Chapter 2 - Ruang Kelas

Bel Gereja berbunyi

Menandakan pagi hari telah tiba

"Ibu.. Ibu.. Ibu..!" kata Hilassen yang kemudian terbangun dengan menangis

Hilassen baru teringat jikalau mulai hari ini dia tinggal dengan Kakek Lehben. Pipi Hilassen terasa sakit dan kalau ia sekolah dengan luka di pipinya, maka Arkandra akan langsung memarahinya.

Hilassen kecil yang takut dimarahi langsung mencari cara untuk menutupi bekas lukanya. Perlahan ia turun dari tempat tidurnya. Ia berjalan keluar dari pintu kamarnya dan ia bertemu dengan Kakek Lehben yang sedang berkebun.

"Ohh Hilassen! Kau sudah bangun rupanya." kata Kakek Lehben

"Kakek! Apa kau tahu cara untuk menyembunyikan bekas luka??" tanya Hilassen dengan panik

Kakek Lehben langsung menyadari bahwa Hilassen tidak ingin Arkandra marah kepada dirinya. Kakek Lehben kemudian merapalkan Sihirnya yang mampu meminimalisir bekas luka dari Hilassen.

"Apakah sudah mendingan?" tanya Kakek Lehben

'Ya! Ini sudah jauh lebih baik! Terima kasih, Kakek!" kata Hilassen dengan tersenyum gembira

Kakek Lehben tersenyum melihat kegembiraan yang dipancarkan Hilassen. Mereka pun sarapan dan Hilassen pergi bersekolah.

Seperti biasanya, Hilassen bertemu dengan Arkandra di pertigaan tempat mereka berpisah. Arkandra memasang wajah curiga karena melihat adanya sedikit bekas luka di wajah Hilassen.

"Tidak ada apa apa kok! Ini hanya.. kemarin ada nyamuk! Aku memukulnya terlalu keras hingga jadi seperti ini!" kata Hilassen dengan agak panik mencoba menghindari pertanyaan dari Arkandra

"Tapi aku belum bertanya apa apa." kata Arkandra

Hilassen mati kutu mendengar perkataan dari Arkandra. Arkandra tertawa dan Hilassen bisa bernafas lega lagi. Mereka melanjutkan jalan mereka menuju ke sekolahan dengan saling bercanda dan tertawa.

Sesampainya di kelas, mereka langsung disambut dengan pemandangan yang tidak mengenakkan.

"A-Arkandra.." kata Hilassen dengan ketakutan

"(Sialan itu..!)" kata Arkandra dalam hatinya dengan marah

Dinding kelas telah dicoret-coreti oleh tulisan 'Hilassen sang Anak Haram', 'Dilota Lacur Terhebat', 'Ayah Hilassen seorang Anjing', dan banyak kalimat tidak mengenakkan lainnya.

Teman teman kelas Hilassen dan Arkandra melihat miris ke arah Hilassen dan memasang badan seolah menjauhi Hilassen. Arkandra yang melihat momen Hilassen kembali terkucilkan langsung mengayunkan tangannya ke samping sembari bertanya siapa yang melakukan ini.

"Ada apa Arkandra? Mengapa kau mementingkan anak busuk itu?" tanya seseorang dari pintu kelas

"Suara.. itu.." kata Arkandra dengan gemetar

Hilassen dan Arkandra membalikkan badan. Mereka melihat sosok yang Agung berada di belakang mereka. Veroste la Himmel, seorang lelaki Bangsawan yang hobi bermain wanita dan terkenal akan ketampanannya.

"Itu Tuan Veroste!" kata siswi siswi dengan histeris

"Jadi Arkandra..? Apakah ini yang kau angkat sebagai adikmu?" tanya Veroste

"Ya,, memangnya kenapa?" tanya Arkandra dengan nada yang sedikit berubah

Hilassen melihat ke wajah Arkandra dan ia menyadari bahwa sikap dari Arkandra agak berubah.

"Oh oh oh.. mengapa kau bersikap tidak sopan begitu.. wahai anakku..?" tanya Veroste dengan anggun

Para siswi kembali histeris. Hilassen kembali melihat ke wajah Arkandra dan dari wajah Arkandra terpancar perasaan jijk dan geli mendengar perkataan dari Veroste.

"Oi anak kecil, Ibumu namanya Dilota bukan?" tanya Veroste dengan suara yang berubah menjadi berat

"I-iya.." jawab Hilassen dengan agak ketakutan

"Ahh, wanita itu cantik sekali~ Seandainya dia tidak melahirkan anak busuk sepertimu, sudah pasti dia menjadi selirku!" kata Veroste

Perkataan Veroste membuat Hilassen dan Arkandra gemetar. Hilassen yang gemetar karena dirinya merasa bersalah kepada Ibundanya, sedangkan Arkandra merasa marah karena dengan sangat lantang Veroste ingin menambah selir dan merendahkan Hilassen.

"Apa.. apakah kau tidak ingin Ibunda tenang di sana?!" teriak Arkandra

Veroste memandang rendah anaknya.

"Apa maksudmu?" kata Veroste dengan aura seperti mau membunuh

Arkandra gemetar mendengar perkataan Veroste.

"Dengar anak kecil.. Alasan aku memberiimu nama Arkandra agar kau tetap tenang dan daim! Jadi tutup mulutmu juga jangan banyak bertingkah!" bentak Veroste

Verose kemudian merapihkan bajunya serta menegakkan kembali badannya. Ia mengibas rambut depannya dan melambaikan tangan pada siswi siswi kecil di kelas Hilassen dan Arkandra.

"Dan satu lagi anak kecil.." kata Veroste ke Hilassen

Hilassen menoleh ke Veroste.

"Kau itu.. tak lebih baik dari seekor anak anjing." kata Veroste dengan tersenyum

Pukulan telak seolah dirasakan oleh Hilassen. Arkandra terkejut mendengar perkataan Ayahnya dan reflek melihat ke wajah Hilassen. Pandangan Hilassen menjadi kosong dan Veroste pergi meninggalkan ruang kelas Hilassen dan Arkandra.

"Ya! Terima kasih, Paman!" kata Rico yang datang dari pintu kelas

Rico memasuki kelas dengan dua temannya.

"Hihi.. inilah akibatnya jika kalian menentangku!" kata Rico yang kemudian diakhiri dengan tertawa

Rico dan dua temannya tertawa sementara Arkandra telah mengepalkan tangannya dengan sangat kuat dan siap memukul Rico saat itu juga. Ketika Arkandra mau melangkahkan kakinya, Hilassen menahan langkahnya dengan tangan kiri yang ia taruh di depan dada Arkandra.

"Sudahlah.. lagipula.. aku ini hanyalah sampah kan..?" kata Hilassen dengan pura pura tersenyum

Arkandra terpukul dengan perkataan dari Hilassen. Air mata Hilassen mengalir meski pandangannya kosong dan wajah tersenyum palsu. Bel Gereja berbunyi menandakan dimulainya kegiatan hari tersebut.

Selama kelas berlangsung, Hilassen belajar dengan wajah yang pura pura tegar. Konsentrasi Arkandra tidak bisa fokus karena menghawatirkan Hilassen dan perkataan Ayahnya terngiang-ngiang di kepalanya.

Tok~ Tok~ Tok~

Suara ketukan pintu terdengar

"Silahkan" kata Guru yang sedang mengajar

"Permisi, saya mencari Tuan Muda Arkandra." kata seorang Prajurit membuka pintu kelas

Arkandra yang sedang melamun disadarkan kembali oleh Hilassen.

"Arkandra, sepertinya ada yang sedang mencarimu." kata Hilassen dengan halus

"Oh ya, maaf aku melamun." kata Arkandra

Arkandra pun keluar dari kelas bersama dengan perginya Si Prajurit. Kelas kembali berjalan dan dengan tidak adanya Arkandra, Rico dan teman temannya dapat mengganggu Hilassen sepuas hati mereka.

Arkandra yang berjalan terus menerus memikirkan perkataan Ayahnya. Dan tanpa sadar, mereka sudah sampai di depan pintu masuk sekolah.

Ketika pintu dibuka, terlihat sudah ada kereta kuda berwarna putih dengan garis keemasan yang menunggu. Sebuah logo Keluarga Bangsawan Himmel terpampang di pintu kereta kuda.

"Apa yang terjadi? Mau kemana kita?" tanya Arkandra ke Prajurit yang menjemputnya

"Maaf Tuan Muda, namun saya tidak bisa menjawab. Tuan Veroste hanya menyuruh saya untuk membawa Tuan Muda pergi dari kelas tanpa memberi tahu tujuannya." jawab Prajurit

"(Orang itu.. apalagi yang ia rencanakan?!)" kata Arkandra dalam hatinya dengan menggigit bibirnya

Arkandra pun menaiki kereta kuda dan pergi meninggalkan sekolahan. Hilassen melihat Arkandra yang pergi dengan kereta kudanya melalui jendela kelas. Rico dan teman temannya saling berbisik menyiapkan rencana untuk 'menjahili' Hilassen.

Kriingg~

Suara bel sekolah berbunyi menandakan waktunya istirahat.

"Baik anak anak, silahkan istirahat kita akan lanjutkan nanti setelah bel masuk berbunyi lagi." kata Bu Guru yang kemudian meninggalkan kelas

Tepat setelah pintu ditutup dari luar oleh sang Guru, sebuah bola air terlempar ke kepala belakang Hilassen. Hilassen yang terkena bola airi otomatis terdorong ke depan hingga terjungkal ke meja yang berada di depan-bawahnya.

*buat yang belum paham\, posisi kelas Hilassen dan Arkandra kursinya itu seperti tangga. Kalau butuh bayangannya seperti apa\, mungkin bisa lihat di Anime Zero no Tsukaima. Terima kasih*

Para siswa selain RIco dan kedua temannya menutup mulut mereka seolah menahan tawa.

'Iihh! Apa yang kamu lakukan, dasar anak miskin!" kata seorang gadis

"Ah, maafkan aku." kata Hilassen

"Lihatlah! Buku-buku ku jadi basah! Mau tanggung jawab gimana kamu! Kamu kan ga ada duit juga!" bentak si Gadis

"A-a.. anu.. kamu.. Faluma kan? Maaf.. nanti.. nanti akan aku ganti.." kata Hilassen

"Ha?! Berani-beraninya kau memanggilku Faluma! Aku ini dari kelas atas! Faluma zu Netar! Putri yang dikagumi banyak orang!" kata Aluma

"A-baiklah.. maafkan aku.. Putri Faluma.." kata Hilassen dengan menunduk

"Menunduk? Hanya menunduk?! Bersujudlah!" bentak Faluma

Hilassen yang masih merasakan sakit di kepala bagian belakangnya tidak bisa bersujud. Karena baginya, untuk menunduk saja sudah sangat pusing.

Tiba tiba Faluma dengan kasarnya mengangkat satu kakinya dan memaksa kepala Hilassen yang menunduk untuk bersujud. Dahi Hilassen terbentuk dengan kursi dan Hilassen berteriak kesakitan.

"Diamlah kamu, dasar miskin! Sudah aku biarkan kepala rendahmu ini menyentuh kaki ku yang indah! Bersyukurlah!" kata Faluma

"Bagus Faluma! Dia memang pantas dibegitukan!" kata Rico dengan tertawa

Seisi kelas tertawa melihat Hilassen yang direndahkan.

"Ini semua juga gara gara kamu! Kalau kamu tidak menjahili anak miskin ini, buku-buku ku tidak akan basah!" kata Faluma

"Ah! Soal itu gampang! Nanti aku ganti, kalau perlu sama tulisan-tulisannya sekaligus!" kata RIco

"Hmph! Syukurlah kau dijahili oleh orang kaya! Seandainya tidak, maka hukuman dariku akan lebih dari ini! Bersyukurlah karena buku-buku mahalku yang basah ini sudah ditebus oleh orang lain!" kata Faluma

Hilassen tidak menjawab, dan hanya menahan kesakitan. Faluma mengangkat kepalanya dan ketika ia melihat High Heels nya, terdapat darah pada bagian Top Heel nya.

"Iiuuhhh! Ada darahh!!" teriak Faluma dengan jijik melihat adanya darah di High Heels nya

Teriakan Faluma terdengar hingga ke ruang guru. Dengan jeda waktu hanya beberapa detik, seorang wanita dengan pakaian Maid memasuki ruang kelas.

"Putri Faluma, apa yang terjadi? Mengapa anda sampai berteriak begitu?" kata Pelayan memasuki kelas dengan panik

"Kenerin! Lihatlah sepatuku ini! Ada darah orang rendahan!!" kata Faluma dengan merengek dan menangis

Faluma langsung membuang sepatu High Heels nya yang menyentuh darah Hilassen dan memeluk manja Kenerin. Kenerin memeluk Faluma dan memarahi Hilassen tanpa membiarkan Hilassen mengatakan sepatah kata.

"Lihatlah apa yang sudah kau perbuat, dasar orang rendahan! Kau membuat menangis seorang Putri dari Bangsawan terhormat!" bentak Kenerin

"Harga nyawamu tak sebanding dengan sepatu Tuan Putri, kau ingin menggantinya dengan apa? Masa depannya sudah dikotori dengan darah kotormu itu!" kata Kenerin

"Kenerin!! Aku tidak akan bisa melupakan kejadian ini.. darah orang miskin itu.. benar benar menjijikan!" kata Faluma dengan merengek memeluk Kenerin

"Sialan kau, orang rendahan! Sampah masih lebih berharga daripada dirimu!" bentak Kenerin

Bel masuk berbunyi dan Hilassen dibawa pergi oleh beberapa prajurit dengan darah yang masih menetes dari kepala belakangnya serta pakaian tubuh bagian atas yang basah.

Famula izin untuk pulang guna menenangkan dirinya. Kelas pun kembali berjalan dan Rico merasa kesal karena tidak bisa menjahili Hilassen sepuasnya namun di satu sisi ia merasa sangat senang melihat Hilassen yang benar benar direndahkan.

Terpopuler

Comments

Yunita Manullang

Yunita Manullang

sediiih..ohh author ini cerita ny akh kelewat batas

2022-06-23

0

Nchue Uswa

Nchue Uswa

😇

2022-01-07

0

min Björn

min Björn

wahai author ku yg baik, rajin menabung, dan tidak sombong. Tetap semangat ya, selalu berusaha, dan jangan lupa berdo'a. Janganlah berputus asa sesungguhnya Tuhan bersama umatNya

2021-03-19

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Hilassen von Arn
2 Chapter 2 - Ruang Kelas
3 Chapter 3 - Peringatan
4 Chapter 4 - Sihir dan Janji
5 Chapter 5 - Kembali ke Kota
6 Chapter 6 - Pindah Sekolah
7 Chapter 7 - Hingar Bingar
8 Chapter 8 - Malaikat Sekolah
9 Chapter 9 - Tuduhan & Fitnah
10 Chapter 10 - Sherle
11 Chapter 11 - Menjadi Raja Iblis
12 Chapter 12 - Lawan Pertama
13 Chapter 13 - Kucing Putih
14 Chapter 14 - Para Hyena
15 Chapter 15 - Hutan Bruterwald
16 Chapter 16 - Piramida Zeit
17 Chapter 17 - Piramida Zeit Part 2
18 Chapter 18 - Penyihir Bukit Eulehil
19 Chapter 19 - Tukang Tidur
20 Chapter 20 - Menagih Hutang
21 Chapter 21 - Gerbang Waktu
22 Chapter 22 - Dunia yang Berbeda
23 Chapter 23 - Pertarungan Para Monster
24 Chapter 24 - Orang Tua yang Menyebut Dirinya Dewa
25 Chapter 25 - Pelatihan
26 Chapter 26 - Pelatihan Dimulai
27 Chapter 27 - Pelatihan Hari Pertama
28 Chapter 28 - Sihir Memperkuat Otot
29 Chapter 29 - Sarapan Penuh Kejutan
30 Chapter 30 - Hilassen dan Latihan
31 Chapter 31 - Hasil Latihan
32 Chapter 32 - 10 Tahun
33 Chapter 33 - Suatu Tempat
34 Chapter 34 - Hutan Daun Merah
35 Chapter 35 - Penaklukan Pertama
36 Chapter 36 - Blood Mines
37 Chapter 37 - Petaka 15 Menit
38 Chapter 38 - Pembangunan
39 Chapter 39 - Exousia
40 Chapter 40 - Entitas Berbahaya
41 Chapter 41 - Kabar Keluar Benua
42 Chapter 42 - Selamat Datang di Exousia !
43 Chapter 43 - Kekacauaan
44 Chapter 44 - Gemuruh Negeri Jauh
45 Chapter 45 - Kedatangan Kapal Perang
46 Chapter 46 - Perang Pertama
47 Chapter 47 - Berita Kekalahan
48 Chapter 48 - Surat dari Arkandra
49 Chapter 49 - Memulai Pergerakan
50 Chapter 50 - Hadangan
51 Chapter 50.1 - Hadangan
52 Chapter 50.2 - Hadangan
53 Chapter 51 - Murka & Pertolongan
54 Chapter 52 - Tertawa
55 Chapter 52.1 - Tertawa
56 Chapter 53 [END] - Raja Iblis
57 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Chapter 1 - Hilassen von Arn
2
Chapter 2 - Ruang Kelas
3
Chapter 3 - Peringatan
4
Chapter 4 - Sihir dan Janji
5
Chapter 5 - Kembali ke Kota
6
Chapter 6 - Pindah Sekolah
7
Chapter 7 - Hingar Bingar
8
Chapter 8 - Malaikat Sekolah
9
Chapter 9 - Tuduhan & Fitnah
10
Chapter 10 - Sherle
11
Chapter 11 - Menjadi Raja Iblis
12
Chapter 12 - Lawan Pertama
13
Chapter 13 - Kucing Putih
14
Chapter 14 - Para Hyena
15
Chapter 15 - Hutan Bruterwald
16
Chapter 16 - Piramida Zeit
17
Chapter 17 - Piramida Zeit Part 2
18
Chapter 18 - Penyihir Bukit Eulehil
19
Chapter 19 - Tukang Tidur
20
Chapter 20 - Menagih Hutang
21
Chapter 21 - Gerbang Waktu
22
Chapter 22 - Dunia yang Berbeda
23
Chapter 23 - Pertarungan Para Monster
24
Chapter 24 - Orang Tua yang Menyebut Dirinya Dewa
25
Chapter 25 - Pelatihan
26
Chapter 26 - Pelatihan Dimulai
27
Chapter 27 - Pelatihan Hari Pertama
28
Chapter 28 - Sihir Memperkuat Otot
29
Chapter 29 - Sarapan Penuh Kejutan
30
Chapter 30 - Hilassen dan Latihan
31
Chapter 31 - Hasil Latihan
32
Chapter 32 - 10 Tahun
33
Chapter 33 - Suatu Tempat
34
Chapter 34 - Hutan Daun Merah
35
Chapter 35 - Penaklukan Pertama
36
Chapter 36 - Blood Mines
37
Chapter 37 - Petaka 15 Menit
38
Chapter 38 - Pembangunan
39
Chapter 39 - Exousia
40
Chapter 40 - Entitas Berbahaya
41
Chapter 41 - Kabar Keluar Benua
42
Chapter 42 - Selamat Datang di Exousia !
43
Chapter 43 - Kekacauaan
44
Chapter 44 - Gemuruh Negeri Jauh
45
Chapter 45 - Kedatangan Kapal Perang
46
Chapter 46 - Perang Pertama
47
Chapter 47 - Berita Kekalahan
48
Chapter 48 - Surat dari Arkandra
49
Chapter 49 - Memulai Pergerakan
50
Chapter 50 - Hadangan
51
Chapter 50.1 - Hadangan
52
Chapter 50.2 - Hadangan
53
Chapter 51 - Murka & Pertolongan
54
Chapter 52 - Tertawa
55
Chapter 52.1 - Tertawa
56
Chapter 53 [END] - Raja Iblis
57
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!