Abang Mau ngapain?

"Cantiknya adik kau, Ilham. Macem mana dia boleh cantik sedang kau ini tak lah handsome," ledek Sonia pada Hafiz.

"Kau ni Sonia, kalau cakap selalu lain di mulut lain di hati. Kalau aku tak handsome mana mungkin kau jatuh cinte dengan aku," kata Ilham.

"Aduhaiii, kau percaya diri sangat, Ilham." balas Sonia dengan tawa berderai. "Kalau boleh tau siapa namamu, Adik Cantik? Kau duduk dimana?"

Yola memutar bola matanya malas. Entah mengapa dia sebal pada wanita ini. Kedekatannya dengan Ilham membuat hatinya terasa panas. Dan kini wanita itu berpura- pura sangat peduli padanya. Seolah- olah ingin mengambil hati agar bisa masuk ke keluarga Ilham.

"Abang, Yola biar keliling sendiri saja di sekitar sini. Abang ngobrol aja dulu dengan teman Abang," kata Yola muak.

"Eh, tak boleh. Nanti kau sesat tak tau balik sini, macam mana?" tolak Ilham dengan cemas.

"Aku di dekat- dekat sini aja. Nggak jauh- jauh," kata Yola.

"Biar je, Ilham. Adik sepupu kau nampaknya sudah cukup besar. Taklah sampai sesat hanya di dalam mall ini saja," kata Sonia menenangkan Ilham. "Kau kalau nak pusing- pusing, nak tengok- tengok baju, kasut, dan yang lain, pergilah, semua ada di tingkat ni je. Jangan hiraukan Ilham, aku nak jaga Abang kau. Ya kan Ilham? Aku nak berbincang juga dengan kau tentang persiapan keberangkatan ke Berlin."

Cih, sombong sekali, pikir Yola. Dia mengira aku gangguan apa?"

"Ya sudah. Jangan jauh-jauh, Yola," kata Ilham memperingatkan. "Nanti kau hilang, Abang yang kena marah Mamah."

"Oke," jawab Yola singkat dan tanpa membuang waktu segera berlalu meninggalkan suaminya dan wanita lain itu berdua saja.

Sepeninggalan Yola, Sonia langsung menyambung percakapannya dengan Ilham.

"Kalau kau tak cakap, aku kira dia tuh kekasihmu Ilham," kata Sonia sehingga membuat Ilham yang sedang minum menjadi tersedak.

"Hati- hati, Ilham." kata Sonia memperingatkan.

"Kau, kau ini cakap ape? Mana mungkin Yola tu kekasih aku? Dia tuh masih budak kecil, usianya masih 12 tahun," sangkal Ilham pada Sonia. "Dia tuh hanya adik sepupu aku yang baru datang dari Jakarta. Jadi aku menemani die pusing- pusing sekejab kat sini," kata Ilham gusar.

"Ya, sudah, ya sudah. Usah jua pakai amarah Ilham. Aku kan hanya mengira. Karena aku tengok dia punya badan lumayanlah tinggi macam gadis dewase je. Hampir setinggi aku. Walaupun wajahnya masih terlihat comel macam budak kecik," jawab Sonia menenangkan.

Mood Ilham benar- benar rusak akibat perkataan Sonia yang mengira kalau Yola adalah kekasihnya. Padahal tadi Ilham senangnya minta ampun saat tak sengaja bertemu Sonia di area mall ini. Tapi sekarang perkataan itu membuatnya terpojok karena kenyataannya Yola memang bukanlah kekasihnya melainkan seseorang yang lebih dari itu. Yola itu isterinya.

Bagaimana kalau Sonia sampai mengetahui kebenaran itu? Akankah tak akan ada harapan baginya untuk bersama Sonia? Sementara telah lama Ilham menaruh hati pada gadis itu. Sonia adalah cinta pertamanya dan sepertinya gadis itu juga punya perasaan yang sama seperti dirinya. Tapi kini kehadiran Yola mungkin akan merubah semuanya. Kalau Sonia tau, dia pasti tak akan mau menerima perasaan Ilham lagi. Padahal demi mengikuti Sonia yang mendapat beasiswa ke Berlin, Ilham sampai merengek pada kakeknya untuk kuliah di sana juga.

Sudahlah, Ilham. Jangan marah- marah. Nampak kau gusar sangat. Aku tak sengaja cakap pasal tu. Aku tak bermaksud membuat kau tersinggung. Aku sungguh-sungguh tak tau kalau dia adik sepupu kau. Jangan marah lagi, ya? Kita cakap pasal lain je. Bagaimana kalau cakap persiapan kita ke Berlin beberapa hari lagi. Ape- ape yang telah ka siapkan?" bujuk Sonia.

Gadis itu selalu tau cara membujuk Ilham, tapi kali ini sepertinya tak mudah. Ilham tetap dengan mood yang buruk.

***

Sementara itu Yola yang kesal memutuskan untuk menjauh dari Ilham dan Sonia. Yola memilih untuk menelepon Yuri.

"Yol, kamu ijin tidak masuk untuk beberapa hari ke depan, kamu kemana aja? Si Hafiz juga nggak masuk loh," kata Yuri melaporkan.

"Ehmm, iya. Aku dan Hafiz ke KL bareng," jawab Yola.

"Haaaa? Apa? Serius Yol? Kok bisa? Kamu dan dia dijodohkan, ya?"

"Hussshh!!! Apa sih Yuri? Siapa juga yang dijodohkan dengan dia? Ini cuma liburan keluarga. Kan kamu tau orang tuaku sama keluarga Hafiz bersahabat?" kata Yola ngeles.

Sambil menelepon Yuri, Yola mencari- cari toko pakaian dalam tempat Mamah Zubaedah dan Hafiz tadi pergi. Tapi Yola tak menemukan mereka lagi di sana.

"Yur, bentar ya, aku cari Hafiz dulu," kata Yola tanpa menutup telepon.

"Abang, tadi ada ibu- ibu sama anaknya yang gendut belanja di sini. Mereka kemana ya?" tanya Yola pada karyawan toko itu.

"Oh, Makcik tu? Die dengan anaknya dah pergi dari tadi pun. Sekejab je mereka di sini," kata pria itu.

Hah? Mama Zubaedah dan Hafiz kemana? Kenapa meninggalkan dia dan Bang Ilham berdua aja? Dan sekarang Bang Ilham malah asyik dengan pacarnya. Yola malas kembali ke cafe itu.

Yola pun akhirnya mencari- cari lagi hampir ke seluruh mall. Mall ini terlalu luas atau memang Mamah dan Hafiz sudah selesai shopping? Apa mereka sekarang menunggu di lahan parkir?

"Yol, gimana? Hafiz dan Mamanya ketemu nggak?" Tanya Yuri di telepon. Dia mencemaskan sahabatnya Yola.

"Nggak, belum ketemu. Oh, iya bentar deh. Kok aku lupa, kan aku bisa telepon Mamah. Yur, aku matikan dulu teleponnya ya. Aku mau telepon Hafiz dulu," kata Yola.

"Yoi, tapi jangan lupa belikan aku dan Friska oleh- oleh ya ..." kata Yuri.

"Ok, gampang!"

Usai mematikan panggilan telepon Yuri, masih sambil berjalan Yola menyentuh layar ponselnya dan mencari kontak Mama Zubaedah. Dia meneleponnya, tapi jaringan sibuk. Yola kemudian menelepon Hafiz, sempat diangkat tapi kemudian panggilan yang telah tersambung itu mati kembali. Dan saat Yola mencobanya lagi, nomor itu sudah tidak aktif.

"Aduuuhh, gimana ini? Kok nggak ada yang bisa dihubungi sih?" Gerutunya.

Yola baru akan menelepon Ilham saat seseorang tiba- tiba merampas ponsel yang ada di telinganya. Sejenak Yola terkesiap sebelum sadar tas yang tersampir di bahunya pun kini telah ada yang merebut. Sejenak pandangan matanya bertemu dengan orang yang telah merebut tas dan handphonenya itu.

Mengejutkan! Seseorang telah berani merampas dan melarikan barang- barangnya. Dan yang lebih membuat kaget adalah pelakunya hanya seorang anak perempuan sebayanya,memakai topi dengan rambut diikat kuncir. Sialan! Yola nggak terima. Dia segera mengejar anak perempuan itu.

"Tunggu!! Maling!! Hey!!! Tolong!"

Jelas saja pencuri itu tak akan menunggunya. Dia sangat gesit berlari di antara orang- orang. Bahkan saat Yola masih kebingungan melihat ke kanan dan ke kiri, anak perempuan itu telah berlari menuruni eskalator paling bawah.

Yola tetap mengejar, hingga keluar dari mall tiba- tiba dari balik pilar kaki nya dengan sengaja disandung oleh anak perempuan itu hingga Yola terjatuh terjerembab dan akhirnya tersungkur di anak tangga depan mall.

"Aduuuuhhh!!!!" Jerit Yola.

Kaki, lengan, bahkan dadanya kini terasa ngilu dan perih.

Masih sempat dilihatnya wajah anak perempuan itu. Tertangkap raut khawatir di wajahnya melihat keadaan Yola. Seperti ingin membantu namun dia mengurungkan niatnya. Lalu, dia pergi begitu saja.

Yola mencoba bangun dibantu oleh beberapa pengunjung mall yang sempat melihatnya berlarian mengejar anak itu.

"Dik, kau tak ape?" Tanya mereka.

Yola menjawab seadanya. Dan bergegas pergi dari sana. Hatinya sedih. Mama dan Hafiz meninggalkannya. Abang Ilham sibuk dengan pacarnya. Dan dia di negeri orang ini dirampas harta bendanya. Ponselnya hilang, uangnya hilang. Bagaimana dia akan menghubungi mereka? Yola malas kembali ke cafe di lantai atas menemui Bang Ilham. Lebih baik dia ke area parkir saja. Bukankah tadi Mama Zubaedah mengatakan mereka akan bertemu disana lagi?

Dengan tertatih Yola menyeret langkahnya ke area parkir, tempat di mana tadi Bang Ilham memarkir mobilnya. Tapi sial, lagi- lagi sial!! Mobil Abang Ilham yang tadi jelas- jelas diparkir disitu sudah tidak ada. Ohh naas sekali! Apa mereka semua meninggalkannya? Abang Ilham juga?

Yola terduduk di sana, diam dan menangis. Baru kali ini dia jauh dari Mama dan kini harus mengalami ini. Sial sekali!

Sementara itu di lantai atas Mall, Ilham baru saja tersadar kalau telah lama Yola belum kembali melihat- lihat barang- barang di mall.

"Ya, Tuhan! Yola! Kenapa budak ni belum balik? Ape dia tersesat?"

"Ilham! Tenanglah! Dia pasti berada di sekitar sini sahaja. Tak mungkin jauh- jauh. Dahlah tu, sekejab lagi pasti balik!"

"Sonia! Aku nak pergi cari dia dulu! Kau baliklah dulu!"

"Tapi Ilham ...."

Ilham tak menghiraukan Sonia lagi. Dia mengkhawatirkan Yola, mengingat kalau anak itu orang baru di daerah sini.

Kekhawatirannya semakin menjadi- jadi saat tak menemukan Yola di manapun. Eh, tapi Mama dan Ehsan pun tak nampak sama sekali. Apa Yola mencari Mama dan Ehsan, kemudian mereka pulang bersama?

Ilham pun mengambil ponselnya dan menelepon ketiganya satu persatu. Aneh sekali, tak satu pun dari ketiganya bisa dihubungi. Segera Ilham menuju parkiran. Mereka pasti menunggunya di sana. Tapi Ilham tak menemukan mobil yang dia kenderai tadi ada di sana. Itu membuatnya heran dan semakin heran lagi saat melihat Yola yang duduk sambil membenamkan wajahnya pada lututnya yang ditekuk.

"Yola ...." panggil Ilham.

Yola mengangkat wajahnya. Terlihat bulir- bulir air mata di pelupuk matanya meski pun area parkir itu tidak terlalu terang.

"Abang ....!" panggil gadis itu sedih.

"Yola, kau kenape?" tanya Ilham bingung. "Dimana kereta kite? Mamah dan Hafiz mana?"

Yola menggeleng bingung. Dia pun tak tau.

Ilham mendekati Yola dan memperhatikan wajah mungil Yolanda. Ada memar di dagunya bekas dia jatuh tadi.

"Yola, wajah kau kenape? Siapa bikin luka di wajah kau ini? Bagi tau abang!" desak Ilham.

Ilham benar- benar ingin menghajar orang yang telah melakukan itu pada Yolanda.

"Abang! Yola pikir Abang juga ninggalin Yola di sini," rengek Yola dengan suaranya yang manja.

Tanpa diduga Yolanda, Ilham tiba- tiba memeluknya.

"Mana mungkin Abang tinggalin Yola. Kamu adalah ...." sampai di situ kata- kata Ilham tiba- tiba terhenti. Andai dia melanjutkannya pasti dia tak akan sadar menggunakan kata istri sebagai lanjutannya.

"Kamu adalah adiknya Abang," katanya pada akhirnya.

Tiba- tiba saja pelukan itu terasa nyaman bagi Yola dan tanpa diduga Ilham, Yola balas memeluknya. Ada rasa yang tak bisa digambarkan Ilham saat itu. Rasa seperti apa ini? Seperti gejolak namun sangat tenang dan damai.

"Mamah dan Hafiz sepertinya sudah lebih dulu balik ke rumah. Kalau begitu kite naik taksi saje balik ke rumah," kata Ilham

Yola mengangguk dan melepaskan pelukannya pada Ilham.

Di dalam taksi yang dipesan Ilham, Ilham kembali menanyai Yola.

"Siapa yang berani bikin adik Abang macem ni? Wajah, kaki, tangan kau memar semua," kata Ilham geram.

Yola menggeleng.

"Yola nggak tau. Tiba- tiba saja pas Yola mau telepon Mamah, hp dan tas Yola dirampas. Terus Yola kejar, pas Yola udah sampai di luar Mall, malingnya taro kakinya dari balik pilar, Yola tersandung terus jatuh nyungsep deh ke tangga," katanya menjelaskan.

"Nyungsep?" Ilham mengulang pertanyaan itu. Kosa kata itu asing baginya.

"Iya, nyungsep. Artinya Yola jatuh kepala duluan nyium lantai," kata Yola berusaha menjelaskan.

"Nyium lantai? Maksudmu kamu nak cium lantai?"

"Aduuh Abang, udah deh! Yola tambah pusing Abang tanya terus. Udah ah, jangan bawel!"

"Bawel? Maksudnya ikan?"

"Tau ah!!!" Kata Yola jengkel.

Ilham tertawa sambil mengusap- usap rambut gadis itu.

"Maaf, maaf. Abang tak terlalu paham beberapa bahasa Indon," katanya jujur.

"Bukan Indon, tapi Indonesia Abang!"

"Iya, iya! Indonesia Raya! Abang tahu!"

Yola pura- pura berpaling ke jendela taksi seolah-olah ingin melihat ke luar jendela. Padahal dia hanya ingin menjauhkan posisinya dari Ilham.

"Tapi lain kali, tak perlulah kau sampai nak kejar tu pencuri, Yola. Kau tak sayang ke keselamatan kau? Kalau Mamah Ratih tahu, Papah Abi juga tahu, habis dah Abang bakal digantung karena tak bisa jaga kau! Masalah telepon genggam dan kamu punya bag bisa jr diganti, tapi kamu berharga. Abang tak nak ada sesuatu yang buruk terjadi dengan Yola. Paham tak?"

Yola menatap wajah lelaki itu.

"Abang makin mirip papa lama- lama. Bawel!"

Ilham tertawa kecil mendengarnya. Hingga taksi yang mereka tumpangi sampai di depan gapura komplek perumahan rumah yang mereka tempati. Sopir taksi itu menghentikan taksinya dan menutup sejenak panggilan telepon yang sedari beberapa menit tadi dilakukannya.

"Maaf sebelumnye, boleh tak saye antar kalian sampai sini saje? Saya ada keperluan mendadak. Isteri saye nak melahirkan sekarang juga. Dia sendiri di rumah. Saye nak bawa isteri saye ke hospital secepatnya. Saye tak dapat antar adek- adek nih ke dalam," kata sopir itu memohon.

Karena tak sampai hati, akhirnya Ilham dan Yola tak keberatan diturunkan di depan komplek perumahan. Namun yang kini ada di depan mata mereka adalah jalan beraspal penuh tanjakan ke atas. Rumah hadiah Atok memang berada di lokasi perumahan elit di kawasan perbukitan.

"Macem mana ni? Kita mesti jalan kaki ke atas?" tanya Ilham pada Yola.

Mereka bahkan telah meminta security untuk menelepon ke rumah mereka agar Mamah menjemput mereka ke depan karena rumah Atok masih sangat jauh di atas sana. Tapi telepon di rumah pun tak ada yang mengangkat. Dan sialnya lagi hendak meminjam sepeda motor petugas keamanan pun, kebetulan sekali sepeda motornya sedang dipinjam juga oleh temannya untuk keluar mencari makanan.

"Sudahlah, Bang! Kita jalan kaki saja ke atas," kata Yola.

"Tapi Yola, kaki kau sakit," kata Ilham.

"Nggak terlalu kok, Nanti sampai rumah, Yola bisa langsung istirahat," kata Yola.

Akhirnya Ilham menuruti kemauan Yola. Mereka pun berjalan menyusuri jalan komplek dan melewati rumah- rumah besar dipinggir jalan itu.

Baru setengah jalan Yola sudah terlihat sangat letih dan sesekali meringis menahan sakit pada lututnya. Keringat bercucuran di keningnya.

"Yola penat ke?" tanya Ilham.

Yola menggeleng. Dan Ilham tau Yola berbohong. Ilham segera berhenti dan berjongkok di hadapan Yola.

"Naik ke punggung Abang. Abang nak gendong Yola sampai rumah," katanya.

Yola tersentak.

"Nggak usah, Abang. Sebentar lagi sampai. Yola masih kuat kok!" jawab Yola.

"Sudah, jangan melawan dengan Abang. Nanti kamu sakit, Abang yang akan digantung sama Atok. Yola tega, ke?" tanya Ilham dengan wajah memelas.

Akhirnya mau tak mau Yola naik juga ke punggung lelaki itu.

"Berpegang dengan Abang!"

Meski canggung Yola akhirnya mengalungkan tangannya di leher Ilham. Hingga lelaki itu merasa Yola sudah cukup kuat melekat di punggungnya, dia akhirnya berdiri dan menggendong Yola di belakangnya kemudian lanjut berjalan mendaki menuju rumah mereka.

Sangat canggung tetapi juga nyaman bersandar di punggung lelaki itu.

"Abang ...." panggil Yola.

"Hmmm ...." sahut Ilham.

"Cewek yang di mall tadi, pacarnya Abang Ilham?" tanya Yola.

"Cewek? Pacar?" tanya Ilham pura- pura bingung. "Pacar tu inai, kalau kat sini."

Ilham sebenarnya sangat paham apa yang sedang dipertanyakan Yola.

"Isss ...." desis Yola. "Itu perempuan siapa namanya? Sonia? Dia pacar Abang? Abang suka padanya?" tanya Yola bertubi- tubi

Ilham mendesah. Bagaimana dia akan menjelaskannya?

"Dia kawan Abang."

"Hanya teman?"

Ilham terpaksa berbohong. Dia tidak mungkin bilang kalau dia menyukai Sonia. Bagaimana kalau Yola mengadu pada kedua orang tua mereka? Terlebih-lebih pada Atok. Bisa tamat riwayatnya.

"Iya. Hanya kawan. Kenape?"

"Nggak kenapa- kenapa. Aku hanya merasa dia cantik." kata Yola.

"Yola pun lagi cantik."

Ilham mungkin tak melihat, gadis itu tersipu di belakangnya.

"Abang ...." panggil gadis itu lagi.

"Hmm ...."

"Yola ngantuk."

"Tidurlah kalau macam tu. Nanti, kalau sampai, Abang akan bangunkan Yola."

Hampir 20 menit berjalan kaki dari gapura sampai ke puncak, akhirnya Ilham sampai juga membawa Yola pulang ke rumah. Rumah sepi. Tak ada mobil, berarti Mamah dan Hafiz tak ada di rumah. Sepertinya Ilham tahu maksud mamahnya meninggalkan mereka berdua saja di mall. Mamah ingin agar dia dan Yola lebih leluasa menggunakan waktu berdua. Mamah ini apa- apaan!

Selepas meletakkan Yola yang tertidur pulas di ranjang, Ilham pun menelepon kediaman kakek. Walaupun Mamah dan Hafiz sengaja mematikan teleponnya, tapi di rumah kakek pasti bisa dihubungi. Mamah pasti ada di sana.

Tuuut!!

"Hallo, kediaman keluarga Nirwan ...." Suara salah satu pelayan Atom terdengar di seberang sana.

"Ini Ilham, berikan teleponnya ke Mamah!"

Tak lama Mamah pun langsung menerima telepon itu.

"Hallo, Ilham ...."

"Mamah ....! Ape maksud mamah tinggalkan Ilham berdua dengan Yola sendiri saje di rumah? Siasat ape yang Mamah rencanakan?" tanya Ilham gusar

"Tak de siasat ape- ape. Mamah hanya ingin kamu dan Yola saling mengenal."

"Kite dah saling kenal pun. Mamah tak usahlah susah payah nak tinggalkan Ilham berdua sahaja dengan Yola! Ilham rimas (risih) mamah tau tak?"

"Buat ape rimas. Yola isteri kau. Kalau pun kau nak berbuat sesuatu seperti hubungan suami isteri yang semestinya pun tak ape. Lagi pula isteri kau itu telah diberi ubat kontrasepsi oleh mamanya, mertua kau itu. Berarti kau bolehlah kalau nak ...."

"Mamah, cukup! Ilham tak mahu dengar cakap Mamah!" kata Ilham.

Ilham mematikan telepon dengan wajah yang sangat merona merah. Keterlaluan! Bisa- bisanya mamah memikirkan hal semacam itu. Yola masih sangat kecil, bagaimana mungkin dia dan bocah itu ...

Ilham kesal dibuatnya. Dia segera ingin pergi ke kamar yang lain. Ilham hendak menutup pintu kamar Yola agar tidak banyak nyamuk yang masuk ke dalam, namun ia kembali masuk untuk memakaikan gadis itu selimut.

Saat memasangkan selimut itu, Ilham sempat memperhatikan tubuh Yola dari ujung kaki ke ujung rambut. Gadis itu persis seperti Sonia bilang, dia seperti gadis dewasa berwajah anak- anak. Tubuhnya tinggi semampai dengan kulit putih bersih. Rambutnya juga panjang tergerai indah. Mata terpejam dengan bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir yang terlihat ranum dan enak. Ilham menelan ludah.

Ilham berjongkok di sisi tempat tidur agar lebih leluasa mengamati wajah indah sempurna itu.

"Hey, cepatlah dewasa! Abang akan tunggu kau," gumamnya lirih nyaris tak terdengar.

Jempol kanannya tanpa ia sadari menyentuh lembut bibir itu dan tanpa sadar juga bibirnya perlahan menyatu dengan bibir Yola. Hanya sekilas, Ilham tiba- tiba kaget setengah mati dan spontan membuang dirinya, saat tiba- tiba kelopak mata Yola membuka cepat dan juga terkejut mendapati wajahnya begitu dekat dengan wajah Ilham.

"A-abang! Abang mau ngapain?!!!" teriak Yola.

Terpopuler

Comments

Mimin Rosmini

Mimin Rosmini

jangan sampai si ilham jadian dgn si sonia dong kasihan yola

2021-11-19

0

Nyenk Fateem

Nyenk Fateem

laa, mamah sing yg mancing-mancing..

2021-04-14

0

Wah Ora Ayue

Wah Ora Ayue

maaf kak... kalau bisa jangan pakai kata2 indon ya.. karena itu artinya jelek banget...🙈🙏

2021-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Haid Pertama
2 Ternyata Bukan si Ehsan
3 Obat Kontrasepsi
4 Perasaan Apa Ini?
5 Abang Mau ngapain?
6 Masa Lalu
7 Malam Pertama
8 Kesakitan di Masa Lalu
9 Interview
10 Tantangan
11 Queen Devil
12 Ammar
13 Trust Me, Please...
14 Can I Call You Mommy?
15 Victoria Hotel
16 Alasan Menikahi Sonia
17 Berkawan dengan Victor
18 Yang kita lakukan semalam
19 French Kiss
20 Kedatangan Mama Zubaedah
21 Bercerailah dengan Ilham
22 Senorita
23 Dejavu
24 Lil Bro or Lil Sist?
25 Rafly
26 Bau Apa?
27 Hafiz, Ayo Kita Menikah
28 Cerai
29 Will You Marry Me
30 Sebelum Janur Kuning Melengkung
31 Masa Iddah
32 Royale International Hotels
33 Show-Up
34 Rasa Bersalah
35 Aster Putih
36 Rujuk
37 Di Ujung Tanduk
38 Barang Bukti Penemuan Ammar
39 Cinta Masa Kecil
40 Eva
41 Rencana Honeymoon
42 Istri Rasa Pelakor
43 Go To Penang
44 Pengaman
45 Belum Siap untuk Hamil Lagi
46 Rencana Comblang
47 Pasembur
48 Cemburu
49 Syarat Agar Dimaafkan
50 Gadis Itu Bernama Andini
51 Skywalk
52 Permintaan Author
53 Dua Garis Merah Muda
54 Satu Kesempatan Untuk Membuktikan
55 Vidio Panas
56 Rencana Untuk Eva
57 Menyingkirkan
58 Ngidam Pasembur Lagi
59 Provokasi Yola
60 Ruang Monitor CCTV
61 Yolanda Gunawan
62 Eva Y Gunawan
63 Bajak Laut
64 N-one dan Guna-1
65 Hanya Ada Satu Yolanda
66 Visual si Abang dan Yola
67 Abang Ammar
68 Bertemu Victor
69 Green House
70 Abimanyu
71 Andini Y
72 Hafiz Kembali ....
73 Atok Jahat!!!
74 Bicara 6 Mata
75 Pembicaraan Antar Pria
76 Rapat Pemegang Saham
77 Pengakuan
78 Siasat Hafiz
79 Seperti Wanita Hamil
80 Jenius?
81 Grafik Saham
82 Pembicaraan Sebelum Tidur
83 Ya Tuhaaan, apa yang terjadi?
84 Siasat Yuri dan Diana
85 Jangan Pernah Tinggalkan Aku
86 Kau Hanya Boleh Memilih Satu
87 Persahabatan Yang Aneh
88 Abang Mahu Kahwin Lagi
89 Janji
90 Pelakor Teriak Pelakor
91 Bahasan Perceraian
92 Kemesraan di Kantor
93 Perbincangan Ilham dan Atok Yahya
94 Romansa Ibu dan Anak
95 Skak Mat
96 Cucu Menantu Presdir
97 Gombal
98 Mommy Medusa
99 Kau Tetap Adik Kesayanganku
100 Flashback Hafiz (1)
101 Flashback Hafiz (2)
102 Flashback Hafiz (3)
103 Flashback Hafiz (4)
104 Flashback (5)
105 Syarat
106 27% Saham N- one
107 Memutuskan
108 Gosip Karyawati N- one
109 Akuisisi Perusahaan
110 Bingung
111 Pagi Baik
112 Klarifikasi
113 Kejadian Tak Terduga
114 Target
115 Kedatangan Mama Ratih
116 Syarat Untuk Memenuhi Syarat
117 Menantu dan Mertua
118 Memberi Pengertian
119 Hadiah Kedua Atok Yahya
120 Fitting Baju Pengantin
121 Tuntutan Mama Sonia
122 Plankton
123 Mommy dan Daddy bikin Ape?
124 Sonia
125 Foto Prewed dan Maternity
126 Satu Atap
127 Cengkrama Keluarga Harmonis
128 Hamil?
129 Pelaminan Yang Sama
130 Juru Rawat
131 Tanda Tangan!
132 Poligami?
133 Pertengkaran
134 Kembali ke Apartemen
135 Bukan Skenario
136 Menguping
137 Dia Yang Berharga
138 Sate Padang Bukan Sate Madura
139 Calon Menantu Mamah Juga
140 Ledakan
141 Surat dari Salim Gunawan
142 Menolong Sonia
143 Kambing Hitam
144 Pulanglah!
145 Desakan Yuri
146 Patung Emas
147 Menuju Perceraian
148 Resmi Bercerai!
149 Kesal
150 Surprise
151 Pinangan
152 Will You Marry Me Again?
153 Seusai Lamaran
154 Sijil Perakuan Cerai
155 Antara Leon, Nadira dan Sonia
156 Kecemburuan Yuri
157 Tanggung Jawab?
158 Insiden Kecil di Kamar Mandi
159 Permintaan Ilham
160 Bertemu si Pembawa Sial
161 Pembawa Sial Yang Kena Sial
162 Akad Nikah Ulang
163 Pulang ke KL
164 Di Belakang Rumah
165 Tentang Hafiz
166 Gagal Karena Paspor
167 Sampai di KL
168 Berinai Curi
169 Menjalankan Misi
170 Pelakor?
171 Masih Malam "Berinai Curi"
172 Tertangkap!
173 Karma Itu Nyata!
174 Apa Yang Terjadi Dengan Yuri?
175 Majlis Perkahwinan
176 Pertemuan Lucas dan Atok Yahya
177 Wasiat
178 Atok Berpulang Ke Rahmatullah
179 Pertengkaran Ayah dan Anak
180 Kecurigaan
181 Penemuan Surat dan Obat
182 Menyendiri
183 Kondisi Membingungkan
184 Perdebatan Sengit di Ruang Rapat
185 Pemilihan Presiden Direktur N-one
186 Pemilik Saham 44,7%
187 Legalitas
188 Kekecewaan
189 Yuri Kecil
190 Strategi
191 Ingin Bekerja Lagi
192 Menemui Melisa
193 Titik Terang
194 Cerita Hafiz
195 Panggil Aku Abang!
196 Jawatan
197 Tantangan Berkompetisi
198 Tiga Tugas
199 Planning
200 Abang Kurang Apa?
201 Percakapan Leon dan Ilham
202 Yuri dan Lucas
203 Yang Terjadi Waktu Itu
204 Hafiz ...
205 Siasat Yuri
206 Liciknya Yuri
207 Visual lagi
208 Martabat N-one
209 Pemenang Babak Pertama
210 Tugas Kedua
211 Visual Tambahan
212 Pijat Plus-plus
213 Laporan Leon
214 Pengakuan Leon
215 Ancaman
216 Keberangkatan ke Kamboja
217 Terungkap
218 Bersekutu
219 Mencari Informasi
220 Cerita Mama Ratih
221 Diskusi dengan Mama Ratih
222 Marahnya Yola
223 Berita dari Hafiz
224 Keceplosan
225 Satu Persatu Mulai Terkuak
226 Dia Datang
227 Selalu Memikirkannya
228 Empati Bumil
229 Flashback Ilham (1)
230 Flashback Ilham (2)
231 Flashback Ilham (3)
232 Flashback Ilham (4)
233 Flashback Ilham (5)
234 Flashback Ilham (6)
235 Flashback Ilham (7)
236 Flashback Ilham (8)
237 Merasa Patah Hati
238 Mengelabui Yuri
239 Ide Licik
240 Sidak Indopenh Group
241 Berjalan Sesuai Rencana
242 Apakah Itu Hari Yang Sama?
243 Insiden Lagi!
244 Jen ... de ... la ...?
245 Memperkenalkan Yuri dan Sonia
246 Histeris
247 Berdamai Dengan Masa Lalu
248 Pak Aya dan Bu Aya
249 Piyama dan Sandal Jepit
250 Setia?
251 Pengakuan
252 Honeymoon Package
253 I Love You Too
254 Yuri di ... Jendela?
255 Penawaran Hafiz
256 Rencana Membawa Sonia Berobat
257 Too?
258 Bukti Baru
259 "Aku Rindu"
260 Rekaman CCTV
261 Jabatan Kecemasan Dan Trauma (IGD)
262 Memeriksa Rumah Lucas
263 Target Operasi (TO)
264 Penangkapan Yuri
265 Amarah Lucas
266 Datuk Abidin
267 Panggilan Telepon
268 Merasa Terpukul
269 Anakku ...
270 Mencari Andini Y
271 Memori Datuk Abidin
272 Pertemuan Dr. Abraham dengan Datuk Abidin
273 Sebuah Pilihan Sulit
274 Solusi Dari Zuhri
275 Kisah Tentang Andini
276 Masih Tentang Andini
277 Ruang Praktek Dr. Abraham
278 Adik Ipar
279 Membujuk Andini
280 Rencana Tujuh Bulanan
281 Strategi Baru Membujuk Andini
282 Andini dan Ammar
283 Rubik
284 Bertemu Eva
285 Adek Kakak
286 Pertemuan Yang Dinanti
287 Mama ...
288 Quality Time
289 Merasa Dipermainkan
290 Sikap Mama Ratih
291 Percakapan Mama Ratih dan Andini
292 Harga Sebanding
293 Sebuah Misi
294 Ternyata....
295 Monta Somnang
296 Mengejar Target
297 Lil Sist
298 Ammera Ruby Nirwan
299 Pasca Kejadian Itu
300 The End
301 Bonchap 1
302 Bonchap 2
303 Bonchap 3
304 Bonchap 4
305 Meninggalkan Sonia Dengan Victor
306 Everything Will be Alright
307 Cie... Cie.. Yang Mau ....?
308 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 308 Episodes

1
Haid Pertama
2
Ternyata Bukan si Ehsan
3
Obat Kontrasepsi
4
Perasaan Apa Ini?
5
Abang Mau ngapain?
6
Masa Lalu
7
Malam Pertama
8
Kesakitan di Masa Lalu
9
Interview
10
Tantangan
11
Queen Devil
12
Ammar
13
Trust Me, Please...
14
Can I Call You Mommy?
15
Victoria Hotel
16
Alasan Menikahi Sonia
17
Berkawan dengan Victor
18
Yang kita lakukan semalam
19
French Kiss
20
Kedatangan Mama Zubaedah
21
Bercerailah dengan Ilham
22
Senorita
23
Dejavu
24
Lil Bro or Lil Sist?
25
Rafly
26
Bau Apa?
27
Hafiz, Ayo Kita Menikah
28
Cerai
29
Will You Marry Me
30
Sebelum Janur Kuning Melengkung
31
Masa Iddah
32
Royale International Hotels
33
Show-Up
34
Rasa Bersalah
35
Aster Putih
36
Rujuk
37
Di Ujung Tanduk
38
Barang Bukti Penemuan Ammar
39
Cinta Masa Kecil
40
Eva
41
Rencana Honeymoon
42
Istri Rasa Pelakor
43
Go To Penang
44
Pengaman
45
Belum Siap untuk Hamil Lagi
46
Rencana Comblang
47
Pasembur
48
Cemburu
49
Syarat Agar Dimaafkan
50
Gadis Itu Bernama Andini
51
Skywalk
52
Permintaan Author
53
Dua Garis Merah Muda
54
Satu Kesempatan Untuk Membuktikan
55
Vidio Panas
56
Rencana Untuk Eva
57
Menyingkirkan
58
Ngidam Pasembur Lagi
59
Provokasi Yola
60
Ruang Monitor CCTV
61
Yolanda Gunawan
62
Eva Y Gunawan
63
Bajak Laut
64
N-one dan Guna-1
65
Hanya Ada Satu Yolanda
66
Visual si Abang dan Yola
67
Abang Ammar
68
Bertemu Victor
69
Green House
70
Abimanyu
71
Andini Y
72
Hafiz Kembali ....
73
Atok Jahat!!!
74
Bicara 6 Mata
75
Pembicaraan Antar Pria
76
Rapat Pemegang Saham
77
Pengakuan
78
Siasat Hafiz
79
Seperti Wanita Hamil
80
Jenius?
81
Grafik Saham
82
Pembicaraan Sebelum Tidur
83
Ya Tuhaaan, apa yang terjadi?
84
Siasat Yuri dan Diana
85
Jangan Pernah Tinggalkan Aku
86
Kau Hanya Boleh Memilih Satu
87
Persahabatan Yang Aneh
88
Abang Mahu Kahwin Lagi
89
Janji
90
Pelakor Teriak Pelakor
91
Bahasan Perceraian
92
Kemesraan di Kantor
93
Perbincangan Ilham dan Atok Yahya
94
Romansa Ibu dan Anak
95
Skak Mat
96
Cucu Menantu Presdir
97
Gombal
98
Mommy Medusa
99
Kau Tetap Adik Kesayanganku
100
Flashback Hafiz (1)
101
Flashback Hafiz (2)
102
Flashback Hafiz (3)
103
Flashback Hafiz (4)
104
Flashback (5)
105
Syarat
106
27% Saham N- one
107
Memutuskan
108
Gosip Karyawati N- one
109
Akuisisi Perusahaan
110
Bingung
111
Pagi Baik
112
Klarifikasi
113
Kejadian Tak Terduga
114
Target
115
Kedatangan Mama Ratih
116
Syarat Untuk Memenuhi Syarat
117
Menantu dan Mertua
118
Memberi Pengertian
119
Hadiah Kedua Atok Yahya
120
Fitting Baju Pengantin
121
Tuntutan Mama Sonia
122
Plankton
123
Mommy dan Daddy bikin Ape?
124
Sonia
125
Foto Prewed dan Maternity
126
Satu Atap
127
Cengkrama Keluarga Harmonis
128
Hamil?
129
Pelaminan Yang Sama
130
Juru Rawat
131
Tanda Tangan!
132
Poligami?
133
Pertengkaran
134
Kembali ke Apartemen
135
Bukan Skenario
136
Menguping
137
Dia Yang Berharga
138
Sate Padang Bukan Sate Madura
139
Calon Menantu Mamah Juga
140
Ledakan
141
Surat dari Salim Gunawan
142
Menolong Sonia
143
Kambing Hitam
144
Pulanglah!
145
Desakan Yuri
146
Patung Emas
147
Menuju Perceraian
148
Resmi Bercerai!
149
Kesal
150
Surprise
151
Pinangan
152
Will You Marry Me Again?
153
Seusai Lamaran
154
Sijil Perakuan Cerai
155
Antara Leon, Nadira dan Sonia
156
Kecemburuan Yuri
157
Tanggung Jawab?
158
Insiden Kecil di Kamar Mandi
159
Permintaan Ilham
160
Bertemu si Pembawa Sial
161
Pembawa Sial Yang Kena Sial
162
Akad Nikah Ulang
163
Pulang ke KL
164
Di Belakang Rumah
165
Tentang Hafiz
166
Gagal Karena Paspor
167
Sampai di KL
168
Berinai Curi
169
Menjalankan Misi
170
Pelakor?
171
Masih Malam "Berinai Curi"
172
Tertangkap!
173
Karma Itu Nyata!
174
Apa Yang Terjadi Dengan Yuri?
175
Majlis Perkahwinan
176
Pertemuan Lucas dan Atok Yahya
177
Wasiat
178
Atok Berpulang Ke Rahmatullah
179
Pertengkaran Ayah dan Anak
180
Kecurigaan
181
Penemuan Surat dan Obat
182
Menyendiri
183
Kondisi Membingungkan
184
Perdebatan Sengit di Ruang Rapat
185
Pemilihan Presiden Direktur N-one
186
Pemilik Saham 44,7%
187
Legalitas
188
Kekecewaan
189
Yuri Kecil
190
Strategi
191
Ingin Bekerja Lagi
192
Menemui Melisa
193
Titik Terang
194
Cerita Hafiz
195
Panggil Aku Abang!
196
Jawatan
197
Tantangan Berkompetisi
198
Tiga Tugas
199
Planning
200
Abang Kurang Apa?
201
Percakapan Leon dan Ilham
202
Yuri dan Lucas
203
Yang Terjadi Waktu Itu
204
Hafiz ...
205
Siasat Yuri
206
Liciknya Yuri
207
Visual lagi
208
Martabat N-one
209
Pemenang Babak Pertama
210
Tugas Kedua
211
Visual Tambahan
212
Pijat Plus-plus
213
Laporan Leon
214
Pengakuan Leon
215
Ancaman
216
Keberangkatan ke Kamboja
217
Terungkap
218
Bersekutu
219
Mencari Informasi
220
Cerita Mama Ratih
221
Diskusi dengan Mama Ratih
222
Marahnya Yola
223
Berita dari Hafiz
224
Keceplosan
225
Satu Persatu Mulai Terkuak
226
Dia Datang
227
Selalu Memikirkannya
228
Empati Bumil
229
Flashback Ilham (1)
230
Flashback Ilham (2)
231
Flashback Ilham (3)
232
Flashback Ilham (4)
233
Flashback Ilham (5)
234
Flashback Ilham (6)
235
Flashback Ilham (7)
236
Flashback Ilham (8)
237
Merasa Patah Hati
238
Mengelabui Yuri
239
Ide Licik
240
Sidak Indopenh Group
241
Berjalan Sesuai Rencana
242
Apakah Itu Hari Yang Sama?
243
Insiden Lagi!
244
Jen ... de ... la ...?
245
Memperkenalkan Yuri dan Sonia
246
Histeris
247
Berdamai Dengan Masa Lalu
248
Pak Aya dan Bu Aya
249
Piyama dan Sandal Jepit
250
Setia?
251
Pengakuan
252
Honeymoon Package
253
I Love You Too
254
Yuri di ... Jendela?
255
Penawaran Hafiz
256
Rencana Membawa Sonia Berobat
257
Too?
258
Bukti Baru
259
"Aku Rindu"
260
Rekaman CCTV
261
Jabatan Kecemasan Dan Trauma (IGD)
262
Memeriksa Rumah Lucas
263
Target Operasi (TO)
264
Penangkapan Yuri
265
Amarah Lucas
266
Datuk Abidin
267
Panggilan Telepon
268
Merasa Terpukul
269
Anakku ...
270
Mencari Andini Y
271
Memori Datuk Abidin
272
Pertemuan Dr. Abraham dengan Datuk Abidin
273
Sebuah Pilihan Sulit
274
Solusi Dari Zuhri
275
Kisah Tentang Andini
276
Masih Tentang Andini
277
Ruang Praktek Dr. Abraham
278
Adik Ipar
279
Membujuk Andini
280
Rencana Tujuh Bulanan
281
Strategi Baru Membujuk Andini
282
Andini dan Ammar
283
Rubik
284
Bertemu Eva
285
Adek Kakak
286
Pertemuan Yang Dinanti
287
Mama ...
288
Quality Time
289
Merasa Dipermainkan
290
Sikap Mama Ratih
291
Percakapan Mama Ratih dan Andini
292
Harga Sebanding
293
Sebuah Misi
294
Ternyata....
295
Monta Somnang
296
Mengejar Target
297
Lil Sist
298
Ammera Ruby Nirwan
299
Pasca Kejadian Itu
300
The End
301
Bonchap 1
302
Bonchap 2
303
Bonchap 3
304
Bonchap 4
305
Meninggalkan Sonia Dengan Victor
306
Everything Will be Alright
307
Cie... Cie.. Yang Mau ....?
308
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!