"Cantiknya adik kau, Ilham. Macem mana dia boleh cantik sedang kau ini tak lah handsome," ledek Sonia pada Hafiz.
"Kau ni Sonia, kalau cakap selalu lain di mulut lain di hati. Kalau aku tak handsome mana mungkin kau jatuh cinte dengan aku," kata Ilham.
"Aduhaiii, kau percaya diri sangat, Ilham." balas Sonia dengan tawa berderai. "Kalau boleh tau siapa namamu, Adik Cantik? Kau duduk dimana?"
Yola memutar bola matanya malas. Entah mengapa dia sebal pada wanita ini. Kedekatannya dengan Ilham membuat hatinya terasa panas. Dan kini wanita itu berpura- pura sangat peduli padanya. Seolah- olah ingin mengambil hati agar bisa masuk ke keluarga Ilham.
"Abang, Yola biar keliling sendiri saja di sekitar sini. Abang ngobrol aja dulu dengan teman Abang," kata Yola muak.
"Eh, tak boleh. Nanti kau sesat tak tau balik sini, macam mana?" tolak Ilham dengan cemas.
"Aku di dekat- dekat sini aja. Nggak jauh- jauh," kata Yola.
"Biar je, Ilham. Adik sepupu kau nampaknya sudah cukup besar. Taklah sampai sesat hanya di dalam mall ini saja," kata Sonia menenangkan Ilham. "Kau kalau nak pusing- pusing, nak tengok- tengok baju, kasut, dan yang lain, pergilah, semua ada di tingkat ni je. Jangan hiraukan Ilham, aku nak jaga Abang kau. Ya kan Ilham? Aku nak berbincang juga dengan kau tentang persiapan keberangkatan ke Berlin."
Cih, sombong sekali, pikir Yola. Dia mengira aku gangguan apa?"
"Ya sudah. Jangan jauh-jauh, Yola," kata Ilham memperingatkan. "Nanti kau hilang, Abang yang kena marah Mamah."
"Oke," jawab Yola singkat dan tanpa membuang waktu segera berlalu meninggalkan suaminya dan wanita lain itu berdua saja.
Sepeninggalan Yola, Sonia langsung menyambung percakapannya dengan Ilham.
"Kalau kau tak cakap, aku kira dia tuh kekasihmu Ilham," kata Sonia sehingga membuat Ilham yang sedang minum menjadi tersedak.
"Hati- hati, Ilham." kata Sonia memperingatkan.
"Kau, kau ini cakap ape? Mana mungkin Yola tu kekasih aku? Dia tuh masih budak kecil, usianya masih 12 tahun," sangkal Ilham pada Sonia. "Dia tuh hanya adik sepupu aku yang baru datang dari Jakarta. Jadi aku menemani die pusing- pusing sekejab kat sini," kata Ilham gusar.
"Ya, sudah, ya sudah. Usah jua pakai amarah Ilham. Aku kan hanya mengira. Karena aku tengok dia punya badan lumayanlah tinggi macam gadis dewase je. Hampir setinggi aku. Walaupun wajahnya masih terlihat comel macam budak kecik," jawab Sonia menenangkan.
Mood Ilham benar- benar rusak akibat perkataan Sonia yang mengira kalau Yola adalah kekasihnya. Padahal tadi Ilham senangnya minta ampun saat tak sengaja bertemu Sonia di area mall ini. Tapi sekarang perkataan itu membuatnya terpojok karena kenyataannya Yola memang bukanlah kekasihnya melainkan seseorang yang lebih dari itu. Yola itu isterinya.
Bagaimana kalau Sonia sampai mengetahui kebenaran itu? Akankah tak akan ada harapan baginya untuk bersama Sonia? Sementara telah lama Ilham menaruh hati pada gadis itu. Sonia adalah cinta pertamanya dan sepertinya gadis itu juga punya perasaan yang sama seperti dirinya. Tapi kini kehadiran Yola mungkin akan merubah semuanya. Kalau Sonia tau, dia pasti tak akan mau menerima perasaan Ilham lagi. Padahal demi mengikuti Sonia yang mendapat beasiswa ke Berlin, Ilham sampai merengek pada kakeknya untuk kuliah di sana juga.
Sudahlah, Ilham. Jangan marah- marah. Nampak kau gusar sangat. Aku tak sengaja cakap pasal tu. Aku tak bermaksud membuat kau tersinggung. Aku sungguh-sungguh tak tau kalau dia adik sepupu kau. Jangan marah lagi, ya? Kita cakap pasal lain je. Bagaimana kalau cakap persiapan kita ke Berlin beberapa hari lagi. Ape- ape yang telah ka siapkan?" bujuk Sonia.
Gadis itu selalu tau cara membujuk Ilham, tapi kali ini sepertinya tak mudah. Ilham tetap dengan mood yang buruk.
***
Sementara itu Yola yang kesal memutuskan untuk menjauh dari Ilham dan Sonia. Yola memilih untuk menelepon Yuri.
"Yol, kamu ijin tidak masuk untuk beberapa hari ke depan, kamu kemana aja? Si Hafiz juga nggak masuk loh," kata Yuri melaporkan.
"Ehmm, iya. Aku dan Hafiz ke KL bareng," jawab Yola.
"Haaaa? Apa? Serius Yol? Kok bisa? Kamu dan dia dijodohkan, ya?"
"Hussshh!!! Apa sih Yuri? Siapa juga yang dijodohkan dengan dia? Ini cuma liburan keluarga. Kan kamu tau orang tuaku sama keluarga Hafiz bersahabat?" kata Yola ngeles.
Sambil menelepon Yuri, Yola mencari- cari toko pakaian dalam tempat Mamah Zubaedah dan Hafiz tadi pergi. Tapi Yola tak menemukan mereka lagi di sana.
"Yur, bentar ya, aku cari Hafiz dulu," kata Yola tanpa menutup telepon.
"Abang, tadi ada ibu- ibu sama anaknya yang gendut belanja di sini. Mereka kemana ya?" tanya Yola pada karyawan toko itu.
"Oh, Makcik tu? Die dengan anaknya dah pergi dari tadi pun. Sekejab je mereka di sini," kata pria itu.
Hah? Mama Zubaedah dan Hafiz kemana? Kenapa meninggalkan dia dan Bang Ilham berdua aja? Dan sekarang Bang Ilham malah asyik dengan pacarnya. Yola malas kembali ke cafe itu.
Yola pun akhirnya mencari- cari lagi hampir ke seluruh mall. Mall ini terlalu luas atau memang Mamah dan Hafiz sudah selesai shopping? Apa mereka sekarang menunggu di lahan parkir?
"Yol, gimana? Hafiz dan Mamanya ketemu nggak?" Tanya Yuri di telepon. Dia mencemaskan sahabatnya Yola.
"Nggak, belum ketemu. Oh, iya bentar deh. Kok aku lupa, kan aku bisa telepon Mamah. Yur, aku matikan dulu teleponnya ya. Aku mau telepon Hafiz dulu," kata Yola.
"Yoi, tapi jangan lupa belikan aku dan Friska oleh- oleh ya ..." kata Yuri.
"Ok, gampang!"
Usai mematikan panggilan telepon Yuri, masih sambil berjalan Yola menyentuh layar ponselnya dan mencari kontak Mama Zubaedah. Dia meneleponnya, tapi jaringan sibuk. Yola kemudian menelepon Hafiz, sempat diangkat tapi kemudian panggilan yang telah tersambung itu mati kembali. Dan saat Yola mencobanya lagi, nomor itu sudah tidak aktif.
"Aduuuhh, gimana ini? Kok nggak ada yang bisa dihubungi sih?" Gerutunya.
Yola baru akan menelepon Ilham saat seseorang tiba- tiba merampas ponsel yang ada di telinganya. Sejenak Yola terkesiap sebelum sadar tas yang tersampir di bahunya pun kini telah ada yang merebut. Sejenak pandangan matanya bertemu dengan orang yang telah merebut tas dan handphonenya itu.
Mengejutkan! Seseorang telah berani merampas dan melarikan barang- barangnya. Dan yang lebih membuat kaget adalah pelakunya hanya seorang anak perempuan sebayanya,memakai topi dengan rambut diikat kuncir. Sialan! Yola nggak terima. Dia segera mengejar anak perempuan itu.
"Tunggu!! Maling!! Hey!!! Tolong!"
Jelas saja pencuri itu tak akan menunggunya. Dia sangat gesit berlari di antara orang- orang. Bahkan saat Yola masih kebingungan melihat ke kanan dan ke kiri, anak perempuan itu telah berlari menuruni eskalator paling bawah.
Yola tetap mengejar, hingga keluar dari mall tiba- tiba dari balik pilar kaki nya dengan sengaja disandung oleh anak perempuan itu hingga Yola terjatuh terjerembab dan akhirnya tersungkur di anak tangga depan mall.
"Aduuuuhhh!!!!" Jerit Yola.
Kaki, lengan, bahkan dadanya kini terasa ngilu dan perih.
Masih sempat dilihatnya wajah anak perempuan itu. Tertangkap raut khawatir di wajahnya melihat keadaan Yola. Seperti ingin membantu namun dia mengurungkan niatnya. Lalu, dia pergi begitu saja.
Yola mencoba bangun dibantu oleh beberapa pengunjung mall yang sempat melihatnya berlarian mengejar anak itu.
"Dik, kau tak ape?" Tanya mereka.
Yola menjawab seadanya. Dan bergegas pergi dari sana. Hatinya sedih. Mama dan Hafiz meninggalkannya. Abang Ilham sibuk dengan pacarnya. Dan dia di negeri orang ini dirampas harta bendanya. Ponselnya hilang, uangnya hilang. Bagaimana dia akan menghubungi mereka? Yola malas kembali ke cafe di lantai atas menemui Bang Ilham. Lebih baik dia ke area parkir saja. Bukankah tadi Mama Zubaedah mengatakan mereka akan bertemu disana lagi?
Dengan tertatih Yola menyeret langkahnya ke area parkir, tempat di mana tadi Bang Ilham memarkir mobilnya. Tapi sial, lagi- lagi sial!! Mobil Abang Ilham yang tadi jelas- jelas diparkir disitu sudah tidak ada. Ohh naas sekali! Apa mereka semua meninggalkannya? Abang Ilham juga?
Yola terduduk di sana, diam dan menangis. Baru kali ini dia jauh dari Mama dan kini harus mengalami ini. Sial sekali!
Sementara itu di lantai atas Mall, Ilham baru saja tersadar kalau telah lama Yola belum kembali melihat- lihat barang- barang di mall.
"Ya, Tuhan! Yola! Kenapa budak ni belum balik? Ape dia tersesat?"
"Ilham! Tenanglah! Dia pasti berada di sekitar sini sahaja. Tak mungkin jauh- jauh. Dahlah tu, sekejab lagi pasti balik!"
"Sonia! Aku nak pergi cari dia dulu! Kau baliklah dulu!"
"Tapi Ilham ...."
Ilham tak menghiraukan Sonia lagi. Dia mengkhawatirkan Yola, mengingat kalau anak itu orang baru di daerah sini.
Kekhawatirannya semakin menjadi- jadi saat tak menemukan Yola di manapun. Eh, tapi Mama dan Ehsan pun tak nampak sama sekali. Apa Yola mencari Mama dan Ehsan, kemudian mereka pulang bersama?
Ilham pun mengambil ponselnya dan menelepon ketiganya satu persatu. Aneh sekali, tak satu pun dari ketiganya bisa dihubungi. Segera Ilham menuju parkiran. Mereka pasti menunggunya di sana. Tapi Ilham tak menemukan mobil yang dia kenderai tadi ada di sana. Itu membuatnya heran dan semakin heran lagi saat melihat Yola yang duduk sambil membenamkan wajahnya pada lututnya yang ditekuk.
"Yola ...." panggil Ilham.
Yola mengangkat wajahnya. Terlihat bulir- bulir air mata di pelupuk matanya meski pun area parkir itu tidak terlalu terang.
"Abang ....!" panggil gadis itu sedih.
"Yola, kau kenape?" tanya Ilham bingung. "Dimana kereta kite? Mamah dan Hafiz mana?"
Yola menggeleng bingung. Dia pun tak tau.
Ilham mendekati Yola dan memperhatikan wajah mungil Yolanda. Ada memar di dagunya bekas dia jatuh tadi.
"Yola, wajah kau kenape? Siapa bikin luka di wajah kau ini? Bagi tau abang!" desak Ilham.
Ilham benar- benar ingin menghajar orang yang telah melakukan itu pada Yolanda.
"Abang! Yola pikir Abang juga ninggalin Yola di sini," rengek Yola dengan suaranya yang manja.
Tanpa diduga Yolanda, Ilham tiba- tiba memeluknya.
"Mana mungkin Abang tinggalin Yola. Kamu adalah ...." sampai di situ kata- kata Ilham tiba- tiba terhenti. Andai dia melanjutkannya pasti dia tak akan sadar menggunakan kata istri sebagai lanjutannya.
"Kamu adalah adiknya Abang," katanya pada akhirnya.
Tiba- tiba saja pelukan itu terasa nyaman bagi Yola dan tanpa diduga Ilham, Yola balas memeluknya. Ada rasa yang tak bisa digambarkan Ilham saat itu. Rasa seperti apa ini? Seperti gejolak namun sangat tenang dan damai.
"Mamah dan Hafiz sepertinya sudah lebih dulu balik ke rumah. Kalau begitu kite naik taksi saje balik ke rumah," kata Ilham
Yola mengangguk dan melepaskan pelukannya pada Ilham.
Di dalam taksi yang dipesan Ilham, Ilham kembali menanyai Yola.
"Siapa yang berani bikin adik Abang macem ni? Wajah, kaki, tangan kau memar semua," kata Ilham geram.
Yola menggeleng.
"Yola nggak tau. Tiba- tiba saja pas Yola mau telepon Mamah, hp dan tas Yola dirampas. Terus Yola kejar, pas Yola udah sampai di luar Mall, malingnya taro kakinya dari balik pilar, Yola tersandung terus jatuh nyungsep deh ke tangga," katanya menjelaskan.
"Nyungsep?" Ilham mengulang pertanyaan itu. Kosa kata itu asing baginya.
"Iya, nyungsep. Artinya Yola jatuh kepala duluan nyium lantai," kata Yola berusaha menjelaskan.
"Nyium lantai? Maksudmu kamu nak cium lantai?"
"Aduuh Abang, udah deh! Yola tambah pusing Abang tanya terus. Udah ah, jangan bawel!"
"Bawel? Maksudnya ikan?"
"Tau ah!!!" Kata Yola jengkel.
Ilham tertawa sambil mengusap- usap rambut gadis itu.
"Maaf, maaf. Abang tak terlalu paham beberapa bahasa Indon," katanya jujur.
"Bukan Indon, tapi Indonesia Abang!"
"Iya, iya! Indonesia Raya! Abang tahu!"
Yola pura- pura berpaling ke jendela taksi seolah-olah ingin melihat ke luar jendela. Padahal dia hanya ingin menjauhkan posisinya dari Ilham.
"Tapi lain kali, tak perlulah kau sampai nak kejar tu pencuri, Yola. Kau tak sayang ke keselamatan kau? Kalau Mamah Ratih tahu, Papah Abi juga tahu, habis dah Abang bakal digantung karena tak bisa jaga kau! Masalah telepon genggam dan kamu punya bag bisa jr diganti, tapi kamu berharga. Abang tak nak ada sesuatu yang buruk terjadi dengan Yola. Paham tak?"
Yola menatap wajah lelaki itu.
"Abang makin mirip papa lama- lama. Bawel!"
Ilham tertawa kecil mendengarnya. Hingga taksi yang mereka tumpangi sampai di depan gapura komplek perumahan rumah yang mereka tempati. Sopir taksi itu menghentikan taksinya dan menutup sejenak panggilan telepon yang sedari beberapa menit tadi dilakukannya.
"Maaf sebelumnye, boleh tak saye antar kalian sampai sini saje? Saya ada keperluan mendadak. Isteri saye nak melahirkan sekarang juga. Dia sendiri di rumah. Saye nak bawa isteri saye ke hospital secepatnya. Saye tak dapat antar adek- adek nih ke dalam," kata sopir itu memohon.
Karena tak sampai hati, akhirnya Ilham dan Yola tak keberatan diturunkan di depan komplek perumahan. Namun yang kini ada di depan mata mereka adalah jalan beraspal penuh tanjakan ke atas. Rumah hadiah Atok memang berada di lokasi perumahan elit di kawasan perbukitan.
"Macem mana ni? Kita mesti jalan kaki ke atas?" tanya Ilham pada Yola.
Mereka bahkan telah meminta security untuk menelepon ke rumah mereka agar Mamah menjemput mereka ke depan karena rumah Atok masih sangat jauh di atas sana. Tapi telepon di rumah pun tak ada yang mengangkat. Dan sialnya lagi hendak meminjam sepeda motor petugas keamanan pun, kebetulan sekali sepeda motornya sedang dipinjam juga oleh temannya untuk keluar mencari makanan.
"Sudahlah, Bang! Kita jalan kaki saja ke atas," kata Yola.
"Tapi Yola, kaki kau sakit," kata Ilham.
"Nggak terlalu kok, Nanti sampai rumah, Yola bisa langsung istirahat," kata Yola.
Akhirnya Ilham menuruti kemauan Yola. Mereka pun berjalan menyusuri jalan komplek dan melewati rumah- rumah besar dipinggir jalan itu.
Baru setengah jalan Yola sudah terlihat sangat letih dan sesekali meringis menahan sakit pada lututnya. Keringat bercucuran di keningnya.
"Yola penat ke?" tanya Ilham.
Yola menggeleng. Dan Ilham tau Yola berbohong. Ilham segera berhenti dan berjongkok di hadapan Yola.
"Naik ke punggung Abang. Abang nak gendong Yola sampai rumah," katanya.
Yola tersentak.
"Nggak usah, Abang. Sebentar lagi sampai. Yola masih kuat kok!" jawab Yola.
"Sudah, jangan melawan dengan Abang. Nanti kamu sakit, Abang yang akan digantung sama Atok. Yola tega, ke?" tanya Ilham dengan wajah memelas.
Akhirnya mau tak mau Yola naik juga ke punggung lelaki itu.
"Berpegang dengan Abang!"
Meski canggung Yola akhirnya mengalungkan tangannya di leher Ilham. Hingga lelaki itu merasa Yola sudah cukup kuat melekat di punggungnya, dia akhirnya berdiri dan menggendong Yola di belakangnya kemudian lanjut berjalan mendaki menuju rumah mereka.
Sangat canggung tetapi juga nyaman bersandar di punggung lelaki itu.
"Abang ...." panggil Yola.
"Hmmm ...." sahut Ilham.
"Cewek yang di mall tadi, pacarnya Abang Ilham?" tanya Yola.
"Cewek? Pacar?" tanya Ilham pura- pura bingung. "Pacar tu inai, kalau kat sini."
Ilham sebenarnya sangat paham apa yang sedang dipertanyakan Yola.
"Isss ...." desis Yola. "Itu perempuan siapa namanya? Sonia? Dia pacar Abang? Abang suka padanya?" tanya Yola bertubi- tubi
Ilham mendesah. Bagaimana dia akan menjelaskannya?
"Dia kawan Abang."
"Hanya teman?"
Ilham terpaksa berbohong. Dia tidak mungkin bilang kalau dia menyukai Sonia. Bagaimana kalau Yola mengadu pada kedua orang tua mereka? Terlebih-lebih pada Atok. Bisa tamat riwayatnya.
"Iya. Hanya kawan. Kenape?"
"Nggak kenapa- kenapa. Aku hanya merasa dia cantik." kata Yola.
"Yola pun lagi cantik."
Ilham mungkin tak melihat, gadis itu tersipu di belakangnya.
"Abang ...." panggil gadis itu lagi.
"Hmm ...."
"Yola ngantuk."
"Tidurlah kalau macam tu. Nanti, kalau sampai, Abang akan bangunkan Yola."
Hampir 20 menit berjalan kaki dari gapura sampai ke puncak, akhirnya Ilham sampai juga membawa Yola pulang ke rumah. Rumah sepi. Tak ada mobil, berarti Mamah dan Hafiz tak ada di rumah. Sepertinya Ilham tahu maksud mamahnya meninggalkan mereka berdua saja di mall. Mamah ingin agar dia dan Yola lebih leluasa menggunakan waktu berdua. Mamah ini apa- apaan!
Selepas meletakkan Yola yang tertidur pulas di ranjang, Ilham pun menelepon kediaman kakek. Walaupun Mamah dan Hafiz sengaja mematikan teleponnya, tapi di rumah kakek pasti bisa dihubungi. Mamah pasti ada di sana.
Tuuut!!
"Hallo, kediaman keluarga Nirwan ...." Suara salah satu pelayan Atom terdengar di seberang sana.
"Ini Ilham, berikan teleponnya ke Mamah!"
Tak lama Mamah pun langsung menerima telepon itu.
"Hallo, Ilham ...."
"Mamah ....! Ape maksud mamah tinggalkan Ilham berdua dengan Yola sendiri saje di rumah? Siasat ape yang Mamah rencanakan?" tanya Ilham gusar
"Tak de siasat ape- ape. Mamah hanya ingin kamu dan Yola saling mengenal."
"Kite dah saling kenal pun. Mamah tak usahlah susah payah nak tinggalkan Ilham berdua sahaja dengan Yola! Ilham rimas (risih) mamah tau tak?"
"Buat ape rimas. Yola isteri kau. Kalau pun kau nak berbuat sesuatu seperti hubungan suami isteri yang semestinya pun tak ape. Lagi pula isteri kau itu telah diberi ubat kontrasepsi oleh mamanya, mertua kau itu. Berarti kau bolehlah kalau nak ...."
"Mamah, cukup! Ilham tak mahu dengar cakap Mamah!" kata Ilham.
Ilham mematikan telepon dengan wajah yang sangat merona merah. Keterlaluan! Bisa- bisanya mamah memikirkan hal semacam itu. Yola masih sangat kecil, bagaimana mungkin dia dan bocah itu ...
Ilham kesal dibuatnya. Dia segera ingin pergi ke kamar yang lain. Ilham hendak menutup pintu kamar Yola agar tidak banyak nyamuk yang masuk ke dalam, namun ia kembali masuk untuk memakaikan gadis itu selimut.
Saat memasangkan selimut itu, Ilham sempat memperhatikan tubuh Yola dari ujung kaki ke ujung rambut. Gadis itu persis seperti Sonia bilang, dia seperti gadis dewasa berwajah anak- anak. Tubuhnya tinggi semampai dengan kulit putih bersih. Rambutnya juga panjang tergerai indah. Mata terpejam dengan bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir yang terlihat ranum dan enak. Ilham menelan ludah.
Ilham berjongkok di sisi tempat tidur agar lebih leluasa mengamati wajah indah sempurna itu.
"Hey, cepatlah dewasa! Abang akan tunggu kau," gumamnya lirih nyaris tak terdengar.
Jempol kanannya tanpa ia sadari menyentuh lembut bibir itu dan tanpa sadar juga bibirnya perlahan menyatu dengan bibir Yola. Hanya sekilas, Ilham tiba- tiba kaget setengah mati dan spontan membuang dirinya, saat tiba- tiba kelopak mata Yola membuka cepat dan juga terkejut mendapati wajahnya begitu dekat dengan wajah Ilham.
"A-abang! Abang mau ngapain?!!!" teriak Yola.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Mimin Rosmini
jangan sampai si ilham jadian dgn si sonia dong kasihan yola
2021-11-19
0
Nyenk Fateem
laa, mamah sing yg mancing-mancing..
2021-04-14
0
Wah Ora Ayue
maaf kak... kalau bisa jangan pakai kata2 indon ya.. karena itu artinya jelek banget...🙈🙏
2021-02-19
0