"Cantiknya rumah ini! Rumah siapa ini, Mah?" tanya Yola pada Mama Zubaedah.
Rumah ini berada di sebuah perumahaan kawasan elit di atas perbukitan kecil.
"Rumah kaulah dengan Abangmu Ilham. Atok nak bagi kalian sebagai hadiah. Bagus tak?" Mama Zubaedah balik bertanya.
Yolanda tercengang sebelum akhirnya mengangguk- angguk takjub.
"Iya, bagus! Ini bagus sekali!"
"Syukurlah kalau Yola suka. Di masa depan pabila Bang Ilham dah kembali dari pendidikannya di Berlin bolehlah Yola dan Bang Ilham tinggal berdua di sini," pancing Mama Zubaedah.
"Berdua?" Yola tercengang mendengar perkataan mertuanya itu.
"Iya. Di mase Bang Ilham dah selesai belajar di luar negeri, Yola pun dah dewasa dah tu, bolehlah tinggal berdua sahaja dengan Abang Ilham di rumah ni dengan cucu- cucu Mamah yang comel kelak." Kata wanita itu dengan mata yang berbinar-binar. "Tak sabar hati Mamah menanti mase tu datang."
Haaa? Mata Yola membelalak mendengar kata-kata Makcik Zubaedah yang belum berapa lama ini dipanggilnya Mamah. Yola bukannya tak mengerti kalau orang yang telah menikah itu kelak akan memiliki anak. Tapi bukannya papa bilang, dia tidak akan punya anak meski dia sudah menikah dengan Ilham? Jadi apakah mereka semua berbohong padanya? Memikirkan semua itu Yola jadi merinding. Dia masih kecil. Dia tak mau punya anak! Benar kata- kata Mama, dia harus jauh- jauh dari Bang Ilham.
Yola berusaha menepis kata- kata mertuanya itu. Di pikirannya yang polos tak terbersit sebenarnya proses bagaimana seseorang bisa mengandung hingga memiliki anak. Yang dia tau begitu menikah, mungkin saja dia akan memiliki anak hanya dengan berdekatan saja dengan suaminya.
"Ehsan, kamu lagi ngapain?" tanya Yola pada Hafiz yang tengah asyik memainkan ponselnya.
"Main gamelah ...." jawab Hafiz acuh.
Yah, hubungannya dengan Yola memang semakin baik hari demi hari meski Yola masih sering memanggilnya dengan panggilan Ehsan atau pun Endut.
"Game apa?" tanya Yola lagi.
Hafiz tak menjawab melainkan terus memainkan ponselnya. Yola pun lama- lama cukup asyik menonton Hafiz yang sedang bermain game itu.
"Kamu tembak sebelah kiri dong, Ndut. Musuhnya sebelah kiri lebih banyak gimana sih? Ya ampun, ya ampun. Aw ... Hampir saja. Iya, iya begitu. Tembak lagi yang sebelah pojok .... Yah ...." Yola jadi ikut meracau melihat permainan game Hafiz.
"Iya, usah tetapi bising sangatlah, Yola. Aku tak boleh fokus nih ...."
"Habis lemot sih! Gitu doank nggak bisa. Kamu gimana sih, Ndut?"
"Hai budak- budak kecil, apa kalian bikin tu?"
Tiba- tiba saja Ilham sudah menghempaskan tubuhnya dan duduk begitu dekat dengan Yola sehingga Yola diapit oleh kedua Abang beradik itu.
Yola sangat terkejut mendapati Ilham yang duduk sangat rapat dengan dirinya. Ditambah lagi pipi mereka nyaris bersentuhan karena Ilham mendekatkan wajahnya pada layar ponsel Hafiz untuk melihat game apa yang sedang dimainkan Hafiz.
Yola segera bangkit dari duduknya dan memilih duduk di sisi Hafiz yang lain sehingga kini Hafiz yang berada di tengah-tengah mereka.
Hal itu juga disadari oleh Ilham.
Apa hal budak ni hindarkan aku? Aku bau ke? batinnya dalam hati sembari mengendus- endus aroma tubuhnya sendiri.
Tak bau pun, jawabnya sendiri juga dalam hati.
"Hafiz! Tolong kamu bantu urutkan Mamah sekejab. Mamah penat sangat sehabis kita turun dari plane tadi," pinta Mama Zubaedah pada Hafiz.
"Hah? Sekejab Mah, Hafiz selesaikan kan dulu game ni," jawab Hafiz.
"Sekarang, Sayang! Keburu Mamah tak sadarkan diri kalau terlalu lama tunggu Hafiz!" panggil Mamahnya lagi dari kamar.
"Ya, ya, ya! Sekejap. Hafiz datang nak urut Mamah!" kata Hafiz bangkit dari duduknya.
Itu memang akal-akalan dari Mama Zubaedah. Dia memang tak bisa berharap banyak saat ini akan hubungan pernikahan Ilham dan Yola. Tak bisa mengharap pasangan itu bisa memberikannya cucu untuk saat ini. Tapi hati Mama Zubaedah juga menginginkan agar anak dan menantunya ini memiliki hubungan yang baik dan tidak canggung lagi satu sama lain. Tak kenal maka tak sayang. Karena keduanya belum saling kenallah maka tak ada perasaan sayang. Karena itu selama tiga hari yang singkat ini wanita itu akan memberi waktu lebih pada keduanya untuk saling mengenal.
Di ruang keluarga, sepeninggalan Hafiz, Yola semakin gelisah karena ditinggal cuma berdua dengan Ilham.
"Yola tinggal ke kamar dulu ya , Abang!"
Yola bangkit dari duduknya tapi Ilham segera menarik tangannya.
"Kau mau kemane? Abang tak de kawan di sini. Duduklah sekejab!" Katanya.
"Ta... Tapi ...."
"Tak de tapi- tapi. Abang dah bagi tahu Yola bahwasanya Abang dah anggap kau adik sama seperti Hafiz. Jangan takut dengan Bang Ilham. Abang tak makan orang pun," kata Ilham.
Abang memang tak makan orang, tapi Abang bisa bikin aku punya anak kalau dekat- dekat begini, batin Yola.
"Abang! Lepasin tangan Yola dulu," pinta Yola.
"Duduklah! Baru Abang lepas."
Yola akhirnya memilih duduk barulah akhirnya Ilham melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan gadis itu.
"Jadi kau satu classroom dengan si Ehsan?" tanya Ilham.
Yola menoleh dan mulutnya hampir menganga mendengar Ilham.
"Abang panggil Hafiz, Ehsan juga?" tanya Yola tak percaya.
Ilham tertawa. "Baru- baru ni je. Semenjak ...."
"Semenjak apa?" tanya Yola
"Semenjak dia suka cerite kalau ade kawan perempuannya yang suka ganggukan dan panggil dia dengan panggilan Ehsan. Budak perempuan itu, Yola kah?"
Yola tersenyum kecut. Si Endut itu! Dia benar-benar mengadu pada abangnya!
"Iya, itu Yola. Yola memang sering memanggilnya Ehsan kadang- kadang Endut, habis Yola pikir yang mau dinikahkan dengan Yola itu Hafiz. Makanya Yola suka iseng pada Hafiz agar Hafiz tak suka pada Yola," jawab Yola jujur.
Mendengar pengakuan itu membuat Ilham jadi tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa Abang ketawa? Abang memangnya nggak marah?" tanya Yola polos.
"Marah kenapa?" tanya Ilham di tengah derai tawanya.
"Hafiz bilang dia mau mengadu pada Abang biar Abang marahin kami yang suka mengganggunya." kata Yola.
"Endut, ndut .... Buat ape Abang marah? Dia memang mirip sangat dengan Ehsan. Intanpayong ... "
Yola menatap lelaki di hadapannya itu dengan pikiran tak menentu. Lelaki itu kini telah menjadi suaminya. Benarkah duduk berduaan begini dengan suaminya bisa membuatnya hamil dan punya anak? Oh, tidak!
Yola menggeser duduknya sedikit dan menjauhi Ilham. Bagaimana ini? Mama bilang tidak boleh dekat- dekat Abang Ilham.
Ilham menyadari sikap Yola yang risih akan keberadaannya. Hal itu membuat Ilham ingin mengganggunya.
"Yola, kenapa kamu tak nak dikahwinkan dengan Hafiz? Kenapa dengan Abang kamu mahu? Abang handsomekah?" tanyanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Tangannya bergerak di belakang dan dirangkulkan ke bahu Yola.
Yola memalingkan wajahnya. Wajahnya terasa panas dan memerah. Perasaan apa ini?
"A-abang ...." Yola mendorong tubuh Ilham pelan.
"Ape?" Bisik Ilham di telinganya pelan membuat telinga gadis itu makin memerah.
"Yo- Yola ngantuk. Yola mau tidur," kata Yola langsung bergegas berdiri dan berlari ke kamarnya sebelum Ilham kembali menangkap tangannya dan menahannya berdua saja.
Yola segera mengunci pintu kamar dan bersandar di pintu dengan hati yang berdebar-debar. Ada apa dengan jantungnya? Yola merasa seperti habis lari maraton.
***
Tok! Tok!Tok!
"Yola! Yola! Yola tidur ke?"
Suara Mamah Zubaedah terdengar dari luar pintu kamar ditambah suara gagang pintu digerakkan berusaha untuk dibuka. Mama Zubaedah heran kenapa Yola harus mengunci pintu kamar dari dalam? Bukannya tadi dia sedang ngobrol dengan Ilham? Apa sekarang gadis itu ketakutan dengan Ilham sampai dia harus mengunci kamarnya? Apa yang dikatakan Ilham padanya?
"Yola ...."
Terdengar suara anak kunci diputar dan akhirnya wajah Yola menyembul dari balik pintu. Melihat Mama Zubaedah yang berdiri di depan pintu, Yola membuka pintu kamar itu dengan lebar mempersilahkan mertuanya itu masuk.
"Mamah ...." gumamnya.
"Kamu tidur ke, Yola? Ini dah petang. Tak baik tidur. Kamu mandilah dulu. Nanti usai Maghrib kita semua nak pergi ke KLCC. Kamu sudah pernah tengok menara Petronas ke?"
Yola mengangguk.
"Dulu, sudah lama sekali, Mah. Waktu Yola masih kecil. Mamah dan Papah pernah bawa Yola ke sini," jawab Yola. "Tapi Yola sudah nggak ingat lagi. Cuma masih ada fotonya di rumah."
"Oh, iya betul juga. Mamah lupa, dulu kau memang pernah ke sini lagi kau masih budak comel. Tapi mase tu Mamah dan Hafiz lagi ade di Johor. Kau dan papah kau hanye berjumpa dengan Atok dan Abang Ilham sahaja. Di rumah Atok sepertinya masih ade foto kau dan Abang Ilham. Bila- bila Mamah cari kat sana kalau sempat," kata Mamah Zubaedah. "Abang Ilham semenjak kecil memang tinggal dengan Atok. Besok kita kunjungi rumah Atok juga."
Yola mengangguk. Mendengar nama Ilham pun sekarang membuat darahnya berdesir. Mungkin karena Yola juga sudah menginjak masa pubertas.
"Abang, sekarang ada dimana, Mah?" tanya Yola ragu.
"Abang kau balik ke rumah Atok sekejab. Sebentar malam jemput kite nak ke KLCC. Yola senang shopping tak?"
Yola mengangguk.
"Yola mandi dulu, Mah."
"Okay. Mamah tunggu. By the way, Mamah bantu pindahkan baju Yola ke almari ya?"
"Nggak usah, Ma. Nanti biar Yola sendiri."
"Tak ape. Usah segan dengan Mamah. Mamah dah lama pun berkeinginan punya anak gadis. Tapi hanye diberi anak jantan saje. Biarkan Mama tolong Yola, ye?"
Yola akhirnya tak punya pilihan lain selain mengiyakan. Setelah itu Yola segera mandi sore. Terasa segar setelah Yola keluar dari kamar mandi. Namun saat dia keluar dari kamar mandi, dia menemukan Mamah Zubaedah sedang tertegun sedang memegang pil yang diberikan Mamah padanya sebelum berangkat.
"Yola, ini ape?" tanya Mamah Zubaedah terlihat kurang senang.
"Oh, itu .... Itu Mama yang berikan ke Yola. Suplemen biar Yola nggak sakit selama Yola ada di sini," jawab Yola.
"Suplemen?" tanyanya sambil menatap wajah polos menantunya itu.
Yola mengangguk yakin.
Ratih, ape yang nak kau kasih pada anak kau? Kau sebegitu tak percayenya ke pada Ilham? gumam Mamah Zubaedah dalam hati.
"Mamah, Yola mau minta suplemennya. Yola mau minum sekarang. Kata Mama suplemennya diminum sore saja nggak boleh terlambat. Harus diminum teratur," kata Yola menjelaskan apa yang disuruh Mama Ratih padanya.
Mama Zubaedah menatap menantunya yang polos itu sesaat sebelum memberikan pil kontrasepsi itu. Dia tahu pil apa itu.
Dia tak habis pikir kenapa besannya itu sangat tak percaya pada anaknya, Ilham. Benar, mereka sudah punya kesepakatan bahwa sebelum Yola lulus SMA, Ilham tak akan boleh melakukan hubungan suami isteri dengan Yola. Ilham pun sudah menyanggupi. Tapi kenapa ibundanya Yola ini masih saja tak percaya pada Ilham?
Baiklah, kerana kau dah berpikir macam tu dan membiarkan Yola minum obat tu, berarti takkan masalah kalau Ilham sedikit nak sentuh isterinya tuh. Ratih, Ratih, kau sendiri yang mahu ini, ye? Batinnya.
Dengan sedikit senyum tersungging di bibirnya wanita itu menyaksikan sendiri gadis kecil itu menelan pil kontrasepsi itu dan mendorongnya dengan air minum dalam kemasan yang berada di atas nakas.
Usai sholat Maghrib benar saja tak lama Ilham pun datang menjemput mereka dengan mengenderai mobil Atoknya. Tujuan mereka malam ini adalah ingin ke KLCC menemani Mamah Zubaedah shopping sekaligus hendak menikmati pemandangan malam di menara twin, Petronas.
Yolanda entah bagaimana hanya mau menempel pada Hafiz. Dia tak mau dekat-dekat dengan Ilham. Membuat Mama Zubaedah terlihat gerah melihat mereka.
"Ilham, kau temanilah Yola sekejab. Mama nak membeli- belah seluar dalam untuk Hafiz." kata Mama Zubaedah.
"Hah? Apa? Siapa yang mau beli sel .... Mamah ni, bikin malu Hafiz," protes Hafiz.
"Ayo, Hafiz ...."
"Mamah Yola ikut ...." rengek Yola.
"Kau yakin tak? Mamah dan Hafiz nak ke toko itu ..."
Mamah menunjuk pada salah satu toko pakaian dalam pria. Ada banyak patung yang dipakaikan underwear berbagai model di sana. Membuat Yola jadi risih melihatnya.
"Enggg ... Nggak usah deh, Ma. Yola tunggu di sini aja," tolak Yola pada akhirnya.
"Jangan tunggu kat situ. Ilham, kau bawalah Yola pusing- pusing sekejab sembari tunggu Mamah dan Hafiz selesai. Kau ajak makan dulu ke, pergi temani cari baju dulu ke. Nanti kita berjumpa di parking area," kata Mama Zubaedah.
Sepertinya Mamah Zubaedah sangat berniat sekali membuat anak menantunya dekat. Berbeda sekali dengan Mama Ratih yang malah ingin menjauhkan Ilham dan Yola.
"Baiklah, mari ikut Abang, Yola!"
Tanpa sungkan Ilham pun menarik Yola dari sana. Mereka berjalan- jalan mengitari Mall yang sangat terkenal di area itu. Sesekali Ilham menjelaskan perihal apa- apa yang perlu dijelaskannya mengenai tempat itu layaknya tour guide untuk Yola.
Sementara itu, di toko pakaian dalam pria Hafiz terlihat protes.
"Mamah? Ape yang Mamah bikin ni? Hafiz tak nak membeli seluar. Bikin Hafiz malu je."
Mamah Zubaedah acuh dengan protesnya putra bungsunya itu.
"Usah banyak cakap. Mamah nak belikan kau. Lepas ni kite langsung balik kat rumah," jawab Mamah.
"Tapi .... Tapi .... Yola dan Bang Ilham macam mana?"
"Kite tinggallah. Kunci kereta ada pada Mamah," kata Mamah bangga dengan hasil kerja kerasnya.
"Macam mana Bang Ilham dan Yola boleh pulang kalau macam tu? Kasihan Mamah," protes Hafiz lagi.
"Tak perlulah kau kasihan. Mereka tu tau je jalan pulang!" jawab Mamah dengan senyum liciknya.
Sementara itu saat Ilham dan Yola sedang asyik mengitari Mall,
"Ilham?? Kau di sini juga?"
Seorang wanita cantik yang kira- kira seumuran Ilham tiba- tiba entah darimana datang begitu saja menghampiri Ilham dengan raut wajah berbinar.
"Sonia??"
Ilham juga nampak terkejut dan terlihat sama senangnya dengan gadis itu.
"Kau dengan siape?" tanya gadis itu menunjuk pada Yola.
Hafiz menatap Yola ragu kemudian menjawab,
"Adik, dia adik aku."
"Adik? Aku kire kau cuma punya adik Hafiz?" tanya Sonia bingung.
"Dia .... Adik sepupu aku."
Haaa? Adik sepupu katanya? Yola membatin dalam hati.
Siapa gadis ini? Kenapa Yola merasa kalau Bang Ilham punya perasaan yang spesial terhadap dia? Apa dia pacarnya? Apa iya orang yang sudah menikah boleh pacaran lagi dengan orang lain? tanya Yola dalam hati.
Tapi .... Ya sudahlah! Siapa juga yang mau tau. Lagi pula bukannya bagus kalau Yola diakui sebagai adik? Daripada diakui sebagai istri, apa kata orang nanti di usianya yang masih sekecil ini sudah punya suami. Ihhh, ogah banget deh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Sity Aminah
ad ad ah Ra di outhor ny in buat cerita 😏😏😏😏
2021-02-21
0
anotherbyl
Usia 12 thn udah tahu kah namanya cemburu?? Hayo Yola....😅😅😅
Ini pengalamanku ya, dulu waktu aku kelas 6 MI/SD aku itu dijauhin salah satu temanku, dia kelas sblh. Klo aku anak 6A dia 6B, gitulah contohnya.
Aku lagi ngajarin matematika eman 'laki-laki', karena dia kurang paham. Aku ngajarin tmn laki2 ku karena disuruh guru. Nah, dilain sisi ada tmnku pas istirahat bilang ke tmnku yg ngejauhin aku klo aku deket2 sm orang yg ia sukai/kagumi lah😅😅
Pas istirahat, aku ketemu dia dan aku sapa. Eh, dia (tmn yg ngejauhin aku) malah langsung pergi gitu aja, nggak balas sapaanku. Nggak tahunya, dia lagi cemburu sm aku😅😅😅😭😭
Padahal aku juga nggak deket2 orang yg ia sukai, paling klo tanya ttng pelajaran.
Ya ampun, aku nggak habis pikir sm temen yg ngejauhin aku, klo dia cemburu sm aku gara2 aku ngajarin rumus matematika ke laki2 yg ia sukai. Inilah masa-masa pubertas...😭😅
2021-01-25
5
Nur Saqilla
adik sepupu....kalo masih umur 12 tahun,apakah udah ada rasa cemburu??
2020-12-21
1