Chapter 3 - Peringatan

Di sebuah ruangan, Hilassen sedang diinterogasi oleh salah satu orang dari Keluarga Netar sekaligus Kapten Penjaga Kota Esvortein, Gestifer vi Netar.

Takk~

Suara bantingan keras terdengar

"Kau masih tidak mau mengakui kesalahanmu?!" bentak Gestifer

Kepala Hilassen dibenturkan ke meja interogasi hingga membuat pelipisnya sobek. Hilassen kembali berteriak dan menangis kesakitan.

"Akui saja kesalahanmu!" bentak Gestifer yang kembali membenturkan Hilassen ke meja interogasi

Seorang anak berusia 7 tahun, dibenturkan berkali-kali ke meja hingga membuat sobek di pelipisnya semakin melebar. Dahi yang lecet serta mulut yang mulai mengeluarkan darah terlihat jelas di ruang interogasi tersebut.

"Ma-maafkan.. aku.." kata Hilassen dengan merengek kesakitan

"Hah? Aku tidak dengar! Katakanlah dengan lebih keras!" bentak Gestifer

Gestifer kembali membanting Hilassen ke meja dan Hilassen berteriak meminta maaf. Gestifer menyuruh penjaganya untuk mengambilkannya sebuah sapu tangan.

"Dasar merepotkan. Aku orang yang terhormat dan penuh kesibukan ini, tidak memiliki waktu untuk mengurusimu." kata Gestifer sembari mengelap tangannya dari darah

"Darah kotor lagi, sialan!" kata Gestifer yang kemudian pergi meninggalkan ruangan dengan membanting pintu

Di tempat lainnya, Arkandra telah sampai ke sebuah Mansion mewah dengan beberapa pilar putih raksasa yang nampak menopang Mansion tersebut di bagian depan.

Di Mansion tersebut terdapat logo dari Keluarga Himmel. Arkandra merasa ada sesuatu yang sangat tidak mengenakkan akan terjadi.

Pintu kereta kuda dibuka oleh kepala pelayan dari Mansion Keluarga Himmel. Arkandra turun dari kereta kudanya dan ia disambut dengan karpet merah serta beberapa belas pelayan yang berbaris.

"Selamat datang, Tuan Muda Arkandra." kata para pelayan dengan kompak

Arkandra berjalan memasuki Mansion dan pintu besar terbuka menyambut kedatangannya. Ia berjalan dengan dikelilingi lukisan-lukisan turun temurun keluarganya.

Dan ia sempat terhenti ketika melihat lukisan wajah Ibundanya.

"Ibunda.. doakan aku." kata Hilassen dalam hatinya sembari melirik ke lukisan Ibundanya

"Tuan Muda.. kita harus cepat, Tuan Veroste sudah menunggu anda." kata Kepala Pelayan

"Aku tahu" jawab Arkandra

Mereka berjalan menuju ke suatu ruangan dan ketika sampai di depan pintu, terdengar suara beberapa wanita sedang bermesraan di dalamnya.

"Tuan Veroste, Tuan Muda Arkandra sudah datang." kata Kepala Pelayan

"Ahh~ Jadi kau ingin gelang emas itu? Dan kau ingin kalung berlian ini? Ambilah! Silahkan!" kata Veroste dengan menggaet dan memangku beberapa wanita

"Mohon maaf, Tuan Veroste. Namun, Tuan Muda Arkandra sudah datang." kata Kepala Pelayan

"Ya ya ya, aku tahu. Kau merusak kesenanganku saja." kata Veroste

Veroste melepas pelukannya dan menyuruh wanita-wanitanya untuk pergi sebentar. Wanita-wanita Veroste melambaikan tangan dan memberikan ciuman jarak jauh kepada Veroste sebelum keluar dari ruangan, namun ketika sampai di depan pintu, mereka melihat dengan benci ke Arkandra.

Arkandra tidak memperdulikan hal tersebut dan hanya melihat Ayahnya dengan pandangan kesal.

"Anakku Arkandra.. duduklah." kata Veroste

"Tidak perlu, katakan dengan cepat apa tujuanmu membawaku ke sini?" kata Arkandra dengan cetus

"Hmm? Begitukah? Sejak kapan kau sedingin ini pada Ayahandamu?" kata Veroste

Arkandra tidak menjawab dan hanya menatap Ayahnya dengan kesal. Melihat Ayahnya yang terus menyepelekannya, Arkandra membalikkan badannya dan membuka pintu.

"Hilassen von Arn." kata Veroste

Arkandra terdiam dengan tangan yang sedang memegang gagang pintu dengan agak terkejut. Arkandra perlahan mulai menoleh ke arah Ayahnya.

"Sekarang kau mau mendengarkanku?" tanya Veroste dengan mengangkat secangkir teh

Arkandra melepas pegangannya dan duduk di kursi yang tersedia. Kepala Pelayan menyiapkan secangkir teh untuk Arkandra dan Veroste memulai pembicaraan.

Beberapa saat kemudian pintu terbuka dengan Arkandra yang berjalan tergesa-gesa. Di dalam ruangan yang ditinggal oleh Arkandra, Veroste menikmati tehnya dengan tertawa.

"Sial sial sial!" gumam Arkandra dengan terburu-buru

"Aku tertipu! Hilassen, apa yang terjadi denganmu?!" gumam Arkandra

Arkandra langsung menaiki kereta kuda yang telah disiapkan oleh Kepala Pelayan. Dengan wajah panik, Arkandra langsung menyuruh pelayannya untuk memacu kuda.

Kepala Pelayan melihat Arkandra dengan perasaan khawatir, namun di satu sisi ia harus tetap berada di Mansiono Keluarga Himmel.

Sesampainya di sekolah, matahari mulai tenggelam. Arkandra berlari memasuki sekolahan dan langsung menuju ke ruang kelasnya.

"Hilassen!" teriak Arkandra dengan membanting pintu

Arkandra tidak menemukan siapapun di dalam ruang kelasnya. Ia kembali melanjutkan pencariannya dengan menelusuri satu per satu ruangan di sekolah.

Kelas per kelas, toilet per toilet, hiingga ruang guru telah ia periksa. Hingga akhirnya ia teringat satu tempat yang belum ia periksa.

Arkandra membuka pintu ruang olahraga dan ia menemukan orang yang ia cari-cari. Arkandra terkejjut melihat Hilassen dan tatapannya menjadi kosong dan ia terduduk lesu.

"Hi..Hilassen.." kata Arkandra

Arkandra melihat Hilassen yang penuhu luka di sekujur tubuhnya. Darah yang keluar dari mulut dan wajahnya, bekas sayatan di bagian-bagian tubuhnya serta kuku-kuku yang terlepas berserakan di mana-mana.

"HILASSEN!!" teriak Arkandra dengan penuh emosi

Arkandra langsung teringat dengan semua perkataan Ayahnya ketika ia menemuinya tadi. Veroste mengatakan bahwa Hilassen hanya akan memperburuk nama Arkandra sehingga Veroste ingin agar Arkandra sesegera mungkin menjauhi Hilassen.

Hilassen menolak dengan tegas namun Veroste sudah menduga penolakan dari anaknya. Veroste mengatakan bahwa Hilassen telah mengicip sedikit dari penderitaan yang akan ia rasakan jikalau terus dekat dengan Arkandra.

Dan mendengar hal tersebut, Arkandra langsung keluar dari ruangan.

"Sialan kau orang tua!!!" teriak Arkandra

Beberapa menit berlalu, Arkandra yang menangis dengan sangat keras merasa mendengar suatu suara. Arkandra mengangkat kepalanya dan ia melihat Hilassen yang masih bernafas meski nafasnya sangat lemah.

"Hilassen.. Hilassen!" teriak Arkandra dengan merangkak dan sedikit terpeleset

Arkandra memegang Hilassen dari dekat dan langsung berusaha mengobati Hilassen. Arkandra juga berteriak memanggil pelayan-pelayannya dan menyuruh untuk segera memberi penolongan pertama kepada Hilassen.

Namun perintah dari Arkandra ditolak oleh para pelayannya. Arkandra agak terkejut namun ia langsung menduga bahwa penolakan perintah para pelayannya dikarenakan Ayahnya.

"Sialan! Tak berguna! Hilassen bertahanlah!" teriak Arkandra

Arkandra langsung menggendong Hilassen dan terus menerus merapalkan Sihir Penyembuhannya ke Hilassen selama ia berlari mencari bantuan.

Orang-orang yang dilewatinya melihat Arkandra berlari menggendong Hilassen yang penuh luka dengan ketakutan dan berusaha menghindar.

Arkandra berlari menghampiri para pedagang yang biasanya sering ia dan Hilassen kunjungi namun tak ada satupun yang mau menolongnya, bahkan mereka seolah tidak mengenal dan berusaha menghindar.

"Sialan!" kata Arkandra dalam hatinya

Arkandra terus berlari mencari bantuan.

"Sialan!" kata Arkandra dalam hatinya

Arkandra tersandung dan ia serta Hilassen terjatuh. Lutut kiri Arkandra berdarah dan tak lama setelah ia dan Hilassen terjatuh, ia melihat Kakek Lehben yang berjalan dengan mendorong gerobak penuh dengan tumbuhan siap pangan.

"Kakek.. Kakek Lehben! Kakek Lehben!" teriak Arkandra

Mendengar teriakan anak kecil, Kakek Lehben mencari-cari sumber teriakan. Ia melihat Arkandra yang terjatuh dan Hilassen yang penuh luka di sampingnya.

"Hi-Hilassen!" kata Kakek Lehben dengan panik yang kemudian berlari mendekati Arkandra dan Hilassen

"Na- Tuan Arkandra, apa yang terjadi?!" kata Kakek Lehben

"Kakek! Tolong Hilassen Kakek!" kata Arkandra dengan menangis dan memegang celana Kakek Lehben

"Tentu saja! Kamu bisa berdiri? Naiklah ke gerobakku! Akan aku antar kalian ke Rumah Sakit secepatnya!" kata Kakek Lehben

"Tidak bisa! Jangan ke Rumah Sakit!" kata Arkandra

"Ke-kenapa?!" tanya Kakek Lehben

"Na-nanti akan aku jelaskan, yang pasti kita tidak bisa meminta pertolongan ke orang-orang di kota ini!" kata Arkandra

Kakek Lehben langsung berpikir keras. Ia mencoba mencari siapa yang bisa ia andalkan dan keluar satu nama. Ia langsung mengangkat Hilassen dan Arkandra dan membuang tanaman-tanamannya dan diganti dengan Hilassen dan Arkandra.

"Pegangan yang kuat!" kata Kakek Lehben dengan serius

Kakek Lehben merapalkan sebuah Sihir dan otot-ototnya tiba-tiba membesar. Aura berwarna kuning keluar dari sekitarnya dan ia langsung mendorong gerobaknya sekuat tenaga.

Gerobak melaju dengan sangat kencang guna menemui orang yang dipercaya oleh Kakek Lehben. Mereka melaju dengan sangat kencang melewati kerumunan orang-orang.

"Be-berhenti!" teriak seorang Prajurit Penjaga Gerbang

Kakek Lehben terus mendorong gerobaknya meski sudah diperingati oleh beberapa Prajurit Penjaga Gerbang. Ketika sudah tinggal beberapa langkah lagi sebelum keluar dari gerbang Ibukota, Para Prajurit melompat ke samping menghindari tabrakan dari Kakek Lehben.

Kakek Lehben melewati gerbang dan juga membuat rusuh orang-orang yang sedang mengantri memasuki Ibukota. Kakek Lehben tidak memperdulikan sorakan marah orang-orang yang sedang mengantri dan terus mendorong gerobaknya.

Mereka pun berhasil keluar dari Ibukota maupun kerumunan orang-orang di depan gerbang. Kakek Lehben terus mendorong gerobaknya dengan sekuat tenaga hiingga memasuiki sebuah hutan.

Beberapa monster seperti monster harimau, segerombolan serigala merah, dan **** hutan muncul di hadapan mereka.

"Kakek Lehben!" teriak Arkandra

"Tenang saja!" teriak Kakek Lehben

Kakek Lehben langsung menabrak dan mementalkan semua monster yang menghalangi jalan mereka. Mereka terus melaju dan akhirnya nampak sebuah rumah di dalam sebuah batang pohon raksasa.

"Bersiaplah!" teriak Kakek Lehben

Arkandra yang mendengar teriakan Kakek Lehben langsung memeluk Hilassen dan berpegangan erat pada pinggiran gerobak. Kakek Lehben langsung membelokkan gerobaknya guna mengerem pergerakan roda dari gerobaknya.

"Kita sampai" kata Kakek Lehben

Arkandra perlahan membuka matanya dan ia cukup kagum dengan rumah pohon yang ada di hadapannya. Kakek Lehben tanpa bertele-tele langsung menggendong Hilassen dan Arkandra serta mengetuk pintu rumah pohon.

"Sherle! Sherle! Aku butuh bantuanmu!" teriak Kakek Lehben dengan menggedor-gedor pintu menggunakan kakinya

Selama beberapa saat tidak ada jawaban dari dalam rumah. Kakek Lehben yang sudah tidak sabar langsung mendobrak pintu rumah dan membaringkan Hilassen serta menaruh Arkandra pada kursi yang di dekatkan dengan tempat Hilassen baring.

"Kalian tunggulah di sini! Aku akan pergi mencari Sherle dulu!" kata Kakek Lehben dengan nafas yang sudah ngos-ngosan

Arkandra menganggukkan kepala sembari terus memberikan Sihir Penyembuhannya. Dan beberapa menit setelah Kakek Lehben pergi mencari Sherle, Arkandra merasakan ada sesosok yang mendekat ke arah mereka.

Arkandra langsung berdiri meski kakinya terasa sakit. Ia memasang badan untuk melindungi Hilassen yang sedang sekarat. Dan tanpa terasa, sosok tersebut sudah berada di depan pintu rumah.

Terpopuler

Comments

Nikodemus Yudho Sulistyo

Nikodemus Yudho Sulistyo

Suka novel bertema horor? Juga suka aksi silat dan superhero? Bagaimana kalau semuanya? Baca novel saya yang berjudul 'Angkaramurka' (karya Nikodemus Yudho Sulistyo), yang memadukan unsur horor dan superhero ala Constantine, Brightburn, New Mutants atau Justice League Dark dengan kearifan lokal.

Atau,

Silahkan mampir dan baca cerita silat/fiksi sejarah saya 'Pendekar Topeng Seribu'

Jayaseta, putra Nio Hongko, salah satu dari dua ratus prajurit Cina pimpinan Endrasena yang mengabdi pada Kesunanan Giri Kedaton, tumbuh menjadi seorang pendekar pilih tanding muda yang kelak dikenal dengan julukan Pendekar Topeng Seribu. Kematian ayahnya di tangan para prajurit Mataram dibantu tentara Surabaya pada tahun 1636 Masehi membuatnya berpetualang mencari jati diri sembari berusaha menyembuhkan luka akibat tusukan tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered. Sepak terjangnya ke seluruh pulau Jawa mempertemukannya dengan guru ilmu kanuragan dari negeri Hindustan dan Keling, para pendekar dan pembunuh bayaran dari tanah Jawa, ronin dari tanah Jepun, dan akhirnya iapun harus berhadapan dengan dua adik-beradik ahli pedang dari negeri Walanda, de Jaager.

Terimakasih dan selamat menikmati.

2020-11-23

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Hilassen von Arn
2 Chapter 2 - Ruang Kelas
3 Chapter 3 - Peringatan
4 Chapter 4 - Sihir dan Janji
5 Chapter 5 - Kembali ke Kota
6 Chapter 6 - Pindah Sekolah
7 Chapter 7 - Hingar Bingar
8 Chapter 8 - Malaikat Sekolah
9 Chapter 9 - Tuduhan & Fitnah
10 Chapter 10 - Sherle
11 Chapter 11 - Menjadi Raja Iblis
12 Chapter 12 - Lawan Pertama
13 Chapter 13 - Kucing Putih
14 Chapter 14 - Para Hyena
15 Chapter 15 - Hutan Bruterwald
16 Chapter 16 - Piramida Zeit
17 Chapter 17 - Piramida Zeit Part 2
18 Chapter 18 - Penyihir Bukit Eulehil
19 Chapter 19 - Tukang Tidur
20 Chapter 20 - Menagih Hutang
21 Chapter 21 - Gerbang Waktu
22 Chapter 22 - Dunia yang Berbeda
23 Chapter 23 - Pertarungan Para Monster
24 Chapter 24 - Orang Tua yang Menyebut Dirinya Dewa
25 Chapter 25 - Pelatihan
26 Chapter 26 - Pelatihan Dimulai
27 Chapter 27 - Pelatihan Hari Pertama
28 Chapter 28 - Sihir Memperkuat Otot
29 Chapter 29 - Sarapan Penuh Kejutan
30 Chapter 30 - Hilassen dan Latihan
31 Chapter 31 - Hasil Latihan
32 Chapter 32 - 10 Tahun
33 Chapter 33 - Suatu Tempat
34 Chapter 34 - Hutan Daun Merah
35 Chapter 35 - Penaklukan Pertama
36 Chapter 36 - Blood Mines
37 Chapter 37 - Petaka 15 Menit
38 Chapter 38 - Pembangunan
39 Chapter 39 - Exousia
40 Chapter 40 - Entitas Berbahaya
41 Chapter 41 - Kabar Keluar Benua
42 Chapter 42 - Selamat Datang di Exousia !
43 Chapter 43 - Kekacauaan
44 Chapter 44 - Gemuruh Negeri Jauh
45 Chapter 45 - Kedatangan Kapal Perang
46 Chapter 46 - Perang Pertama
47 Chapter 47 - Berita Kekalahan
48 Chapter 48 - Surat dari Arkandra
49 Chapter 49 - Memulai Pergerakan
50 Chapter 50 - Hadangan
51 Chapter 50.1 - Hadangan
52 Chapter 50.2 - Hadangan
53 Chapter 51 - Murka & Pertolongan
54 Chapter 52 - Tertawa
55 Chapter 52.1 - Tertawa
56 Chapter 53 [END] - Raja Iblis
57 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Chapter 1 - Hilassen von Arn
2
Chapter 2 - Ruang Kelas
3
Chapter 3 - Peringatan
4
Chapter 4 - Sihir dan Janji
5
Chapter 5 - Kembali ke Kota
6
Chapter 6 - Pindah Sekolah
7
Chapter 7 - Hingar Bingar
8
Chapter 8 - Malaikat Sekolah
9
Chapter 9 - Tuduhan & Fitnah
10
Chapter 10 - Sherle
11
Chapter 11 - Menjadi Raja Iblis
12
Chapter 12 - Lawan Pertama
13
Chapter 13 - Kucing Putih
14
Chapter 14 - Para Hyena
15
Chapter 15 - Hutan Bruterwald
16
Chapter 16 - Piramida Zeit
17
Chapter 17 - Piramida Zeit Part 2
18
Chapter 18 - Penyihir Bukit Eulehil
19
Chapter 19 - Tukang Tidur
20
Chapter 20 - Menagih Hutang
21
Chapter 21 - Gerbang Waktu
22
Chapter 22 - Dunia yang Berbeda
23
Chapter 23 - Pertarungan Para Monster
24
Chapter 24 - Orang Tua yang Menyebut Dirinya Dewa
25
Chapter 25 - Pelatihan
26
Chapter 26 - Pelatihan Dimulai
27
Chapter 27 - Pelatihan Hari Pertama
28
Chapter 28 - Sihir Memperkuat Otot
29
Chapter 29 - Sarapan Penuh Kejutan
30
Chapter 30 - Hilassen dan Latihan
31
Chapter 31 - Hasil Latihan
32
Chapter 32 - 10 Tahun
33
Chapter 33 - Suatu Tempat
34
Chapter 34 - Hutan Daun Merah
35
Chapter 35 - Penaklukan Pertama
36
Chapter 36 - Blood Mines
37
Chapter 37 - Petaka 15 Menit
38
Chapter 38 - Pembangunan
39
Chapter 39 - Exousia
40
Chapter 40 - Entitas Berbahaya
41
Chapter 41 - Kabar Keluar Benua
42
Chapter 42 - Selamat Datang di Exousia !
43
Chapter 43 - Kekacauaan
44
Chapter 44 - Gemuruh Negeri Jauh
45
Chapter 45 - Kedatangan Kapal Perang
46
Chapter 46 - Perang Pertama
47
Chapter 47 - Berita Kekalahan
48
Chapter 48 - Surat dari Arkandra
49
Chapter 49 - Memulai Pergerakan
50
Chapter 50 - Hadangan
51
Chapter 50.1 - Hadangan
52
Chapter 50.2 - Hadangan
53
Chapter 51 - Murka & Pertolongan
54
Chapter 52 - Tertawa
55
Chapter 52.1 - Tertawa
56
Chapter 53 [END] - Raja Iblis
57
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!