Mencari Tau

Fatma, menatap pintu kamar Sang Putri yang tertutup rapat. Setelah kepulangan Rasya, putrinya itu seperti sengaja menghindar. Fatma tak mengerti apa yang menjadi permasalahan antara Lisa dan Rasya. Sebenarnya sejak setahun lalu, Fatma sudah menyadari ada yang janggal dengan hubungan keduanya, apalagi saat Adam tak pernah lagi datang ke rumah. Setiap Fatma coba tanyakan, jawaban Lisa hanya sudah putus.

Keingintahuan Fatma harus diredam, saat melihat Lisa seperti enggan membahas apa yang menjadi sebab perpisahan mereka. Tadinya Fatma mengira kalau Adam akan menjadi lelaki terakhir Lisa, melihat bagaimana keduanya saling mencintai. Tapi apa dikata, keinginan tinggallah harapan.

"Bu!"

"Astagfirullah, Ayah!" Fatma terkejut saat pundaknya ditepuk pelan dan mendapati Abdul--suaminya-- ada di belakangnya.

Abdul terkekeh sekaligus merasa bersalah sudah membuat istri terkejut.

"Maaf. Maaf. Lagian dari tadi Ayah panggil-panggil ngga jawab. Kirain lagi ngga ada di rumah."

"Lagian Ayah ngga pake salam dulu." Fatma yang belum reda dari kekagetannya, sedikit merajuk.

"Siapa bilang? Boro-boro suara salam, si Bangbrang aja yang suaranya bising tidak terdengar, apalagi suara Ayah yang merdu mendayu begini." ujar Abdul sambil mencubit hidung istrinya sayang.

Bangbrang adalah motor kesayangan Abdul. Walaupun sudah tua dan kadang mogok, namun Abdul tidak mau mengandangkannya. Terlalu banyak kenangan yang sudah tercipta bersama motor tua itu.

"Masa sih? Ya udah Ibu jawab salamnya. Wa'alaikumussalam." Fatma tersenyum pada Abdul lalu mengambil tas kerja yang masih ditenteng Abdul.

Membawa tas itu ke dalam kamar, lalu dengan sigap mengambil air minum untuk abdul yang kini tengah duduk di kursi makan sambil membuka kancing kemejanya.

"Minum, Yah."

"Makasih, Cinta." Fatma mengangguk. Sambil mengawasi suaminya yang tengah meneguk air minum yang barusan disuguhkannya, Fatma menggeser kursi di sebelah Abdul dan mendudukkan bokongnya.

Merasa diawasi, Abdul yang sudah menyimpan kembali gelas. Melihat ke arah Fatma. Tiga puluh tahun menjadi pendamping hidup wanita yang kini ada di dekatnya itu, Abdul yakin ada sesuatu yang mengganggu pikiran Fatma.

"Kenapa? Apa ada yang terjadi saat Ayah kerja?"

"Makan dulu, Yah?! Masa suami pulang udah dikasih masalah aja." Fatma mencoba mengulur waktu karena dia pun tak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan pada suaminya.

"Ibu makan belum? Ayah tadi di sekolah ditraktir makan bakso sama Pak Alam. Hari ini Beliau ulang tahun, jadi masih kenyang. Kalau Ibu mau makan, Ayah temani." tutur Abdul yang merasa tidak enak, karena kebiasaan Fatma tidak pernah mau makan kalau tidak bareng dengannya.

Abdul seorang guru sekolah dasar. Dari yang awalnya seorang guru honorer, hingga akhirnya diangkat menjadi PNS saat Lisa lahir. Anak pertamanya tinggal di Purwakarta bersama istri, dan seorang anaknya. Bekerja di satu perusahaan tekstil sebagai staf marketing.

"Ibu belum makan, tapi udah ngemilin keripik tempe oleh-oleh Rasya. Dia baru pulang dari Bandung. Jadi belum begitu lapar. Ayah mau?"

"Nanti saja. Lama juga Anak itu ngga main kemari."

"Iya. Tapi..." Fatma menggantung kalimatnya yang membuat Abdul penasaran.

"Tapi?"

"Mereka malah bertengkar." kening Abdul berkerut mendengar penuturan Fatma.

"Bertengkar? Lisa sama Rasya?" Fatma mengangguk. "Kok bisa?"

"Itu yang Ibu ngga ngerti, Yah. Eh, ujung-ujungnya malah bikin Ibu kaget lagi."

"Kenapa lagi?"

"Rasya melamar Lisa!"

"Sebentar. Ayah beneran ngga paham ini. Tadi Ibu bilang kalau mereka bertengkar tapi kemudian Rasya melamar Lisa. Terus Lisanya gimana?"

"Lisa makin marah, Yah. Dia bahkan ngusir Rasya, yang bikin ibu ngga ngerti tuh Lisa bilang gini 'Ngga ada Kakak yang menghancurkan Adiknya' begitu, Yah. Tapi kayak yang tidak sengaja gitu pas ngucapin hal itu."

Abdul memijit pelan keningnya. Sebagai seorang ayah yang paling mengerti anak gadisnya, Abdul memang curiga dengan perubahan sikap Lisa setahun ke belakang. Dari seorang yang ceria dan selalu bercerita tentang kegiatannya, menjadi pendiam dan menutup diri.

"Apalagi yang Rasya katakan?"

"Ya, dia minta restu sama Ibu buat menikahi Lisa. Tapi Ibu bilang nanti dibicarakan dulu sama Ayah. Soalnya ribet juga sama Lisa yang marah, kayak anak kecil lagi tantrum. Ibu aja kaget liat Lisa semarah itu sama Rasya." Fatma bergidik mengingat wajah Lisa saat tadi marah pada Rasya.

"Ibu benarkan, Yah, bilang gitu sama Rasya?" Fatma yang selalu mendengarkan apapun yang dikatakan suaminya, merasa takut kalau langkah yang diambilnya tadi ternyata salah menurut segi pandang Abdul.

"Ibu sudah benar. Kita harus tahu dulu apa yang terjadi sebenarnya. Setahu kita kan, Lisa dekatnya sama Adam, kemudian Adam pergi. Lalu sekarang, tiba-tiba Rasya bilang mau menikah sama Lisa. Jelas ini ada yang tidak beres. Sekarang di mana Lisa?"

"Di kamar. Sedari Rasya pulang langsung ngurung diri. Ibu belum sempat nanyain apa-apa. Nyelesain dulu masak."

"Ayah mau nemuin dulu Lisa." Abdul bangkit dari duduknya. Melangkah menuju kamar Lisa yang terletak di ujung ruangan, dengan Fatma yang menatap punggungnya.

Tok... Tok... Tok...

"Lisa, ini Ayah, Nak. Kata Ibu kamu belum makan siang. Makan bareng Ayah yuk, Sayang?!" Abdul mencoba membujuk Lisa dengan mengalihkan apa yang ingin dia ketahui.

Tak ada jawaban. Sekali lagi Abdul memanggil putri bungsunya itu sambil menekan pegangan pintu.

Klek!

Ternyata tidak dikunci. Melihat ke istrinya sebentar, perlahan Abdul mendorong pintu dan menyembulkan kepalanya untuk melihat apa yang sedang dilakukan anaknya.

Dilihatnya Lisa meringkuk di atas tempat tidur. Dari pergerakan teratur tubuhnya, Abdul tahu Lisa tengah tidur. Menghembuskan napas yang entah mengapa tadi dirasanya sesak, Abdul menutup kembali pintu kamar Sang Putri. Kembali mendekati Fatma yang menunggu dengan penasaran.

"Lisa tidur, Bu." terang Abdul yang diangguki Fatma.

Tanpa Abdul tahu, Lisa yang sebenarnya hanya berpura-pura, membuka matanya. Menatap pintu yang baru saja ditutup kembali oleh Abdul.

"Maafin Lisa, Yah. Ibu pasti sudah cerita soal tadi. Lisa belum siap berbohong lagi. Lisa belum tahu harus jawab apa, Yah. Maaf." monolog Lisa mengungkap penyesalan, karena telah membohongi Ayahnya. Tapi bukankah Lisa sudah pandai berbohong setahun ini?

Entah untuk kebaikan siapakah Lisa memilih berbohong. Untuk diri sendiri atau bahkan untuk Rasya yang sudah jelas membuatnya kehilangan masa depan. Kehilangan seseorang yang sangat diharapkan Lisa menjadi pelengkap hidupnya. Seseorang yang ternyata tak pernah berhenti mencintainya.

Mas Adam... Aku kangen!

Air mata Lisa luruh kembali. Saat nama Adam mengusik ingatannya lagi. Keratan di hati Lisa semakin dalam. Lukanya menganga. Dan Lisa tak tahu, apakah ada yang akan membalut luka itu? Sedang untuk menata kembali hidupnya saja dia rasa tak sanggup.

Ting!

Suara pesan masuk ke dalam ponselnya. Lisa memilih abai dan tetap setia dengan luruhan bening dari kedua netranya.

Ting!

Pesan selanjutnya masuk kembali. Kembali Lisa bergeming. Memang siapa yang Lisa harapkan menghubunginya?

🎶 Suara dengarkanlah aku, apa kabarnya pujaan hatiku...

Lagu grup band Hijau Daun terdengar dari ponselnya, nada dering yang sengaja Lisa pakai. Lagu itu adalah favorit Lisa dan Adam.

Lisa bangkit dan menggapai ponselnya yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidurnya. Mengusap sisa air mata di pipi, dia melihat siapa yang menghubungi nya. Satu nomor asing. Panggilan pun terputus. Bermaksud menyimpan kembali ponselnya, kembali panggilan dari nomor tak dikenalnya masuk. Ragu antara memilih abai atau menerima Lisa menatap ponselnya. Setelah yakin kalau dia ingin menerima panggilan, digesernya gambar telepon warna hijau di layar.

"Halo?"

"Love, ini aku!"

Lisa membeku mendengar suara dan panggilan kesayangan itu. Adam. Suara itu. Panggilan itu. Hanya Adamnya yang punya.

Tapi, bagaimana Adam tahu nomornya? Karena Lisa sudah mengganti nomor ponselnya beberapa kali dalam setahun ini.

"Love, kamu dengar aku kan, Sayang?"

Lisa memejamkan mata. Buliran bening semakin berlomba menuruni pipinya.

Rindu, cinta, malu, merasa tak berharga, membuatnya hanya bisa meneteskan air mata. Lisa menepuk dadanya, mengurai sesak yang begitu menyekat. Tapi, sakit itu kian menyayat.

Kenapa... Kenapa?!

Suara Lisa tercekat di tenggorokan, tak mampu mengucap. Hanya isakan yang sekuat tenaga dia tahan.

"Bicaralah, Love, jangan menangis. Jangan buat aku semakin merasa tidak berguna di depanmu, Love. Aku kembali untukmu!"

Jangan, Mas, jangan. Aku tak pantas untukmu!

Sayangnya, suara itu tak kan mampu didengar Adam. Karena yang Adam dengar hanyalah isakan yang membuat kedua matanya terus mengucurkan air mata.

"Tunggu aku, Love. Aku akan buktikan padamu bahwa cintaku tulus. Jangan menangis. Cukup sudah air mata yang kau tumpahkan. Aku akan datang. Tetap buka hatimu untukku."

Adam mencoba memancing Lisa agar mau berbicara. Walaupun hasilnya tak seperti harapannya. Tak kuat mendengar Adam yang terus mengungkapkan perasaannya, Lisa bermaksud mengakhiri sambungan telepon. Tapi kembali dia mendengar Adam berbicara.

"Tidak ada yang bisa memisahkan kita, Love. Maafkan aku yang pergi tanpa menolak keinginanmu setahun lalu. Bukan. Bukan karena aku menerima apa yang kau ucapkan. Semua aku lakukan karena alasan yang tak bisa aku jelaskan waktu itu. Kini semua sudah kembali pada yang seharusnya. Dan di sini aku sekarang. Di dekatmu lagi. Bersamamu."

"Jangan, Mas! Aku... Aku.. Hiks!" Lisa tak sanggup meneruskan ucapannya. Dia memutuskan menutup telepon, lalu tergugu mendekap benda pipih yang baru saja mengantarkan suara yang begitu dirindunya. Air mata seakan tak ada habisnya. Menepuk kuat dada yang semakin sesak. Tapi tetap itu tak membawa manfaat.

Mas... Mas Adam... Tolong aku, Mas. Aku lelah. Aku tak sekuat yang aku duga.

Sedang Adam, menatap ponselnya yang terdapat photo Lisa dengannya. Photo di mana dia dan Lisa tersenyum lebar menatap kamera, sambil memeluk Lisa erat di depannya.

Dirabanya pipi yang ternyata sudah basah dengan air mata.

Lisa!

Tbc

Terpopuler

Comments

αδIⁿtα♥

αδIⁿtα♥

jehong KK authorr 🤧

2021-05-04

0

Ratna Utami

Ratna Utami

jujur napa love 😭😭😭😭

2021-03-29

0

Retina Bocahe Klinthink

Retina Bocahe Klinthink

seudihhh dih dih dih😭😭😭😭😭

2021-02-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!