Sang Mantan
Ini seperti kembali ke masa lalu, di hadapannya Adam berdiri tegap dengan badan yang semakin gagah. Salah kalau Lisa merasakan rindu pada sosok itu?
Lisa tahu, dia yang begitu egois memutuskan Adam tanpa sebab. Tapi, itu lebih baik dari pada Adam harus kecewa bila tahu apa yang sebenarnya terjadi. Adam terlalu baik dan sempurna. Tidak adil rasanya kalau harus mendapatkan gadis seperti dia. Ralat... Wanita. Karena istilah gadis hanya untuk mereka yang masih suci, sementara dia...
Lelehan bening perlahan turun dari kedua matanya. Cepat Lisa mengusap sebelum Adam sadar kalau dia menangis.
Tanpa Lisa tahu, Adam pun sebenarnya tengah menahan keinginan untuk merengkuh Lisa dalam dekapannya. Menyalurkan rasa yang terpendam dalam.
Jarak yang terpisah lima langkah itu terasa begitu jauh. Melihat Lisa yang mengusap kasar bening yang luruh dari netra yang dulu begitu disukainya, Adam tahu bahwa dia masih bertahta di hati Sang Mantan.
Adam tahu pasti seperti apa Lisa. Mengenal dengan baik bagaimana sosok itu, memahami semua gestur gerak tubuhnya. Dan saat ini Adam yakin kalau Lisa juga sangat rindu padanya.
"Love --" suara Adam tercekat saat memanggil Lisa dengan panggilan yang biasa dia sematkan dulu. Lovely.
Lisa menundukan kepala, matanya terpejam mendengar panggilan Adam padanya. Sungguh suara itu sangat Lisa rindukan. Sangat. Sangat rindu.
"Apa kabar, Love?"
Adam semakin memangkas jarak. Selangkah pasti dia mendekat. Hingga harum tubuh wanita di hadapannya tercium inderanya.
Masih sama. Manis seperti dulu.
Menyadari Adam yang mendekat, Lisa mundur tanpa berani mengangkat wajah. Merasa kecil di depan Adam yang selalu memesona.
"Jangan mendekat, Mas!" cicit Lisa yang masih bisa terdengar oleh Adam. "Jangan terlalu dekat!"
"Kenapa, Love?"
Tak mengindahkan Lisa, Adam perlahan semakin mendekat. Dia ingin tahu, sampai mana Lisa akan menjaga jarak.
"Aku-- Aku--"
"Tak rindukah kau padaku, Love?"
Lisa mengangkat wajah dan memperhatikan sekelilingnya. Ada rasa sesal harus datang ke tempat ini, tempat di mana setahun lalu dia bertemu Adam untuk memutuskan jalinan kasih.
Taman komplek tempat tinggalnya terasa sepi. Biasanya akan ada sekumpulan anak yang bermain. Lalu kemana mereka?
"Love -"
"Berhenti di sana, Mas! Jangan mendekat!"
Lisa mengangkat tangan agar Adam tak melangkah lagi.
" Apa salahku, Love? Tak cukupkah waktu kita saling menjauh yang katamu untuk kebaikanku, Love?"
"Cukup, Mas. Di antara kita sudah selesai--"
"Tidak! Tidak ada yang selesai. Bahkan alasan kenapa kamu memilih jalan itu pun masih tak kupahami. Kita belum berakhir dan tidak akan pernah ada kata akhir."
"Apa yang kamu harapkan dariku, Mas?"
"Tentu saja aku berharap kita melanjutkan mimpi kita. Aku masih untukmu. Dan akan selalu begitu."
"Jangan. Kita tidak seharusnya bertemu lagi. Pergilah. Atau aku yang akan pergi. Dan bila aku pergi, maka tak akan ada lagi pertemuan di antara kita, Mas!"
"Tega kamu, Love! Setahun kuberi kau waktu untuk yang katamu menjauh. Aku pergi bukan menyetujui semua yang kau katakan, aku pergi hanya memberimu waktu untuk berpikir. Tapi ternyata--"
"Pergi, Mas! Kumohon!"
Lisa menutup wajah dengan kedua tangannya. Menggeleng keras sebagai tanda bahwa dia benar-benar tidak nyaman dengan kehadiran Adam.
Melihat orang yang begitu dicintainya bertindak seperti itu, hati Adam perih. Sakit.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Lisa?
"Baiklah, Love, aku akan pergi. Tapi ingat aku belum menyerah. Akan aku cari tahu sendiri apa alasan dibalik semua ini. Aku sangat mencintaimu, Love. Aku akan kembali. Dan kamulah tempatku kembali."
Setelah mengatakan itu Adam berbalik dan melangkah pergi menjauhi Lisa. Sebisanya dia tidak menoleh ke arah Lisa, yang kini telah luruh di tanah dengan bertumpu pada kedua lututnya.
Badannya bergetar menahan sesak tangis yang semakin mencekik.
"Mas... Mas Adam! Maaf. Maafkan aku! Aku pun masih mencintaimu. Sangat!" lirih suara Lisa mengungkapkan perasaannya. Berharap angin membawa getar suara itu pada Adam. Berbisik pada alam bahwa dia pun sama menderitanya menahan rasa.
"Jangan berharap padaku, Mas. Lupakan aku!"
"LISA!" satu panggilan dari arah belakang tubuhnya terdengar. Namun Lisa tidak menghiraukan apa dan siapa yang memanggilnya.
Tak lama rengkuhan terasa di kedua lengan Lisa. Diangkatnya tubuh Lisa perlahan. Dengan lembut tubuh Lisa dipaksa berbalik, hingga tampaklah sosok yang selalu ini mendengarkan semua keluhan dan kesedihan Lisa.
"Kamu bertemu Adam, Lis?" Andien --sahabatnya-- bertanya setelah Lisa berhasil mengurangi sedu sedannya.
Lisa mengangguk menjawab pertanyaan Andien. Menghembuskan napas lelah, Andien segera memeluk Lisa kembali tangis itu pecah. Dalam dekapan Andien Lisa semakin kuat terisak.
"Aku-- tak sanggup bertemu dengan Adam, Dien. Aku tak bisa!"
Andien mengusap lembut punggung Lisa.
"Kita pulang. Jangan sampai tangisanmu jadi buah bibir orang komplek."
"Adam bilang, dia masih mencintaiku, Dien." Lisa meraung dalam. Dadanya serasa dihimpit batu besar. Sesak dan sakit.
"Adam memang selalu mencintaimu, Lis. Kenapa tidak kamu ceritakan hal yang sebenarnya pada Adam?"
"Aku tak ingin Adam bertahan di sisiku karena kasihan, Dien. Dan juga dia berhak mendapatkan yang lebih baik dari aku. Aku kotor, Dien. Kotor!"
Ba***gan kau, Rasya! Kau hancurkan sahabatku sedalam ini!
Andien merutuk dalam hati. Mengingat nasib tragis Lisa. Ah, apa Adam akan tetap mencintai Lisa saat tahu yang sebenarnya?
"Kita pulang," dengan sedikit memaksa, Andien membawa tubuh lemah Lisa berjalan perlahan meninggalkan taman.
Kalau saja Andien tidak melihat Adam yang berjalan keluar dari taman, mungkin Andien tidak akan tahu kalau Lisa ada di sana.
Saat Andien mendatangi rumah Lisa, Fatma--ibu Lisa--mengatakan kalau Lisa pergi keluar. Mencoba ditelepon pun percuma karena ternyata ponsel Lisa tertinggal di kamar.
"LISA! Kamu kenapa, Sayang?" Fatma terkejut melihat anaknya datang dengan dipapah Andien, sementara wajahnya terlihat sembab seperti habis menangis.
Dibantunya Andien membawa Lisa masuk dan duduk di sofa.
Sementara itu, Adam yang tidak benar-benar pergi meninggalkan taman, mengawasi Lisa yang menangis tersedu. Tekadnya makin bulat untuk mencari tahu apa yang sebenarnya menimpa Lisa.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Meiska azzalya
baru tau kalo teh Puspa ada disini juga...
ko sepi ya disini.??,
padahal disebelah rame banget... 😍
2023-01-16
0
aurel chantika
mampir,,,moga suka ceritanya
2021-09-30
0
🧭 Wong Deso
Assalamualaikum, tetap semangat dalam berkarya, semoga suatu saat nanti karya dan kerja keras dari Kak Puspa mendapat apresiasi yang lebih baik dari ini. amin
2021-09-23
0