Hyena bersembunyi di belakang Arkandra dan Arkandra tertawa melihat Hyena yang ketakutan. Arkandra mengelus kepala Hyena dan berkata bahwa Kakek Lehben bukanlah orang yang jahat. Mendengar perkataan Arkandra, Kakek Lehben dan Hilassen ikut tertawa.

Setelah selesai mengobati Hyena, Hilassen dan yang lain pun kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ke kota. Beruntung, setelah bertemu dengan kawanan hyena tadi, mereka tidak mendapatkan hambatan yang berarti lagi. Hambatan terberatnya hanyalah melompati batang pohon raksasa yang tumbang.

Setelah berjalan beberapa jam mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Sembari beristirahat, Arkandra mencoba mengobati Hilassen meskipun ia tahu bahwa kekuatannya saat ini belumlah sekuat Sherle ketika menyembuhkan luka luka Hilassen.

Setelah Arkandra selesai mengobati Hilassen, mereka kembali melanjutkan jalan mereka menuju ke kota. Dan setelah perjalanan panjang mereka sekitar 6 jam, mereka melihat tembok raksasa pelindung Kota Esvortein.

"Tunggu dulu, kita tidak bisa kembali begitu saja." kata Kakek Lehben dengan menahan pundak dari Hilassen dan Arkandra

"Kenapa?" tanya Arkandra

"Terakhir kita keluar dari kota, kita menerobos bukan?" tanya Kakek Lehben

"Ka-kau benar.." kata Arkandra

Kakek Lehben kemudian membisikkan sebuah rencana kepada Hilassen dan Arkandra. Hilassen dan Arkandra kemudian menganggukkan kepala mereka sebagai kode setuju dan memahami rencana yang dirancang oleh Kakek Lehben.

Beberapa saat kemudian

"Permisi Tuan Prajurit" kata Kakek Lehben dengan mantel coklat yang menutupi seluruh badannya

"Ya, ada urusan apa kau kemari?" tanya Prajurit 1

"Ah, saya adalah seorang pedagang. Dan kebetulan sekali, barang dagangan saya diserang oleh monster monster yang ada di dalam hutan sana." jawab Kakek Lehben

"Hutan itu? Bukankah monster monster di hutan itu tidak begitu kuat?" tanya Prajurit 3

"Ya! Tentu saja! Bagi seorang Prajurit hebat nan kuat seperti kalian pastilah mudah! Namun.. bagi seorang pedagang lemah sepertiku.. monster monster itu terlalu kuat." kata Kakek Lehben dengan sedikit lebay

Di dalam mantel, Hilassen tertawa kecil dan Arkandra memasang wajah datar dan geli.

Mendengar sanjungan dari Kakek Lehben, Para Prajurit yang bertugas langsung besar kepala.

"Hahaha! Tentu saja! Bagi kami monster monster di hutan itu tidaklah seberapa!" kata pPajurit 1

"Ya! Pasti berat bukan bagimu melewati hutan itu?!" kata Prajurit 2

"Ya.. sangat.. apalagi setelah.. barang barang dagangku diserang!" kata Kakek Lehben

"Sudah sudah.. tenangkan dirimu di kota dulu saja." kata Prajurit 3 yang berada di dalam ruang jaga

"Bolehkah..?" tanya Kakek Lehben

"Tentu saja!" kata Para Prajurit dengan kompak

"Terima kasih! Tuan Prajurit yang Perkasa!" kata Kakek Lehben dengan air mata berlinang

Mendengar sanjungan dari Kakek Lehben, Para Prajurit kembali bangga bahkan saking bangganya mereka sampai membuka jalan untuk mempersilahkan Kakek Lehben masuk.

Perlahan dengan air mata yang mengalir Kakek Lehben memasuki kota. Ia terus berjalan secara perlahan hingga Para Prajurit sudah tidak bisa melihatnya lagi.

"Bwahh! Tidak kusangka aku akan mendengar percakapan menggelikan itu!" kata Arkandra dengan merinding keluar dari mantel Kakek Lehben

"Hahaha, mau bagaimana lagi bukan? Hanya ini satu satunya cara yang tersisa." kata Kakek Lehben

"Ya, terima kasih." kata Arkandra

Setelah itu mereka sempat bercakap sebentar. Arkandra berkata kepada Hilassen untuk lebih menjaga dirinya dan jikalau ada sesuatu yang tidak beres segera laporkan padanya.

Hilassen dengan tersenyum polos menganggukkan dan menggaruk kepala. Arkandra membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ke kediamannya. Begitu pula Hilassen dan Kakek Lehben yang berjalan pulang menuju ke kediamannya.

Arkandra telah berjalan cukup jauh. Ia menoleh ke belakang dan ia sudah tidak bisa melihat Hilassen dan Kakek Lehben. Setelah tahu Hilassen dan Kakek Lehben tidak lagi dapat melihatnya, Arkandra mulai menangis.

"Aku.. tidak ingin pulang. Aku masih ingin bersama mereka!"

Arkandra bergumam di dalam hatinya. Ia berjalan layaknya seorang anak kecil yang kehilangan orang tuanya. Dan ketika ia sedang berjalan sembari menangis, tanpa sengaja ia menabrak seseorang.

Terpopuler

Comments

Rozh

Rozh

Malam👋
semangat terus ya Thor 💪

mampir di novelku ya, " Suami Dadakan"

salam dari kisah danau hijau buatan Kakek

2020-08-30

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Hilassen von Arn
2 Chapter 2 - Ruang Kelas
3 Chapter 3 - Peringatan
4 Chapter 4 - Sihir dan Janji
5 Chapter 5 - Kembali ke Kota
6 Chapter 6 - Pindah Sekolah
7 Chapter 7 - Hingar Bingar
8 Chapter 8 - Malaikat Sekolah
9 Chapter 9 - Tuduhan & Fitnah
10 Chapter 10 - Sherle
11 Chapter 11 - Menjadi Raja Iblis
12 Chapter 12 - Lawan Pertama
13 Chapter 13 - Kucing Putih
14 Chapter 14 - Para Hyena
15 Chapter 15 - Hutan Bruterwald
16 Chapter 16 - Piramida Zeit
17 Chapter 17 - Piramida Zeit Part 2
18 Chapter 18 - Penyihir Bukit Eulehil
19 Chapter 19 - Tukang Tidur
20 Chapter 20 - Menagih Hutang
21 Chapter 21 - Gerbang Waktu
22 Chapter 22 - Dunia yang Berbeda
23 Chapter 23 - Pertarungan Para Monster
24 Chapter 24 - Orang Tua yang Menyebut Dirinya Dewa
25 Chapter 25 - Pelatihan
26 Chapter 26 - Pelatihan Dimulai
27 Chapter 27 - Pelatihan Hari Pertama
28 Chapter 28 - Sihir Memperkuat Otot
29 Chapter 29 - Sarapan Penuh Kejutan
30 Chapter 30 - Hilassen dan Latihan
31 Chapter 31 - Hasil Latihan
32 Chapter 32 - 10 Tahun
33 Chapter 33 - Suatu Tempat
34 Chapter 34 - Hutan Daun Merah
35 Chapter 35 - Penaklukan Pertama
36 Chapter 36 - Blood Mines
37 Chapter 37 - Petaka 15 Menit
38 Chapter 38 - Pembangunan
39 Chapter 39 - Exousia
40 Chapter 40 - Entitas Berbahaya
41 Chapter 41 - Kabar Keluar Benua
42 Chapter 42 - Selamat Datang di Exousia !
43 Chapter 43 - Kekacauaan
44 Chapter 44 - Gemuruh Negeri Jauh
45 Chapter 45 - Kedatangan Kapal Perang
46 Chapter 46 - Perang Pertama
47 Chapter 47 - Berita Kekalahan
48 Chapter 48 - Surat dari Arkandra
49 Chapter 49 - Memulai Pergerakan
50 Chapter 50 - Hadangan
51 Chapter 50.1 - Hadangan
52 Chapter 50.2 - Hadangan
53 Chapter 51 - Murka & Pertolongan
54 Chapter 52 - Tertawa
55 Chapter 52.1 - Tertawa
56 Chapter 53 [END] - Raja Iblis
57 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Chapter 1 - Hilassen von Arn
2
Chapter 2 - Ruang Kelas
3
Chapter 3 - Peringatan
4
Chapter 4 - Sihir dan Janji
5
Chapter 5 - Kembali ke Kota
6
Chapter 6 - Pindah Sekolah
7
Chapter 7 - Hingar Bingar
8
Chapter 8 - Malaikat Sekolah
9
Chapter 9 - Tuduhan & Fitnah
10
Chapter 10 - Sherle
11
Chapter 11 - Menjadi Raja Iblis
12
Chapter 12 - Lawan Pertama
13
Chapter 13 - Kucing Putih
14
Chapter 14 - Para Hyena
15
Chapter 15 - Hutan Bruterwald
16
Chapter 16 - Piramida Zeit
17
Chapter 17 - Piramida Zeit Part 2
18
Chapter 18 - Penyihir Bukit Eulehil
19
Chapter 19 - Tukang Tidur
20
Chapter 20 - Menagih Hutang
21
Chapter 21 - Gerbang Waktu
22
Chapter 22 - Dunia yang Berbeda
23
Chapter 23 - Pertarungan Para Monster
24
Chapter 24 - Orang Tua yang Menyebut Dirinya Dewa
25
Chapter 25 - Pelatihan
26
Chapter 26 - Pelatihan Dimulai
27
Chapter 27 - Pelatihan Hari Pertama
28
Chapter 28 - Sihir Memperkuat Otot
29
Chapter 29 - Sarapan Penuh Kejutan
30
Chapter 30 - Hilassen dan Latihan
31
Chapter 31 - Hasil Latihan
32
Chapter 32 - 10 Tahun
33
Chapter 33 - Suatu Tempat
34
Chapter 34 - Hutan Daun Merah
35
Chapter 35 - Penaklukan Pertama
36
Chapter 36 - Blood Mines
37
Chapter 37 - Petaka 15 Menit
38
Chapter 38 - Pembangunan
39
Chapter 39 - Exousia
40
Chapter 40 - Entitas Berbahaya
41
Chapter 41 - Kabar Keluar Benua
42
Chapter 42 - Selamat Datang di Exousia !
43
Chapter 43 - Kekacauaan
44
Chapter 44 - Gemuruh Negeri Jauh
45
Chapter 45 - Kedatangan Kapal Perang
46
Chapter 46 - Perang Pertama
47
Chapter 47 - Berita Kekalahan
48
Chapter 48 - Surat dari Arkandra
49
Chapter 49 - Memulai Pergerakan
50
Chapter 50 - Hadangan
51
Chapter 50.1 - Hadangan
52
Chapter 50.2 - Hadangan
53
Chapter 51 - Murka & Pertolongan
54
Chapter 52 - Tertawa
55
Chapter 52.1 - Tertawa
56
Chapter 53 [END] - Raja Iblis
57
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!